Interaksi Genotipe x Lingkungan Tiga Puluh Galur Gandum (Triticum sp.) di Empat Lokasi
Main Author: | CaturSuciariKurnia |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2010
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/128595/1/051000855.pdf http://repository.ub.ac.id/128595/ |
Daftar Isi:
- Gandum merupakan salah satu jenis tanaman pangan penting yang digunakan secara langsung atau sebagai bahan baku pangan lainnya. Hampir 43 negara di dunia menggunakan gandum sebagai bahan makanan pokok atau sekitar 35 persen dari total penduduk dunia. Tanaman gandum ( Triticum aestivum L.) dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada beberapa lahan pertanian di Indonesia. Kendala yang dihadapi pada penanaman gandum di Indonesia saat ini ialah lingkungan tumbuh penanaman gandum masih terbatas di dataran-dataran tinggi, sedangkan wilayah-wilayah pengembangan tanaman pangan di Indonesia sebagian besar tersebar di dataran sedang sampai rendah. Oleh karena itu pengembangan tanaman gandum sebaiknya dilakukan pada daerah yang memiliki ketinggian medium dan rendah. Langkah yang paling cepat ialah dengan menyeleksi turunan esesensial tanaman gandum yang sudah dapat beradaptasi dengan lingkungan pada daerah dataran rendah dan medium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi genotipe x lingkungan pada 30 galur gandum yang ditanam di empat lokasi yang meliputi dataran rendah dan dataran sedang. Hipotesis yang diajukan ialah terdapat interaksi genotip x lingkungan dan galur-galur gandum terseleksi di empat lokasi yang meliputi dataran rendah dan dataran sedang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2009 hingga November 2009 di empat lokasi yaitu, lokasi Dau dengan titik koordinat 7°5454"LS 112°3519"BT, ketinggian ± 560 m dpl, curah hujan ± 1700 mm/th, suhu rata-rata harian ±24 0C dan jenis tanah ultisol. Lokasi Tumpang dengan titik koordinat 7°5323"LS 112°4012"BT, ketinggian ±450 dpl, curah hujan ±1500mm/th, suhu rata-rata harian ±250C dan jenis tanah inceptisol. Lokasi Ngajum dengan titik koordinat 8°748"LS 112°3447"BT, ketinggian ±110 m dpl, curah hujan ±1500 mm/th , suhu rata-rata harian ±270C, dan jenis tanah ultisol. Lokasi Muneng dengan titik koordinat 7°4535"LS 113°120"BT, ketinggian ±20 m dpl, curah hujan ±1200 mm/th , suhu rata-rata harian ±30 0C, dan jenis tanah inceptisol. Bahan yang digunakan adalah dua puluh tujuh galur gandum dan tiga varietas pembanding. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang, Urea, SP 18, KCl dan pupuk daun. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang diulang tiga kali dengan ukuran petak 1m x 3m. Pengamatan meliputi karakter kualitatif yang terdiri dari warna biji dan warna malai. Karakter kuantitatif yang diamati ialah umur berbunga (hst), umur panen (hst), tinggi tanaman (cm), jumlah spikelet per malai, jumlah biji per malai, jumlah malai per m2, panjang malai (cm), bobot 1000 biji, bobot biji per plot dan hasil panen biji kering. Data karakter kualitatif disajikan dalam bentuk gambar, sedangkan karakter kuantitatif dianalisa dengan menggunakan analisis ragam pada masing-masing lokasi dan dilanjutkan dengan analisis ragam gabungan untuk mengetahui pengaruh GxE. Untuk menyeleksi tanaman gandum yang berpenampilan baik menggunakan analisis gerombol Scott-Knott. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penampilan galur gandum yang diuji dipengaruhi oleh adanya interaksi genotip x lingkungan. Interaksi genotip x lingkungan terjadi pada semua karakter yaitu jumlah biji per m2, bobot biji per plot, bobot 1000 biji, hasil panen biji kering, tinggi tanaman, panjang malai,jumlah spikelet per malai dan jumlah biji per malai. Galur yang mampu beradaptasi spesifik di daerah Dau ialah galur 42 (2,30 t.ha-1). Galur yang mampu beradaptasi spesifik di daerah Muneng ialah galur H-14 (1,96 t.ha-1). Galur yang mampu beradaptasi spesifik di daerah Ngajum ialah galur G-1 (2,13 t.ha-1).Galur yang mampu beradaptasi spesifik di daerah Tumpang ialah galur 85 (2,05 t.ha-1). Galur 28 merupakan galur yang paling baik dan paling stabil di keempat lokasi hal tersebut karena galur 28 memiliki stabilitas hasil tinggi pada karakter jumlah malai per m2, bobot biji per plot, bobot 1000 benih dan panjang malai. Tetapi pada karakter hasil panen biji kering. Galur 38 cocok dikembangkan pada daerah yang kurang subur karena karakter galur 38 memiliki rata-rata yang tinggi dan karakter-karakter tersebut mampu beradaptasi pada lingkungan yang kurang subur. Sedangkan untuk daerah yang subur (produktif), galur G-1 cocok dikembangkan karena rata-ratanya tinggi dan hanya beradaptasi pada lingkungan yang produktif.