Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Faktor Produksi Pada Usahatani Tebu (Saccharum Officinarum L) Di Desa Gondanglegi Kulon, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang

Main Author: Saladin, Sulthon
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2011
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/128718/1/SKRIPSI.pdf
http://repository.ub.ac.id/128718/
Daftar Isi:
  • Pertanian merupakan sektor yang sangat penting peranannya dalam struktur ekonomi nasional. Salah satu komoditas utama dalam sektor pertanian Indonesia adalah tebu, yang merupakan bahan baku utama dalam industri gula. Secara nasional kebutuhan gula dalam negeri mencapai 4,8 juta ton tiap tahunnya, dimana sekitar 2,7 juta ton untuk konsumsi langsung dan 1,8 juta ton untuk industri. Sedangkan produksi gula dalam negeri hanya 2,8 juta ton (Ibnu, 2010). Dari data Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang tahun 2009, Kecamatan Gondanglegi merupakan penghasil tebu terbesar di Kabupaten Malang dengan produksi sebesar 507.076 ton tebu dan luas areal lahan perkebuan tebu sebesar 4717 ha pada tahun 2008. Dilihat dari sisi produktivitas tebu yang dihasilkan, Kecamatan Gondanglegi yaitu sebesar 107,48 ton/ha, data tersebut masih lebih rendah dari pada tingkat produktivitas yang seharusnya bisa dicapai petani tebu di Kabupaten Malang yaitu 109,19 ton/ha. Perbandingan antara kondisi aktual dengan potensial inilah yang disebut dengan frontier. Desa Gondanglegi Kulon, merupakan Desa di Kecamatan Gondanglegi dengan jumlah pengelolaan lahan untuk usahatani terbesar. Dari 400 ha lahan pertanian di Desa tersebut sebanyak 350 ha adalah perkebunan tebu yang sebagian besar petani berusahatani tebu. (profil desa Gondanglegi Kulon 2009). Dengan kata lain petani di Desa Gondanglegi Kulon masih belum mampu mengalokasikan penggunaan faktor produksi secara optimal untuk menghasilkan tingkat produksi yang maksimal. Berdasarkan permasalahan dilapangan maka penelitian ini bertujuan untuk 1. Menganalisis pengaruh penggunaan input (faktor produksi) terhadap produksi tebu pada usahatani tebu. 2.Menganalisi tingkat efisiensi penggunaan input (faktor produksi) pada usahatani tebu di Desa Gondanglegi Kulon, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang. Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan secara deskriptif mengenai gambaran tentang data primer dan data sekunder yang diperoleh selama penelitian, analisis deskriptif ini menggunakan alat bantu tabel. Analisis kuantitatif berfungsi menganalisis efisiensi penggunaan input dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi pada usahatani tebu, alat analisis yang digunakan adalah analisis fungsi produksi stochastik frontier menggunakan parameter pendugaan MLE (Maximum Likelihood Estimation) . Hasil yang diperoleh yaitu : (1) Faktor yang berpengaruh nyata terhadap produksi frontier dalam usaha tebu yaitu luas lahan, penggunaan pupuk Phonska dan Urea. Sementara faktor produksi pupuk ZA dan tenaga kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produksi tebu. (2) Faktor luas lahan, Phonska, Urea, dan tenaga kerja memiliki hubungan positif dan Pupuk ZA memiliki hubungan negatif terhadap produksi tebu. (3) Nilai perhitungan LR test secara manual ini sama dengan nilai LR test yang tersaji pada hasil frontier dengan menggunakan MLE yaitu 0,088424. Nilai LR test ini selanjutnya dibandingkan dengan nilai χ 2 . Nilai χ 2 yang didapatkan adalah 62,43 pada tingkat kepercayaan 99%, dan nilai ini lebih besar apabila dibandingkan dengan nilai LR test. Hal ini berarti bahwa H 1 ditolak dan H 0 diterima sehingga nilai σ u 2 = 0 . hal ini berarti koefisien dari masing-masing variabel didalam model efek inefisiensi sama dengan nol. Maka masing-masing variabel penjelas dalam model efek inefisiensi tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat inefisiensi didalam poses produksi. (4) Efisiensi teknis dari usahatani tebu memiliki tingkat efisiens ratarata 0,87 sehingga bisa dikategorikan efisien dan masih memiliki peluang sebesar 0,13 untuk mencapai tingkat produksi potensial tertinggi. Tingkat efisiensi terendah beradap pada tingkat 0,71 sedangkang tingkat efisiensi tertinggi adalah 0,95. Dari hasil penelitian, ada beberapa hal yang dapat penulis sampaikan guna perbaikan di masa yang akan datang, yaitu: (1) Perlu adanya pembinaan dari pabrik gula atau instansi kepada petani yang lebih intensif agar petani melakukan budidaya serta manajemen penggunaan input produksi dengan baik sehingga dapat meningkatkan produksi dan dalam upaya peningkatan pendapatan. (2). Dalam peningkatan produksi usahatani tebu di Desa Gondanglegi, petani perlu memperhatikan faktor yang mempengaruhi produksi tebu seperti luas lahan, lahan yang terbatas perlu dilakukan cara intensifikasi usahatani dengan teknis budidaya yang lebih baik dan penggunaan input produksi yang optimal. (3). Sedangkan untuk penggunaan pupuk yang perlu melakukan pemilihan tepat jenis dan tepat waktu dalam melakukan pemupukan serta dilakukan penambahan pupuk organik agar meminmalkan kerusakan struktur tanah dari pupuk kimia.