Perbedaan Upah Buruh Tani Laki-laki dan Buruh Tani Perempuan Pada Komoditi Tebu (Saccharum officinarum L) Studi Kasus di Desa Gondanglegi Kulon, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang
Main Author: | ChaeraniLestariDewi |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2011
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/128739/1/051100507.pdf http://repository.ub.ac.id/128739/ |
Daftar Isi:
- Sektor pertanian mempunyai peran penting dan menjadi salah satu sektor paling vital dalam ketahanan pangan nasional. Upaya peningkatan produktifitas guna pemenuhan kebutuhan pangan nasional salah satunya melalui produk gula yang merupakan produk pokok yang dikonsumsi masyarakat Indonesia bahkan dunia baik dalam skala rumah tangga maupun industri. Kebutuhan akan produk gula saat ini menuntut para produsen untuk berproduksi dengan kuantitas yang lebih banyak serta kualitas yang tidak kalah baik. Negara Indonesia yang didominasi oleh wilayah pedesaan dengan mayoritas penduduk sebagai petani, dalam perkembangan pertaniannya tidak akan terlepas dari peran tenaga kerja yaitu buruh tani. Buruh tani sebagai penghasil nilai dan secara langsung berperan sebagai penentu kelangsungan produksi pada sektor pertanian harus diperhatikan juga kesejahteraannya. Untuk menciptakan kinerja sumber daya manusia yang lebih baik, diperlukan jaminan maupun kompensasi. Sistem pengupahan memiliki peran penting dalam menunjang inisiatif kerja, semangat kerja dan motivasi kerja yang nantinya akan berpengaruh pada stabilitas karyawan, peningkatan kinerja dan produktifitas. Penetapan upah pada buruh tani harus mengacu pada konsep kesetaraan gender, dimana upah yang ditentukan harus berdasarkan kualitas kerja seseorang, sehingga tidak terjadi diskriminasi upah pada tenaga kerja Indonesia. Ketidaksetaraan upah dan diskriminasi gender pada komoditi tebu di Desa Gondanglegi Kulon masih terjadi sampai saat ini. Perbedaan upah di desa tersebut terjadi pada jenis kegiatan dan jam kerja yang sama seperti pada kegiatan tanam, pupuk, bubut dan klentek yang dilakukan oleh buruh tani laki-laki dan perempuan. Besarnya nominal yang ditetapkan pada sistem pengupahan harian berkisar antara Rp. 8.000 - Rp. 10.000 untuk buruh tani perempuan, dan Rp. 12.500 - Rp. 15.000 untuk buruh tani laki-laki. Perbedaan tingkat upah tersebut sudah terjadi sejak dahulu, artinya buruh tani perempuan selalu mendapatkan tingkat upah dibawah buruh tani laki-laki. Lemahnya posisi tawar buruh tani perempuan juga menjadi penyebab diskriminasi upah pada desa tersebut masih terjadi sampai saat ini. Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana sistem pengupahan yang diterapkan pada buruh tani laki-laki dan buruh tani perempuan. (2) Seberapa besar perbedaan produktifitas antara buruh tani laki-laki dan buruh tani perempuan. (3) Seberapa besar perbedaan upah antara buruh tani laki-laki dan buruh tani perempuan, dan (4) Faktor-faktor apa saja yang memiliki hubungan dan pengaruh terhadap total upah buruh tani laki-laki dan buruh tani perempuan. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi sistem pengupahan yang diterapkan pada buruh tani laki-laki dengan buruh tani perempuan. (2) Menganalisis produktifitas upah buruh tani laki-laki dengan buruh tani perempuan. (3) Menganalisis perbedaan upah buruh tani laki-laki dengan buruh tani tebu perempuan. (4) Menganalisis hubungan dan pengaruh faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan total upah buruh tani laki-laki dan buruh tani tebu perempuan. Metode penentuan lokasi pada penelitian ini dilaksanakan secara sengaja (purposive) pada Desa Gondanglegi Kulon, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang. Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan clusters. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian berdasarkan sumber data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis uji beda rata-rata, analisis korelasi dan analisis regresi linear berganda. Sistem upah yang diterapkan buruh tani tebu dibedakan menjadi dua bagian yaitu sistem upah berdasarkan waktu kerja (harian) dan sistem upah borongan. Berdasarkan hasil analisis uji beda rata-rata, rata-rata produktifitas perempuan adalah 5,44 leng/jam, sedangkan laki-laki hanya 4,99 leng/jam, sehingga buruh tani perempuan lebih produktif dari laki-laki pada kegiatan tanam, pupuk, bubut dan klentek. Selain itu, perbedaan upah antara buruh laki-laki dan perempuan terlihat pada sistem pengupahan yang diterapkan. Pada sistem harian, upah sebesar Rp. 15.964,29 untuk buruh tani laki-laki, sedangkan buruh tani perempuan sebesar Rp. 12.186,05. Perbedaan upah juga terjadi pada sistem upah borongan yaitu Rp. 704,70 untuk buruh tani laki-laki dan Rp. 646,51 untuk buruh tani perempuan. Berdasarkan hasil Analisis korelasi, variabel independen yang mempunyai hubungan/ keterikatan yang kuat dengan variabel dependen, hanya terdapat pada variabel jenis kelamin (D1). Sedangkan variabel lainnya tidak memiliki keterikatan atau tidak terdapat korelasi yang kuat dengan variabel total upah. Berdasarkan analisis regresi linear berganda, faktor-faktor yang mempengaruhi total upah buruh tani tebu laki-laki dengan buruh tani tebu perempuan menunjukkan bahwa variabel independen yang berpengaruh secara signifikan adalah jenis kelamin (D1). Sedangkan variabel usia (X1), pengalaman kerja (X2), dan produktifitas (X3) tidak berpengaruh secara signifikan. Koefisien determinasi (R2) dari hasil analisis yaitu sebesar 0,828. Uji F pada α = 0,05 menunjukkan secara bersama-sama variabel independen usia, pengalaman kerja, produktifitas dan jenis kelamin mempunyai pengaruh signifikan terhadap total upah (Y). Anggapan masyarakat bahwa produktifitas perempuan selalu berada di bawah produktifitas buruh tani laki-laki tidak terbukti kebenarannya. Produktifitas dan kualitas kerja buruh tani tidak dijadikan pertimbangan dalam menentukan tingkat upah buruh tani tebu di Desa Gondanglegi Kulon. Penetapan upah pada desa tersebut masih ditentukan berdasarkan jenis kelamin, hal ini diperkuat dengan hasil analisis korelasi dan regresi linear berganda. Dari hasil analisis tersebut diketahui bahwa dari seluruh variabel independen, hanya variabel jenis kelamin yang memiliki korelasi yang kuat dan pengaruh yang signifikan terhadap total upah. Ketidaksetaraan gender pada usahatani tebu Desa Gondanglegi Kulon menyebabkan timbulnya diskriminasi upah pada buruh tani perempuan.