Analisis Struktur, Perilaku dan Penampilan Pasar Kakao (Studi Kasus pada Perkebunan Kakao Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun)

Main Author: Wardani, AninditaKusuma
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2011
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/128758/1/051104879.pdf
http://repository.ub.ac.id/128758/
Daftar Isi:
  • Kakao ( Theobroma cacao ) merupakan tanaman tahunan yang menjadi salah satu unggulan ekspor non migas Indonesia karena Indonesia merupakan penghasil biji kakao terbesar ketiga di dunia. Perkebunan kakao di Indonesia didominasi oleh perkebunan yang dimiliki masyarakat. Dari 18 kabupaten di Jawa Timur, perkebunan rakyat kakao terbesar berada di Madiun. Sebagai salah satu sentra tanaman kakao, banyak petani kakao di Madiun yang melakukan budidaya komoditas tersebut guna meningkatkan pendapatannya. Namun, hal tersebut belum dapat terwujud karena sebagian besar kesejahteraan petani belum meningkat karena kakao yang dijual harganya ditetapkan oleh tengkulak dan kualitasnya ditetapkan oleh lembaga pemasaran. Selain itu, kurangnya informasi pasar khususnya menyangkut informasi harga, membuat banyak petani yang sebagian besar adalah petani kecil memiliki kesejahteraan yang kurang bila dibandingkan dengan lembaga pemasaran yang lain. Melihat potensi kakao Indonesia serta kondisi pasar pada saat ini, maka diperlukan analisis struktur, perilaku dan kinerja pasar yang dilakukan untuk mengawasi persaingan diantara pelaku pemasaran di pasar. Secara tegas pendekatan SCP digunakan unruk mengetahui sebab akibat mengapa suatu pasar tidak efisien. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Untuk menganalisis struktur pasar pada pemasaran kakao di Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun. (2). Untuk menganalisis perilaku pasar yang terjadi pada pemasaran kakao di Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun. (3) Untuk menganalisis efektifitas penampilan pasar pada pemasaran kakao di Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Penelitian dilakukan di Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun. Pemilihan lokasi ditetapkan secara purposive . Penelitian dilakukan selama bulan Maret sampai April 2011. Metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif untuk menentukan struktur pasar meliputi diferensiasi produk, hambatan masuk, tingkat pengetahuan pasar, pengetahuan informasi harga dan juga digunakan untuk analisis perilaku pasar. Analisis kuantitatif pada struktur pasar digunakan untuk menentukan derajat konsentrasi pasar meliputi: analisis CR4 dan indeks herfindahl. Pada penampilan pasar juga menggunakan analisis kuantitatif untuk menghitung analsisis marjin pemasaran yang dalam hal ini berdasarkan konsep produk referensi. Struktur pasar yang terjadi pada kakao di wilayah Kecamatan Dagangan termasuk ke dalam pasar oligopsoni. Hal ini terlihat dari indeks herfindahl pedagang pengumpul sebesar 0,12%, pedagang tengkulak 0,14% dan pengumpul antar daerah 0,21%. Disamping itu, struktur pasar oligopsoni juga terlihat dari nilai CR4 pada tengkulak sebesar 59,27% dan pengumpul dengan nilai CR4 sebesar 66,22%. Produk kakao yang dipasarkan petani di Kecamatan Dagangan juga masih berbentuk bahan mentah, diferensiasi produk berdasarkan ada atau tidaknya fermentasi dan lama pengeringan, dan berperan sebagai price taker . Disisi lain pedagang di Kecamatan Dagangan mengalami hambatan karena diperlukan modal yang besar dan jaringan pemasaran yang luas. Perilaku pasar menunjukkan bahwa posisi tawar petani sangat lemah, penetapan harga kakao didominasi oleh lembaga pemasaran dan petani hanya sebagai penerima harga tanpa memiliki kekuatan tawar. Disamping itu, lembaga pemasaran juga melakukan kolusi dan taktik antar sesama pedagang untuk mendapatkan keuntungan yang lebih. Pada penampilan pasar terdapat III jenis saluran pemasaran. Tiap-tiap saluran pemasaran telah melakukan fungsi-fungsi pemasaran dengan baik. Dari ketiga saluran pemasaran marjin terbesar terdapat pada saluran pemasaran ke II yaitu sebesar Rp.5000,00/ kilogram. Share harga tertinggi yang diterima petani juga diperoleh pada saluran pemasaran I yaitu sebesar 81,82%. Sedangkan share terendah ada pada saluran pemasaran II yaitu sebesar 73,68%. Keuntungan terbesar yang diperoleh petani juga terdapat pada saluran pemasaran I. Menurut perhitungan BC rasio dari seluruh saluran pemasaran diperoleh nilai lebih dari satu (BC > 1), hal ini menunjukkan bahwa usaha kakao layak untuk dikembangkan. Saran yang diberikan antara lain : (1); Petani di Kecamatan Dagangan hendaknya melakukan diferensiasi produk agar dapat memperoleh harga jual kakao yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan menjual kakao masih dalam bentuk bahan mentah. Hal ini dapat dilakukan salah satunya dengan cara melakukan pasca panen dengan benar yaitu dengan melakukan proses fermentasi dan penjemuran selama seminggu, sehingga diperoleh kakao berkualitas tinggi. Akibatnya harga jual kakao juga akan meningkat; (2). Gapoktan lebih diaktifkan lagi supaya dapat membantu memberi informasi harga kakao pada petani dan membantu petani untuk meningkatkan posisi tawar agar tidak lemah; (3). Perlu diadakannya pemasaran bersama oleh petani yang dapat dikoordinir oleh gapoktan supaya petani yang sudah melakukan fermentasi mendapatkan jaminan harga yang tinggi; (4). Bagi pemerintah terkait dalam hal ini, Dinas Pertanian, Perkebunan, Perdagangan dan Peridustrian hendaknya memberikan bantuan modal dan penyuluhan agar petani dapat mengolah produknya untuk menciptakan nilai tambah; (5). Dalam memasarkan produk kakao, petani di Kecamatan Dagangan hendaknya memilih saluran pemasaran I karena pada saluran ini petani akan menerima share harga tertinggi yaitu sebesar 83,72%; (6). Untuk penelitian selanjutnya, dapat dilakukan penelitian mengenai analisis ekonomi usahatani kakao di Kecamatan Dagangan, karena petani kakao di daerah tersebut belum mampu mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien.