Pengaruh Gaya Kepemimpinan Ketua Kelompok Tani Dalam ProsesPengambilan Keputusan Kelompok Tani (Studi Kasus Di Kelompok Tani Margomulyo Desa Selorejo Kecamatan Dau Kabupaten Malang)
Main Author: | Assidiq, AbuBakar |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2011
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/128726/1/051104062.pdf http://repository.ub.ac.id/128726/ |
Daftar Isi:
- Lenin, Lippit, dan White mengemukakan bahwa dalam diri seseorang tersimpan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda. gaya kepemimpinan itu meliputi gaya kepemimpinan demokrasi, otokrasi, dan kendali bebas ( laisser faire) . Setiap gaya kepemimpinan tersebut memiliki keefektifan masing-masing dalam mengambil suatu keputusaan kelompok. Ada kalanya pemimpin menerapkan ketiga gaya kepemimpinan tersebut dalam kondisi yang berbeda-beda. Gaya kepemimpinan ini disinyalir akan mempengaruhi setiap proses pengambilan keputusan dalam kelompok. Pengambilan keputusan individu berbeda dengan pengambilan keputusaan kelompok. Pengambilan keputusan individu tidak membutuhkan waktu dan pertimbangan yang banyak sedangkan pengambilan keputusan yang melibatkan kelompok membutuhkan waktu yang panjang dan banyak pertimbangan yang akan muncul ketika kita musyawarahkan. Dalam pengambilan keputusan kelompok, peran sentral ketua kelompok sangat diperlukan. Ketua kelompok harus bersifat bijak dalam mengambil setiap keputusan. Keputusan yang diambil dalam kelompok melibatkan semua yang ada dalam kelompok tersebut. Hal ini untuk mewujudakan kelompok yang lebih efektif. Mengingat peran sentral dari ketua kelompok tani maka perlu diteliti dan dirumuskan formulasi yang tepat dalam upaya pengembangan kelompok tani. Dalam penelitian kali ini peneliti mencoba untuk menyoroti pengaruh gaya kepemimpinan dalam proses pengambilan keputusan kelompok. Harapannya output dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai himbauan pemerintah dan masyarakat dalam mengembangkan kelompok tani. Tahun 2010 Desa Selorejo menjadi Desa percontohan dibidang hortikultura terutama komoditas jagung. Pemerintah banyak memberi apresiasi atas perkembangan pertanian di Desa Selorejo. Kelompok tani Margomulyo adalah satu-satunya kelompok tani yang ada di Desa ini. Perkembangan pertanian di Desa ini tidak lepas dari campur tangan kelompok tani yang diprakarsai oleh Bapak H. Sulaiman beserta petani yang lain pada tahun 1985-an. Kini kelompok tani Margomulyo menjadi kelompok tani yang diperhitungkan oleh pemerintah Kabupaten Malang, hal ini dibuktikan dengan banyaknya subsidi yang diberikan pemerintah setempat kepada kelompok tani ini. Tujuan dari penelitian ini adalah pertama untuk mengetahui gaya kepemimpinan yang diterapkan ketua kelompok tani, kedua manganalisa proses pengambilan keputusan kelompok tani, dan ketiga menganalisa pengaruh gaya kepemimpinan ketua kelompok tani dalam proses pengambilan keputusan kelompok. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan maksud untuk memaknai apa-apa yang di dapat dari informan. Penentuan informan dengan cara pusposive sampling dan peneliti mewawancarai secara mendalam. Informasi-informasi yang di dapat dari ketua kelompok tani, pengurus dan anggota kelompok tani ini kemudian dimaknai secara mendalam. Penelitian yang dilakukan di kelompok tani Margomulyo Desa Selorejo kecamatan Dau kabupaten Malang ini melibatkan 12 informan dan dilakukan selama kurang lebih 2 bulan untuk penggalian informasi. Analisa yang digunakan adalah deskriptif kualitatatif . Hasil penelitian antara lain: 1. Gaya kepemimpinan ketua kelompok Margomulyo adalah demokrasi. 2. Ada dua faktor pembentuk gaya kepemimpinan ketua kelompok yakni faktor intern dari diri sendiri yang meliputi keturunan, pendidikan dan umur. Dan faktor ekstern yang berasal dari luar ketua kelompok yakni lingkungan (keluarga dan masyarakat), pengalaman, dan nilai-norma yang ada di masyarakat. 3. ciri-ciri kepemimpinan demokrasi yang diterapkan ketua kelompok tani meliputi pandangan yang obyektif, proses musyawarah mufakat, bersifat terbuka, dan mengutamakan partisipasi penuh dari pengurus dan anggota kelompok tani. 4. Proses pengambilan keputusan kelompok tani Margomulyo melibatkan ketua kelompok, pengurus serta anggota kelompok. Partisipasinya mereka sangat menentukan arah dari pengambilan keputusan kelompok tani Margomulyo. Dalam proses pengambilan keputusan kelompok biasanya kelompok tani Margomulyo melakukan identifikasi terhadap masalah yang dihadapi terlebih dahulu. Upaya ini dilakukan saat pertemuan kelompok tani yang dilangsungkan setiap 2 kali dalam sebulan. Selanjutnya mereka melakukan identifikasi alternatif-alternatif solusi yang mungkin tepat untuk menjawab atas permasalahan yang ada. Kelompok tani biasanya menggunakan 3 kewenangan dalam mengambil keputusan kelompok. Ketiga kewenangan tersebut meliputi kewenangan sebelum diskusi, konsensus, dan kewenangan setelah diskusi. Ketiga metode ini dipakai untuk mengambil keputusan dalam kelompok tani di permasalahan yang berbeda-beda. 5. Gaya kepemimpinan demokrasi yang diterapkan oleh ketua kelompok tani Margomulyo dirasakan memiliki dampak yang positif terhadap eksistensi kelompok tani. Ketua kelompok tani memiliki pengaruh yang cukup besar dalam setiap proses pengambilan keputusan kelompok tani Margomulyo. Pengaruh tersebut diperlihatkan dalam keterlibatan ketua kelompok dalam setiap proses pengambilan keputusan kelompok baik dalam metode kewenangan tanpa diskusi, kewenangan setelah diskusi, dan kesepakatan. Ketua kelompok tani dengan kebijaksanaannya dan melibatkan pengurus dan anggota dalam setiap pertemuan kelompok melakukan identifikasi masalah, alternatif solusi sampai pengambilan keputusan kelompok. Dalam pengambilan keputusan kelompok, ketua kelompok mengedepankan partisipasi penuh pengurus dan anggota, obyektifitas, keterbukaan, dan musyawarah mufakat. Dari hasil penelitian tersebut diatas mengisaratkan bahwa betapa pentingnya peran pemimpin dalam mendinamiskan kelompok tani. Dengan gaya kepemimpinan yang diterapkan maka kelompok tani akan lebih hidup. Gaya kepemimpinan demokrasi perlu untuk ditingkatkan implementasinya di semua kelompok tani sehingga dalam upaya pengembangan kelompok tani di Indonesia akan lebih mudah dan upaya meminimalisir krisis kepemimpinan akan teratasi.