Studi Kasus Penggunaan Pestisida Oleh Petani Hortikultura Dalam Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Di Kota Batu

Main Author: Sativa, RimaDewuOryza
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2011
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/128748/2/051104551.pdf
http://repository.ub.ac.id/128748/
Daftar Isi:
  • Petani sayuran di Batu menggunakan pestisida kimiawi sebagai pengendali OPT tanaman budidaya mereka. Pestisida kimia mengandung racun dan dapat menyebabkan kematian. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (Purposive sampling). Petani yang digunakan dalam survey adalah petani jeruk, daun andewi, seledri, bawang prei, petsai dan bunga brokoli masing-masing sebanyak lima orang. Toko pestisida yang digunakan dalam survey sebanyak dua toko di setiap kecamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Golongan organofosfat dan karbamat adalah golongan yang paling banyak digunakan. Jenis pestisida yang dijual di toko pestisida adalah pestisida yang telah berstatus terdaftar di Komisi Pestisida. Kebanyakan petani hortikultura di Batu menerapkan pola tanam tumpangsari. Hasil survey juga menunjukkan bahwa petani selalu menggunakan pestisida untuk mengendalikan OPT. Selain itu, petani menggunakan lebih dari satu jenis pestisida petani tidak menggunakan dosis anjuran dan waktu sesuai jadwal. Petani jeruk sudah hampir menerapkan pola PHT dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan petani menggunakan satu jenis pestisida sebesar 66,67% dan petani menggunakan dosis pestisida sesuai anjuran sebesar 83,34%, selain itu petani yang mengaplikasikan pestisida sesuai waktu anjuran sebesar 50%, dan kebanyakan petani sudah mengaplikasikan pestisida berdasarkan hasil pada kondisi hama di lahan. Hasil survey juga menunjukkan bahwa Petani memperoleh informasi tentang pestisida dari toko,formulator dan petugas lapang. Namun, petani belum menggunakan pestisida sesuai dengan lima persyaratan yang ditentukan, yaitu: tepat jenis, dosis, waktu, sasaran, dan cara. Diketahui juga bahwa Petani kurang memperhatikan keselamatan, petani tidak memakai masker sebesar 53,4%, petani tidak memakai baju khusus sebesar 100%, petani kadang ganti baju setelah aplikasi sebesar 93,4%. Petani belum menyadari bahwa pestisida adalah racun berbahaya bagi dirinya dan mahkluk hidup lain.