Faktor yang Berpengaruh terhadap Pengambilan Keputusan Penggunaan Varietas Tebu (Studi Kasus pada Petani Tebu di Desa Gondanglegi Kulon. Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang)
Main Author: | EKADEWI, YANIARTRI |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2011
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/128684/ |
Daftar Isi:
- Tebu ( Saccharum officinarum ) merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam pembangunan sub sektor pertanian antara lain untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun sebagai komoditi ekspor penghasil devisa negara. Sebagai bahan baku utama gula putih, tebu merupakan komoditi pertanian yang memiliki nilai kebutuhan ekonomi yang tinggi dan merupakan komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia. Meskipun tebu sebagai bahan baku utama gula mengalami pertumbuhan baik dari segi areal, produksi, produktivitas dan rendemen, akan tetapi kebutuhan gula di Indonesia belum bisa terpenuhi. Keadaan ini mengharuskan pemerintah Indonesia masih harus melakukan impor. Pemerintah Indonesia mencanangkan program akselerasi untuk peningkatan produksi dan produktivitas gula nasional yang berguna untuk menekan impor gula dan mewujudkan swasembada gula nasional dengan diterapkannya teknologi yaitu, budidaya tebu dengan menggunakan varietas unggul dengan potensi produksi dan rendemen tinggi yang mampu meningkatkan kualitas maupun kuantitas produksi tebu secara signifikan. Akan tetapi kondisi di Desa Gondanglegi Kulon masih terjadi ketidaksesuaian dari upaya peningkatan produktivitas gula nasional khususnya dalam penggunaan varietas tebu unggul. Varietas yang digunakan di Desa Gondanglegi Kulon adalah jenis BL yang termasuk dalam kategori masak lambat dan varietas BZ 132 yang termasuk dalam kategori masak awal. Perbedaan yang mendasar pada keduanya adalah potensi produksi tebu yang berbeda yaitu BL bisa mencapai 94,3 ton/ha dengan tingkat rendemen 7,51% sedangkan varietas BZ 132 hanya sebesar 80 ton/ha akan tetapi tingkat rendemen yang dihasilkan lebih tinggi yaitu berkisar 9%. Penggunaan varietas yang sudah terlalu lama dan kurangnya pemahaman serta pengetahuan tentang keunggulan varietas lain membuat petani melanjutkan masa tanam tebu dari varietas yang sebelumnya. Hal ini juga diakibatkan karena petani tebu di tempat penelitian fanatik akan bobot tebu, sehingga mayoritas petani tebu di Desa Gondanglegi Kulon lebih suka menanam tebu dengan varietas BL dibandingkan dengan varietas yang lain. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani dari penggunaan varietas tebu BL dan BZ dan menganalisis faktor–faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam pengunaan varietas tebu BL dan BZ di lokasi penelitian. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis data kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif dilakukan dengan metode deskriptif. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan gambaran atau penjelasan mengenai keadaan, fakta-fakta yang terjadi di lapang tentang keadaan petani tebu dan pelaksananan usahatani tebu. Analisis data kuantitatif yang digunakan adalah analisis pendapatan usahatani dan ii uji beda rata-rata digunakan untuk menjawab tujuan pertama dan analisis regresi binary logistik digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang kedua. Berdasarkan hasil analisis deskriptif diketahui bahwa alasan petani menggunakan tebu varietas BL adalah karena mereka menganggap bahwa dengan menggunakan varietas BL sudah merupakan pilihan terbaik dimana varietas ini menghasilkan bobot yang lebih dibandingkan varietas BZ. Sedangkan petani yang menggunakan varietas BZ lebih mempertimbangkan bahwa rendemen yang dihasilkan oleh varietas ini lebih tinggi sehingga pendapatan yang mereka terima juga tinggi tanpa melihat bobot tebu yang dihasilkan. Hasil analisis usahatani tebu menunjukkan total biaya usahatani yang dikeluarkan oleh petani tebu dalam satuan hektar adalah sebesar Rp.38.049.427 pada petani tebu pengguna varietas BL sedangkan petani tebu yang menggunakan varietas BZ 132 adalah sebesar Rp.34.065.127. Terjadi perbedaan biaya antara pengguna varietas BL dan BZ 132, hal ini karena penggunaan pupuk, nilai sewa, biaya tenaga kerja yang berbeda-beda. Sedangkan untuk rata-rata hasil penerimaan dari usahatani tebu diperoleh sebesar Rp.72.915.681 dan Rp.74.662.595 yang didapatkan petani pengguna varietas BZ 132. Sehingga didapatkan rata-rata pendapatan sebesar Rp.34.866.253 untuk petani pengguna varietas BL dan Rp.40.597.467 untuk petani pengguna varietas BZ 132. Berdasarkan hasil uji beda rata-rata diperoleh nilai signifikansi F hitung = 1,575 dan F tabel = 2,36. Hasil yang didapatkan yaitu kedua responden petani tebu yaitu pengguna varietas BL dan BZ memiliki kesamaan varian (homogenitas) menurut uji F. Hal ini terjadi karena F hitung < F Tabel pada tingkat signifikansi 0,05. Sedangkan untuk uji t diperoleh hasil nilai T hitung = -0,944. Oleh karena T hitung < T tabel (-0,944 < 1,6853) pada tingkat signifikan 5%, maka terima H 0 dan tolak H 1 . Dengan demikian, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan usahatani tebu pengguna varietas BL dengan petani pengguna varietas BZ. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independent yaitu produktivitas (X 1 ), luas lahan (X 2 ), lama usahatani (X 3 ), kepras (X 4 ) dan jumlah tanggungan keluarga (X 5 ). Sedangkan variabel dependen yaitu pengambilan keputusan petani responden tebu dalam menggunakan varietas tebu BL (Y=1) atau menggunakan varietas BZ (Y=0). Hasil pengolahan data dalam analisis regresi logistic diperoleh nilai Nagelkerke R-Square (R 2 ) sebesar 0,709 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel independen sebesar 70,9% dan sisanya sebesar 29,1% dijelaskan oleh variabel lain. Sedangkan faktor-faktor yang menjadi pertimbangan keputusan petani dan berpengaruh nyata yaitu produktivitas, luas lahan dan juga kepras. Dengan nilai koefisien 0,011 pada tingkat signifikansi 0,087 untuk faktor produktivitas, nilai koefisien -3,451 pada tingkat signifikansi 0,070 untuk faktor luas lahan dan yang terakhir adalah dengan nilai koefisien -1,418 pada tingkat signifikansi 0,073 untuk faktor kepras. Sedangkan jumlah tanggungan keluarga dan lama usahatani tidak berpengaruh secara signifikan dalam penelitian ini.