Pengaruh Kondisi Seresah Permukaan terhadap Kerapatan Populasi Cacing Tanah Pada Kebun Kelapa Sawit

Main Author: MokhamadRukmanGhifari
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2010
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/128530/1/051100165.pdf
http://repository.ub.ac.id/128530/
Daftar Isi:
  • Konversi lahan dari hutan alami atau hutan karet menjadi perkebunan kelapa sawit akan mengubah sebaran seresah di permukaan tanah, selanjutnya akan menurunkan kandungan bahan organik tanah dan kerapatan populasi serta keragaman cacing tanah. Pengelolaan sisa tanaman di kebun kelapa sawit bervariasi di antara perkebunan. Umumnya sisa tanaman bertumpuk di satu gang antara dua baris (gawangan mati), sedangkan masukan seresah terendah terdapat di jalur pengangkutan panen (pasar pikul). Selain itu, zona sekitar pohon umumnya bebas dari gulma yang merupakan tempat aplikasi pupuk (piringan) dan di antara baris pohon (lorong antar pohon) ditumbuhi tumbuhan bawah. Perbedaan kondisi seresah di permukaan tanah dapat mempengaruhi sifat tanah dan kerapatan populasi cacing tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh kondisi seresah di permukaan tanah terhadap kandungan bahan organik tanah dan kerapatan populasi cacing tanah pada kebun kelapa sawit. Penelitian dilakukan di kebun kelapa sawit rakyat, kebun kelapa sawit plasma dan sebagai pembanding adalah di sistem agroforestri karet yang berada di sekitar kebun kelapa sawit. Survey dilakukan di transmigrasi Kuamang kuning, Muarabungo (Jambi) pada bulan Agustus 2009 sampai dengan Januari 2010, kegiatan yang dilakukan selama di lapangan meliputi pengukuran biomasa pohon, kondisi seresah dan kerapatan populasi cacing tanah. Penentuan titik pengamatan di setiap lahan dilakukan dalam plot pengamatan seluas 40 m x 100 m pada kebun kelapa sawit dan 10 m x 20 m pada agroforestri karet. Pada kebun kelapa sawit pengukuran variabel pengamatan dan pengambilan contoh tanah dilakukan pada empat zona yaitu pasar pikul, piringan, lorong antar pohon dan gawangan mati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi seresah (berat kering) yang berbeda di permukaan tanah terbukti tidak selalu diikuti oleh peningkatan C-organik tanah. Seresah di zona gawangan mati di kebun kelapa rakyat (sekitar 58 Mg ha-1) lebih rendah dari pada di kebun kelapa sawit plasma (67 Mg ha-1) dengan C-organik tanah sekitar 1.40 % dan 1.24 %. Sementara di zona piringan di kebun kelapa sawit rakyat (0.6 Mg ha-1) dan kebun sawit plasma (0.3 Mg ha-1) menunjukkan kondisi seresah terendah, tetapi memiliki kadar C-organik yang agak tinggi sekitar 1.39 % dan 1.36 %. Dibandingkan dengan kondisi sistem agroforestri karet menunjukkan bahwa kondisi seresah di zona gawangan mati pada kebun kelapa sawit jauh lebih tinggi. Seresah pada sistem agroforestri karet rata-rata 7.9 Mg ha-1 dengan kadar C-organik tanah sekitar 1.42 %. Perbedaan kondisi seresah di permukaan tanah tidak secara langsung mempengaruhi kerapatan populasi cacing tanah di kebun kelapa sawit. Perbedaan kondisi seresah lebih berpengaruh pada kelembaban tanah dan C/N rasio tanah. Peningkatan kerapatan populasi cacing tanah (jenis anesic dan endogeic) secara signifikan berkorelasi dengan C-organik tanah (Y = 51.25 x – 39.44; R2 = 0.791; n = 6). Manajemen yang lebih baik dengan peningkatan C-organik tanah dari 1.15 % menjadi 1.74 % akan meningkatkan kerapatan populasi cacing tanah dari 8 ekor m-2 menjadi 41 ekor m-2.