Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Anggur Prabu Bestari studi kasus di Kecamatan Wonoasih, Probolinggo

Main Author: DestyanaEllinggaPratiwi
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2010
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/128597/1/051000856.pdf
http://repository.ub.ac.id/128597/
Daftar Isi:
  • Indonesia merupakan salah satu negara penghasil buah tropis yang memiliki keanekaragaman dan keunggulan cita rasa yang cukup baik bila dibandingkan dengan buah-buahan dari negara-negara penghasil buah tropis lainnya (Dirjen Hortikultura Dinas Pertanian, 2009). Komoditas unggulan daerah yang pengembangannya telah didukung melalui pendanaan APBN mencakup 29 komoditas yang tersebar di 90 kabupaten/kota di Indonesia. Untuk komoditi anggur, lokasi sentra pengembangannya adalah Kota Probolinggo (Jawa Timur), Buleleng (Bali), dan Kota Palu (Sulawesi Tenggara). Varietas Prabu Bestari merupakan varietas anggur unggul, hasil introduksi dari varietas Red Prince Australia, yang dipatenkan oleh Pemerintah Kota Probolinggo pada tahun 2007. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan produksi anggur dari Kota Probolinggo yang beberapa tahun terakhir menurun. Pengembangan potensi budidaya dan usahatani anggur di Kota Probolinggo dilakukan secara intensif dan didukung penuh oleh pemerintah daerah, salah satunya melalui Program Pengembangan Agribisnis Kota Probolinggo dengan pemberian dana pinjaman Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) Kegiatan Pengembangan Tanaman Anggur. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Menganalisis biaya produksi dan pendapatan usahatani anggur Prabu Bestari; (2) Menganalisis kelayakan finansial usahatani anggur Prabu Bestari; dan (3) Menganalisis kepekaan/sensitivitas usahatani anggur Prabu Bestari terhadap perubahan biaya produksi, harga produk, dan jumlah produksi. Adapun kegunaan dari pelaksanaan penelitian ini antara lain: (1) Seabagi sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan kemampuan penulis yang telah diperoleh; (2) Sebagai bahan informasi bagi para petani anggur dalam meningkatkan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki agar produksi dan pendapatannya meningkat; (3) Sebagai bahan informasi bagi pemerintah daerah sebagai pembuat kebijakan bagi pengembangan potensi daerah menuju pada peningkatan taraf hidup masyarakat petani secara regional maupun nasional; dan (4) Sebagai bahan informasi bagi penelitian–penelitian selanjutnya. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja ( purposively ) di Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo. Penentuan responden dalam penelitian ini menggunakan metode sensus terhadap 27 petani yang mengusahakan tanaman anggur Prabu Bestari di Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo yang bekerja sama dengan Dinas Pertanian Kota Probolinggo. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara (dengan pihak-pihak yang terkait), obeservasi (pengamatan langsung), dan dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah: (1) Analisis kualitatif; (2) Analisis arus uang tunai; (3) Analisis kelayakan finansial; dan (4) Analisis sensitivitas. Hasil dari analisis deskriptif adalah bahwa Program Pengembangan Agribisnis Kota Probolinggo adalah melalui pemberian dana pinjaman Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) Kegiatan Pengembangan Tanaman Anggur. Kegiatan ini dijalankan oleh Dinas Pertanian bekerja sama dengan kelompok-kelompok tani yang ada di tiap kecamatan di Kota Probolinggo. Pemberian pinjaman diberikan atas nama kelompok tani dengan pola perguliran. Hasil analisis arus uang tunai dalam usahatani anggur Prabu Bestari di Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo adalah bahwa usahatani tersebut menguntungkan ( profitable ) untuk dijalankan. Hasil perhitungan arus uang tunai: biaya produksi rata-rata sebesar Rp. 33.235.153,18/Ha/tahun; penerimaan rata-rata usahatani sebesar Rp. 50.781.645,09/Ha/tahun; dan pendapatan rata-rata yang diperoleh petani sebesar Rp. 17.526.036,91/Ha/tahun. Hasil analisis kelayakan finansial usahatani anggur Prabu Bestari, pada tingkat suku bunga bank 14%, adalah bahwa usahatani tersebur layak dikembangkan, dengan nilai Net B/C sebesar 1,85; NPV sebesar Rp. 54.192,293,31; IRR sebesar 28,67%; dan payback period selama 5 tahun 4 bulan. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya produksi 10% mengakibatkan perubahan nilai Net B/C menjadi 1,49; NPV sebesar Rp. 34.737.561,31; IRR sebesar 23,09%, dengan jangka waktu pengembalian modal investasi menjadi 5 tahun 9 bulan sehingga usaha tersebut masih layak dikembangkan. Pada penurunan harga produk 15% usahatani tersebut juga masih layak dikembangkan, dengan nilai Net B/C sebesar 1,25; nilai NPV sebesar Rp. 16.881.351,32; IRR sebesar 17,93% dengan payback period selama 6 tahun 1 bulan. Kepekaan terhadap penurunan produktivitas 25% menghasilkan nilai Net B/C sebesar 0,88, NPV -Rp. 7.992.610,01, IRR diperoleh sebesar 10,01%. dan jangka waktu pengembalian modalnya selama 6 tahun 9 bulan, maka usahatani menjadi tidak layak dijalankan karena Net B/C < 1, NPV < 0, dan IRR < i. Saran yang muncul dari penelitian ini adalah: (1) Diharapkan para penyuluh pertanian lebih intensif dan lebih lama melakukan pendampingan terhadap para petani anggur; (2) Pemerintah juga diharapkan memberi dukungan penuh terhadap setiap upaya penelitian dan pengembangan (litbang) di bidang pertanian; dan (3) Petani diharapkan lebih banyak mencari informasi tentang pembudidayaan maupun teknologi pertanian.