Efektifitas Kegiatan Penyuluhan Pertanian Berbasis Petani/ Farmer Managed Extension Activities (FMA) kasus pada Pembuatan Pupuk Bokashi Di Desa Banjarejo, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang
Main Author: | FebrinnaRestikaPutri |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2010
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/128501/1/051003484.pdf http://repository.ub.ac.id/128501/ |
Daftar Isi:
- Pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian sampai saat ini masih dianggap kurang efektif karena masih menggunakan pendekatan dari atas ke bawah (top down) sehingga belum dapat mengakomodasikan aspirasi dan peran serta aktif yang sebenarnya dari petani. Penyelenggaraan penyuluhan seharusnya didasarkan atas kebutuhan lokal petani. Petani perlu diberikan kesempatan untuk berperan aktif dalam memperbaiki mutu penyuluhan pertanian yang sesuai dengan kebutuhannya. Farmers Managed Extension Activites/FMA adalah metode penyuluhan dengan pengembangan kapasitas pelaku utama, dilakukan melalui pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang dikelola oleh pelaku utama itu sendiri sehingga tujuan akhir dari kegiatan penyuluhan tersebut adalah petani menerapkan materi penyuluhan secara sustainable, materi yang diberikan pada saat kegiatan penyuluhan tidak hanya sekedar materi yang dilaksanakan pada saat praktek penyuluhan tetapi juga diterapkan petani secara berkelanjutan. Adapun permasalahan dalam penelitian ini antara lain: 1) Bagaimana Kegiatan Penyuluhan Pertanian Berbasis Petani (FMA) pada Pembuatan Pupuk Bokashi, 2) Bagaimana Persepsi Responden Mengenai Penerapan Prinsip Dasar Farmer Mananged Extension Activities (FMA) pada Kegiatan Penyuluhan Mengenai Pupuk Bokashi Dilihat dari Tingkat Pendidikan Responden, 3) Bagaimana Kinerja UP FMA Selaku Pengelola Kegiatan Penyuluhan Berbasis Petani, 4) Bagaimana Perbedaan Antara Penyuluh Lapangan dan Penyuluh Swadaya pada Penyuluhan Mengenai Pupuk Bokashi Dilihat Dari Karakteristik Unsur Komunikasi, 5) Bagaimana Efektifitas Kegiatan Penyuluhan Pertanian Berbasis Petani (FMA) Berdasarkan Proses Adopsi Inovasi (Pupuk Bokashi) Dilihat dari Tingkat Pendidikan Responden serta 6) Bagaimana Hubungan Penerapan Prinsip Dasar FMA dengan Efektifitas Kegiatan Penyuluhan mengenai pupuk bokashi. Tujuan penelitian ini untuk : 1) Mendeskripsikan Kegiatan Penyuluhan Pertanian Berbasis Petani (FMA) pada Pembuatan Pupuk Bokashi, 2) Menganalisis Persepsi Responden Mengenai Penerapan Prinsip Dasar Farmer Mananged Extension Activities (FMA) pada Kegiatan Penyuluhan Mengenai Pupuk Bokashi Dilihat dari Tingkat Pendidikan Responden, 3) Mendeskripsikan Kinerja UP FMA Selaku Pengelola Kegiatan Penyuluhan Berbasis Petani, 4) Menganalisis Perbedaan Antara Penyuluh Lapangan dan Penyuluh Swadaya pada Penyuluhan Mengenai Pupuk Bokashi Dilihat Dari Karakteristik Unsur Komunikasi, 5) Menganalisis Efektifitas Kegiatan Penyuluhan Pertanian Berbasis Petani (FMA) Berdasarkan Proses Adopsi Inovasi (Pupuk Bokashi) Dilihat dari Tingkat Pendidikan Responden serta 6) Menganalisis Hubungan Penerapan Prinsip Dasar FMA dengan Efektifitas Kegiatan Penyuluhan mengenai pupuk bokashi.. Metode Penentuan Responden diawali dengan metode penentuan kelompok secara sengaja (purposive), yaitu peserta penyuluhan kelompok 1 kemudian