Dampak Perubahan IklimTerhadap Produksi dan Pendapatan Usahatani Jeruk Keprok (Citrus nobilis L.) (Studi Kasus di Desa Panaguan, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan)

Main Author: Danianto, SeptianWahyu
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2011
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/128714/1/051103840.pdf
http://repository.ub.ac.id/128714/
Daftar Isi:
  • Komoditas hortikultura yang mempunyai peluang dan potensi bisnis yang besar di Indonesia adalah jeruk keprok. Dirjen Hortikultura (2008), menyebutkan bahwa permintaan akan jeruk keprok terus meningkat, yang ditandai dengan masih tingginya angka impor jeruk keprok yaitu sebesar 68.535 ton pada tahun 2006 sementara produksi jeruk keprok dalam negeri sendiri masih rendah. Rendahnya produksi jeruk tersebut bisa disebabkan oleh berbagai faktor yang salah satunya adalah adanya perubahan iklim. Dampak perubahan iklim yang terjadi pada komoditas jeruk keprok dapat dilihat di Pulau Madura khususnya di Desa Panaguan, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan yang merupakan salah satu sentra penghasil jeruk keprok. Walaupun telah menjadi sentra penghasil jeruk keprok, Madura khususnya di Desa Panaguan Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan ini produksinya belum bisa mencukupi permintaan jeruk keprok yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Perubahan iklim yang tidak menentu menjadi salah satu faktor yang mendasarinya. Ditambah lagi dengan kondisi alam yang sebagian besar bertanah gersang, curah hujan sedikit dan kecepatan angin yang tinggi juga menyebabkan produksi jeruk keprok yang dihasilkan di Desa Panaguan relatif rendah. Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian yaitu 1) Bagaimanakah dampak perubahan iklim terhadap produksi usahatani jeruk keprok di Desa Panaguan, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan. 2) Bagaimanakah dampak perubahan iklim terhadap pendapatan usahatani jeruk keprok di Desa Panaguan, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap petani terhadap adanya perubahan iklim yang mempengaruhi usahatani jeruk keprok di Desa Panaguan, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan , 2) Mengetahui dampak perubahan iklim terhadap produksi jeruk keprok di Desa Panaguan, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan, 3) Mengetahui dampak perubahan iklim terhadap pendapatan usahatani jeruk keprok di Desa Panaguan, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan. Lokasi penelitian ditentukan dengan purposive (sengaja), yaitu di Desa Panaguan, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan, Madura. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan bahwa di Desa Panaguan merupakan wilayah pengembangan jeruk keprok di Kabupaten Pamekasan.. Metode penentuan responden atau sampel petani dilakukan dengan menggunakan metode Proportionate Stratified Random Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 41 petani. Metode pengambilan data yaitu dengan cara wawancara ke petani, dokumentasi dan kaji pustaka referensi yang berhubungan dengan penelitian. Hasil dari pengetahuan dan sikap petani terhadap adanya perubahan iklim di daerah penelitian menunjukkan bahwa perubahan iklim khususnya dengan kenaikan intensitas curah hujan pada tahun 2009 ke tahun 2010 amat berpengaruh terhadap biaya produksi, jumlah produksi jeruk keprok yang dihasilkan, penerimaan, serta pendapatan petani. Telah banyak petani yang memiliki pengetahuan terhadap adanya perubahan iklim maupun unsur iklim apa saja yang dirasakan mengalami perubahan. Meskipun ada beberapa responden yang tidak memiliki pengetahuan tentang perubahan iklim, namun semua responden telah merasakan dampak dari perubahan iklim tersebut. Produksi jeruk keprok yang dihasilkan setelah adanya perbedaan iklim yang ditandai dengan adanya perubahan curah hujan dari tahun 2009 ke 2010 mengalami kenaikan. Hal ini ditandani dengan jumlah curah hujan pada tahun 2009 sebesar 1.116 mm/tahun sedangkan jumlah curah hujan pada tahun 2010 sebesar 2.388 mm/tahun. Perbedaan jumlah curah hujan pada tahun 2009 ke 2010 mendukung pertumbuhan tanaman jeruk yang membutuhkan 5 sampai 9 bulan basah untuk perkembangan bunga dan buah . Pada tahun 2009 rata-rata produksi jeruk keprok sebesar 4.014,48 kg sedangkan pada tahun 2010 sebesar 4.547,21 kg. Hasil analisis paired sample T-test menunjukkan hasil t hitung sebesar – 93,949 sedangkan nilai t tabel sebesar 2,02. Dimana nilai t hitung lebih besar dari t tabel atau berada di luar daerah penerimaan H0, sehingga H1 diterima dan H0 ditolak dengan nilai α 0,05. Ini berarti bahwa antara rata -rata produksi usahatani jeruk keprok pada tahun 2009 dan 2010 mempunyai perbedaan yang nyata. Pendapatan usahatani jeruk keprok yang diperoleh petani setelah adanya perbedaan iklim yang ditandai dengan perubahan curah hujan dari tahun 2009 ke 2010 juga mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan jumlah produksi. Pada tahun 2009 rata-rata pendapatan usahatani jeruk keprok sebesar Rp 11.763.533,10 sedangkan pada tahun 2010 sebesar Rp 15.351.398,10. Hasil analisis paired sample T-test menunjukkan hasil t hitung sebesar – 129,26 sedangkan nilai t tabel sebesar 2,02. Dimana nilai t hitung lebih besar dari t tabel atau berada di luar daerah penerimaan H0, sehingga H1 diterima dan H0 ditolak dengan nilai α 0,05. Ini berarti bahwa antara rata-rata pendapatan usahatani jeruk keprok pada tahun 2009 dan 2010 mempunyai perbedaan yang nyata.