Penerapan Budidaya Tanaman sehat Sebagai Salah Satu Prinsip Pengelolaan Hama Terpadu untuk Mengelola Populasi Ulat Krop Kubis Crocidolomia binotalis Zeller (Lepidoptera: Pyralidae) pada Pertanaman
Main Author: | Solihin, AnggryP |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2011
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/128654/1/051103637.pdf http://repository.ub.ac.id/128654/ |
Daftar Isi:
- Ulat krop kubis C. binotalis merupakan salah satu hama penting tanaman kubis di Indonesia. Untuk mengendalikan C. binotalis , petani kubis hanya mengandalkan aplikasi insektisida sintetik secara terjadwal tanpa melakukan pengamatan terhadap populasi C. binotalis maupun musuh alaminya. Keadaan ini berpotensi menimbulkan dampak buruk pada musuh alami dan organisme lain yang bermanfaat di ekosistem. Salah satu metode pengendalian yang diharapkan mampu mengatasi serangan C. binotalis dan meminimalisir residu insektisida pada tanaman kubis adalah pengelolaan hama terpadu (PHT). Penerapan PHT dilandasi oleh beberapa prinsip dasar diantaranya adalah budidaya tanaman sehat. Tujuan budidaya tanaman sehat adalah menghasilkan tanaman yang tahan terhadap serangan organisme penganggu tanaman, lebih cepat sembuh dari kerusakan dan lebih produktif. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk mengetahui pengaruh penerapan budidaya tanaman sehat pada populasi C. binotalis dan produksi kubis. Dengan menerapkan budidaya tanaman sehat pada PHT kubis diharapkan dapat menurunkan populasi C. binotalis dan meningkatkan produksi kubis. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Junrejo, Kotamadya Batu dan Laboratorium Entomologi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Penelitian dilaksanakan bulan November 2009 sampai April 2010. Penelitian ini menggunakan metode eksplorasi langsung, dengan mengadakan pengamatan pada 2 petak lahan yaitu lahan yang menerapkan budidaya tanaman sehat (PHT) dan lahan yang sesuai dengan teknik budidaya petani di tempat penelitian dilaksanakan (non PHT). Pada lahan PHT, budidaya kubis menggunakan perlakuan benih dan bibit dengan jamur dan bakteri antagonis, penggunaan dosis pupuk yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi lahan, penambahan bahan organic berupa pupuk kandang sapi, aplikasi insektisida dari ekstrak nimbi dan nematode entomopatogen. Di lahan non PHT, budidaya kubis menggunakan pestisida sintetik secara terjadwal dan aplikasi pupuk kimia. Dari hasil penelitian diketahui, rerata kelompok telur (0,125) dan larva (0,028) C. binotalis di lahan PHT tidak berbeda dengan rerata kelompok telur (0,087) dan larva (0,006) di lahan non PHT, produksi kubis di lahan PHT (104,4 kg) lebih tinggi dibandingkan di lahan non PHT (64,1 kg), intensitas kerusakan tanaman di lahan PHT (5 %) lebih rendah di lahan non PHT (30 %), indeks keanekaragaman arthropod di lahan PHT (3,13) lebih tinggi dibandingkan di lahan non PHT (2,52) dan nilai BCR pada lahan PHT (0,98) lebih tinggi dibandingkan di lahan non PHT (0,86), namun keduanya belum layak diusahakan.