Pengaruh Bahan Organik terhadap Porositas Tanah pada Sistem Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) di Muara Bungo Jambi
Main Author: | WianSaputra |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2011
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/128528/1/051100163.pdf http://repository.ub.ac.id/128528/ |
Daftar Isi:
- Konversi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit memberikan perubahan terhadap sumbangan masukkan bahan organik bagi tanah. Hal ini disebabkan karena dengan adanya konversi tersebut terjadi perubahan jenis vegetasi, kerapatan vegetasi dan perlakuan lain seperti pemupukan, penyiangan dan pemanenan yang akan berdampak pada kondisi bahan organik dan bahan organik tanah. Secara tidak langsung, kondisi bahan organik pada perkebunan kelapa sawit akan berpengaruh pula pada aktivitas organisme tanah, perakaran tanaman, status hara dan kondisi fisika tanah pada lahan tersebut. Sifat-sifat fisik tanah (lapisan atas) sangat penting untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Salah satu sifat fisik tanah yang penting dalam menunjang pertumbuhan tanaman adalah porositas tanah. Pori tanah menyediakan ruang yang mewadahi berbagai proses dan kegiatan kimia, fisik dan biologi tanah. Untuk menunjang berlangsungnya proses-proses kimia, fisik dan biologi yang baik diperlukan air dan udara yang tersedia pada saat yang tepat dan dalam jumlah yang memadai. Oleh karena itu tanah harus memiliki kondisi pori tanah yang bisa mendukung terjadinya sirkulasi udara dan air yang baik. Penelitian ini dilakukan pada perkebunan kelapa sawit milik petani di Muara Bungo Jambi yang bertujuan untuk mempelajari pengaruh bahan organik terhadap porositas tanah pada sistem perkebunan kelapa sawit. Diharapkan dari penelitian ini akan memberikan informasi tentang pengaruh bahan organik terhadap porositas tanah di kebun kelapa sawit, sehingga dapat dijadikan referensi dalam usaha pengelolaan lahan yang konservatif sebagai pertimbangan dalam pengelolaan lahan kelapa sawit yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan tingkat ketersediaan bahan organik yang dihubungkan dengan kondisi porositas tanah pada perkebunan kelapa sawit swadaya, kelapa sawit plasma dan lahan agroforestri karet sebagai pembanding. Lahan perkebunan kelapa sawit memiliki zona-zona yang dibuat khusus untuk aplikasi atau penempatan bahan organik. Penelitian ini dilakukan dengan pengukuran beberapa variabel yang dapat memberikan informasi mengenai kondisi bahan organik dan yang berhubungan dengan porositas tanah. Secara umum, titik pengukuran ada 12 plot, dengan tiap plot berukuran 20 m x 100 m dengan masing-masing plot memiliki 4 zona pengukuran, yaitu zona jalan, piringan, antar pohon dan gawangan mati. Kriteria kebun kelapa sawit yang akan dipilih untuk pengukuran adalah lahan yang memiliki zona ekologi dan jenis tanah yang kurang lebih sama, tanaman sawit yang dipilih telah memasuki umur produktif dengan kisaran umur yang sama (10-12 tahun), titik pengamatan dilakukan pada zona-zona penempatan atau aplikasi bahan organik yang mewakili variasi lahan, pemilihan pohon ditentukan pada titik yang mewakili secara umum kondisi lahan, titik pengukuran dan pengambilan contoh tanah dilakukan pada tanah yang datar dan tidak tergenang pada titik pengamatan yang telah dipilih. Pengukuran diawali dengan mengukur jumlah seresah dipermukaan lahan kemudian disebelah titik pengukuran jumlah seresah disterilkan untuk dilakukan pengukuran kondisi fisika tanah meliputi laju infiltrasi, penggambaran sebaran larutan methylen blue untuk mengetahui kondisi pori makro tanah, berat isi tanah, berat jenis tanah, dan konduktivitas hidrolik jenuh. Contoh tanah diambil tiap 10 cm dari kedalaman 0 – 100 cm. Data yang diperoleh dari lapangan dan laboraturium diuji keragamannya. Untuk mengetahui hubungan antar variabel dilakukan uji korelasi yang dilanjutkan dengan uji regresi. Rata-rata jumlah seresah dipermukaan tanah perkebunan kelapa sawit zona jalan dan piringan tidak jauh berbeda, yaitu 0.43 Mg ha-1 pada zona jalan dan 0.45 Mg ha-1 pada zona piringan. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05) terhadap nilai rata-rata jumlah seresah di permukaan tanah antar penggunaan lahan. Rata-rata jumlah seresah di permukaan tanah tertinggi terdapat pada perkebunan kelapa sawit (18.01 Mg ha-1) dan terendah pada agroforestri karet (7.90 Mg ha-1). Rata-rata kandungan C-organik tanah antar zonasi tertinggi dijumpai pada zona piringan perkebunan kelapa sawit plasma (1.49 %) dan tidak berbeda nyata (p>0.05) dari zona gawangan mati perkebunan kelapa sawit plasma. Zona dengan kandungan C-organik tanah terendah dijumpai pada zona jalan perkebunan kelapa sawit swadaya (0.88 %). Rata-rata kandungan C-organik tanah pada perkebunan kelapa sawit adalah yang terendah (1.25 %) jika dibandingkan dengan kandungan C-organik pada agroforestri karet (1.42 %). Rata-rata persentase pori total tanah tertinggi dijumpai pada zona gawangan mati perkebunan kelapa sawit plasma (51.55 %) dan terendah pada zona jalan perkebunan kelapa sawit swadaya (41.25 %). Rata-rata persentase pori total antar penggunaan lahan menunjukkan bahwa agroforestri karet dijumpai rata-rata porositas total tanah tertinggi dengan rata-rata sebesar 51.55 %. Rata-rata porositas total tanah terendah 45.50 % dijumpai pada perkebunan kelapa sawit swadaya. Rata-rata pori makro tanah tertinggi terdapat pada zona gawangan mati perkebunan kelapa sawit plasma (15.41 %) dan terendah terdapat pada zonasi jalan perkebunan kelapa sawit swadaya (2.70 %). Hasil sidik ragam terhadap rata-rata persentase pori makro tanah antar penggunaan lahan menunjukkan bahwa rata-rata persentase pori makro tanah antar penggunaan lahan berbeda nyata (p<0.05). Persentase rata-rata pori makro tanah tertinggi dijumpai pada agroforestri karet (16.08 %) dan terendah pada perkebunan kelapa sawit dengan rata-rata (8.09 %). Bahan organik tanah tidak dipengaruhi oleh berat total bahan organik kelapa sawit (p>0.05). Jumlah seresah yang besar pada permukaan lahan belum tentu juga diikuti oleh kandungan Corganik / bahan organik tanah yang tinggi. Hasil analisis korelasi dan regresi menunjukkan adanya hubungan yang nyata (P-Value = 0.001* < 5% dan R2 = 0.176) antara kandungan C-organik tanah dengan pori total tanah. Hasil korelasi dan regresi menunjukkan adanya hubungan yang erat (P-Value = 0.029* < 5% dan R2 = 0.194) antara C-organik tanah dengan pori makro tanah. Bahan organik tanah merupakan bagian penting dalam pembentukan dan menjaga stabilitas dari struktur tanah.