Analisis Ketahanan Pangan Pada Rumah Tangga Petani Padi Metode Budidaya Sri (System Of Rice Intensification) Di Desa Ngadimulyo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Pasuruan

Main Author: Ardiansyah, Luthfi
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2011
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/128724/1/051104059.pdf
http://repository.ub.ac.id/128724/
Daftar Isi:
  • Konsep ketahanan pangan dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan, didefinisikan sebagai suatu kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Definisi tersebut membagi ketahanan pangan atas beberapa subsistem diantaranya; subsistem ketersediaan, distribusi, dan konsumsi pangan. Subsistem ketersediaan pangan mencakup aspek produksi, cadangan serta keseimbangan antara impor dan ekspor pangan. Distribusi pangan mencakup aksesibilitas fisik (mudah terjangkau) dan ekonomi (terjangkau daya beli). Sedangkan konsumsi pangan mencakup mutu dan keamanan serta kecukupan gizi individu (Maleha, dkk., 2003; Pribadi, 2005 dalam Ariani, 2008; Hanani, 2009). Untuk mewujudkan ketahanan pangan pada aspek ketersediaan pangan masih terdapat sejumlah permasalahan, diantaranya adalah lambatnya pertumbuhan produksi pangan rata-rata kurang dari 1%, sedangkan pertumbuhan penduduk meningkat 1,2% setiap tahun (Suryana, 2005; Hanani, 2009). Selain itu, menurunnya kualitas dan kesuburan lahan akibat kerusakan lingkungan serta semakin terbatasnya lahan pertanian akibat alih fungsi lahan (Nainggolan, 2008). Salah satu upaya untuk memperbaiki kondisi lahan agar produksi dan produktivitasnya meningkat adalah melalui penerapan metode budidaya SRI ( System of Rice Intensification ). Kasubdit Optimalisasi Lahan Direktorat Pengelolaan Departemen Pertanian dalam Prasetya Online (2009) menyatakan, meningkatnya produktivitas padi dan produksi gabah melalui SRI dinilai mampu mendukung ketahanan pangan. Desa Ngadimulyo merupakan salah satu desa di Kabupaten Pasuruan yang menerapkan metode SRI dan memiliki potensi pangan pokok (Lokononto, 2008, dan Dinas Komunikasi dan Informatika Pemprov. Jatim, 2009). Melalui penerapan SRI, mengindikasikan adanya kontribusi dalam mewujudkan ketahanan pangan melalui subsistem ketersediaan pangan dengan peningkatan produksi padi yang dihasilkan. Meskipun demikian, peningkatan produksi yang dihasilkan tidaklah berarti menunjukkan bahwa seluruh masyarakat mampu menikmati hasil tersebut atau bahkan terbebas dari kekurangan pangan. Sebagaimana diungkapkan Braun, dkk. (1992) dalam Rachman, dkk. (2008); Saliem, dkk. (2001) dalam Purwantini (2008); Maleha, dkk. (2003); Rachman (2004); dan Hanani (2009), persediaan pangan yang cukup di tingkat nasional maupun regional tidak menjamin kecukupan pangan pada tingkat rumah tangga atau individu. Hal tersebut perlu diimbangi dengan subsistem distribusi agar peningkatan produksi dapat terdistribusi merata dan terjangkau pada tiap rumah tangga. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis ketersediaan pangan pada rumah tangga petani padi dengan metode SRI ( System of Rice Intensification ) di daerah penelitian; (2) mengidentifikasi distribusi pangan hasil panen padi SRI di daerah penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penentuan lokasi dilakukan secara purposive (sengaja) di Desa Ngadimulyo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Pasuruan. Desa Ngadimulyo merupakan salah satu desa yang sebagian petaninya telah menerapkan metode SRI dalam budidaya padinya (PPK Sampoerna, 2009). Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan petani dan lembaga pemasaran, sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga yang terkait misalnya: Kantor Desa, Kecamatan, dan Badan Pusat Statistik, serta Instansi terkait lainnya. Penetapan sampel menggunakan metode Simple random sampling dengan jumlah sampel sebesar 30 orang petani padi SRI. Sedangkan lembaga pemasarannya menggunakan metode snowball sampling . Metode analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif. Dimana rasio antara konsumsi normatif dan produksi digunakan sebagai indikator. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan, sekitar 66,67 persen adalah tamatan Sekolah Dasar. Tingkat pendidikan responden yang rendah berimplikasi terhadap rendahnya adopsi inovasi teknologi. Berdasarkan usia responden, sekitar 43,33 persen responden didominasi oleh petani berusia 50 hingga 59 tahun. Semakin tua usia responden berimplikasi terhadap semakin lambannya adopsi inovasi. Berdasarkan lama berusahatani, sekitar 43,33 persen responden berusahatani selama 25 tahun. Lamanya petani berusahatani berimplikasi terhadap kemudahan menerapkan inovasi. Berdasarkan luas lahan garapan, sekitar 50 persen responden memiliki lahan garapan seluas 0,5 hektar per orang. Sempitnya luas lahan garapan berimplikasi lambannya dalam mengadopsi inovasi. Berdasarkan jenis usaha, sekitar 83,33 persen responden menjadikan usahatani sebagai usaha atau pekerjaan utama. Usahatani sebagai usaha atau pekerjaan utama berimplikasi terhadap ketersediaan pangan. Berdasarkan jumlah anggota rumah tangga, sekitar 53,33 persen responden memiliki anggota rumah tangga sebanyak 3 hingga 4 jiwa per rumah tangga. Tingginya jumlah anggota rumah tangga berimplikasi terhadap bertambahnya jumlah kebutuhan konsumsi rumah tangga. Ketersediaan pangan rumah tangga petani padi dengan metode budidaya SRI mengalami surplus. Hal ini ditunjukkan dengan nilai ketersediaan pangan rata-rata rumah tangga ( AV ) yang diperoleh hasil penelitian sebesar 0,1. Artinya adalah konsumsi normatif rata-rata rumah tangga petani sudah terpenuhi dengan 0,1 bagian dari produksi rata-rata rumah tangga yang dihasilkan. Implikasi surplus pada ketersediaan pangan beras pada rumah tangga menunjukkan kondisi ketahanan pangan rumah tangga termasuk rumah tangga tahan pangan. Disamping itu, fenomena dilapang menunjukkan bahwa jumlah anggota rumah tangga yang kecil belum tentu memiliki rasio ketersediaan (R AV ) kecil pula. Karena hasil penelitian menunjukkan jumlah anggota rumah tangga 5 jiwa per rumah tangga memiliki rasio ketersediaan (R AV ) yang kecil pula seperti pada rumah tangga yang beranggotakan 2 jiwa per rumah tangga yaitu 0,08. Sedangkan hasil identifikasi distribusi, diketahui bahwa hasil panen padi SRI di daerah penelitian terdistribusi ke dalam desa. Hal ini ditunjukkan sekitar 96,66 persen petani menjual hasil panennya kepada pedagang dalam desa. Kemudian, pedagang dalam desa menjual dalam bentuk beras kepada pedagang pengecer dalam desa, dan dijual kembali kepada konsumen beras dalam desa. Sedangkan Unit penggilingan