Efektifitas Fitoremediasi, Wetland Dan Tanah Dalam Meningkatkan Kualitas Limbah Cair Pabrik Penyamakan Kulit
Main Author: | SriUtamiEndrowati |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2010
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/128557/1/051000163.pdf http://repository.ub.ac.id/128557/ |
Daftar Isi:
- Aktivitas industri yang meningkat mengakibatkan meningkatnya limbah, meningkatnya limbah diikuti dengan meningkatnya tingkat resiko pencemaran pada perairan, udara dan tanah. Dari ketiga macam limbah yang dihasilkan pada proses penyamakan kulit yaitu limbah padat, cair dan gas, limbah cair merupakan limbah yang paling membahayakan lingkungan karena banyak mengandung natrium. Limbah harus diolah dahulu sebelum dibuang agar tidak menimbulkan pencemaran. Akhir-akhir ini penggunaan tanaman sebagai agen pembersih lingkungan tercemar banyak dibicarakan. Penggunaan tanaman untuk menghilangkan bahan pencemar baik itu senyawa organik maupun anorganik disebut fitoremediasi. Metode wetland menggunakan gabungan proses fisika dan biologi. Selain wetland, tanah juga berpotensi sanitasi lingkungan. Tujuan dari penelitian adalah menguji kemampuan teknologi pengolah limbah dalam meningkatkan kualitas limbah cair dan mengevaluasi efektivitas pengolahan limbah dari Instalasi Pengolah Limbah (IPAL) dibanding dengan teknologi pengolah limbah dengan fitoremediasi, wetland dan tanah. Penelitian ini dilaksanakan di pabrik penyamakan kulit PT. Kasin Malang mulai bulan Januari 2009 sampai April 2009. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) sederhana yang terdiri dari 6 macam perlakuan dengan 3 kali ulangan yaitu L: limbah cair penyamakan kulit (kontrol), R: Limbah + Fitoremediasi (Cyperus alternifolius), K: Limbah + Kerikil, KR: Limbah + Wetland (Kerikil + Fitoremediasi), T: Limbah + Tanah, TR: Limbah + Tanah + Fitoremediasi. Parameter yang diamati yaitu pH, Na, SAR, TDS, DHL, COD dan BOD. Waktu pengamatan untuk semua parameter yaitu setiap 18 hari sekali. Data yang diperoleh dianalisa menggunakan analisis varian dengan taraf nyata (F=5%) untuk melihat pengaruh antar perlakuan. Bila terdapat pengaruh antar perlakuan dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf 5%. Untuk mengetahui hubungan antar variabel digunakan uji korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fitoremediasi yang menggunakan tanaman Cyperus alternifolius lebih efektif menurunkan nilai Na, SAR, TDS, DHL, COD dan BOD daripada remediasi yang menggunakan media padat (kerikil dan tanah) pada 90 hari setelah remediasi. Hasil remediasi terbaik terdapat pada remediasi wetland (kombinasi media kerikil dengan tanaman Cyperus alternifolius) mampu menurunkan nilai pH (10,72%), Na (64,07%), SAR (59,40%), TDS (56,82%), DHL (57,97%), COD (62,32%) dan BOD (59,69%) pada 90 hari setelah remediasi. Remediasi wetland (kombinasi media kerikil dengan tanaman Cyperus alternifolius) dalam penelitian lebih baik dari IPAL (Instalasi Pengolah Air Limbah) pabrik pada semua parameter yaitu parameter pH, Na, SAR, TDS, DHL, COD dan BOD pada 90 hari setelah remediasi.