dilakukan penentuan responden. Metode Pengambilan Data yaitu dengan wawancara terstuktur yang berupa kuisioner dan non terstruktur berupa in-depth interview, Observasi dan Dokumentasi. Metode Analisis Data yang digunakan yaitu metode analisis deskriptif dibantu dengan metode skoring serta menggunakan analisis kuantitatif yaitu t-tabel dan Chi Square sebagai alat analisisnya. Adapun hasil dari penelitian ini antara lain : 1) Kegiatan penyuluhan berbasis petani terdiri dari tiga tahap, yaitu persiapan, perencanaan dan pelaksanaan, hampir semua rangkaian kegiatan penyuluhan pertanian berbasis petani dikatakan berhasil karena pada proses yang terjadi dilapang kegiatan tersebut dilaksanakan sesuai prosedur kegiatan yang seharusnya. Hanya saja untuk kegiatan persiapan pelaksanaannya di lapang kurang berjalan sesuai prosedur yang seharusnya faktor terbesar adalah karena metode penyuluhan pertanian berbasis petani/ FMA adalah metode yang dianggap baru, sehingga pengurus ataupun pelaksana kegiatan ini masih kurang memahami prosedur yang seharusnya; 2) Berdasarkan hasil perhitungan Chi Square sebagian besar penerapan prinsip dasar FMA jika dilihat dari tingkat pengetahuan petani tidak terdapat hubungan. Hal tersebut dikarenakan walaupun sebagian besar responden yang mengikuti kegiatan penyuluhan berasal dari pendidikan yang rendah, tetapi dengan banyaknya responden yang berpartisipasi mengartikan bahwa mereka telah terbuka terhadap informasi dan inovasi baru,Selain itu adanya variabel lain yaitu kebutuhan informasi dan pengalaman, sehingga dapat disimpulkan pendidikan tidak mempengaruhi persepsi petani terhadap penerapan prinsip dasar FMA; 3) UP FMA telah melakukan tanggung jawabnya dengan cukup baik, terbukti bahwa sebagian besar atau 58,9% peserta kegiatan penyuluhan menyatakan demikian, sedangkan sebagian kecil yaitu 8,9% menyatakan kinerja UP FMA masih kurang. Kekurangan tersebut terletak pada transparansi UP FMA mengenai penggunaan dana; 4) Perbedaan Antara Penyuluh Lapangan dan Penyuluh Swadaya pada Penyuluhan Mengenai Pupuk Bokashi Dilihat Dari Karakteristik Unsur Komunikasi: a) komunikator: terdapat perbedaan yang nyata antara karakteristik penyuluh lapangan dan swadaya, hal tersebut disebabkan pengalaman penyuluh lapangan lebih banyak, b) Komunikan : tidak terdapat perbedaan yang nyata antara karakteristik komunikan peserta penyuluhan pembuatan pupuk bokashi dalam menerima informasi dari komunikator (penyuluh lapangan dan swadaya), c) Pesan tidak ada perbedaan karena pada dasarnya materi atau pesan yang disampaikan penyuluh lapang dan penyuluh swadaya adalah sama dan d) saluran : terdapat perbedaan yang nyata, perbedaan tersebut terletak pada kelengkapan metode dan media yang digunakan 5) Berdasarkan perhitungan Chi Square tidak terdapat hubungan antara sebagian besar indikator pada efektifitas kegiatan penyuluhan (tahap adopsi) dilihat dari tingkat pendidikan responden. Hal tersebut dikarenakan untuk mengadopsi sebuah inovasi petani tidak berpatok pada pendidikan mereka tetapi dipengaruhi oleh variabel lain yaitu kebutuhan dan keuntungan dari inovasi tersebut. Petani yang merasa inovasi tersebut menguntungkan maka akan mengadopsi sedangkan jika tidak maka mereka akan menolak inovasi tersebut; 6) Tidak terdapat hubungan nyata antara penerapan prinsip dasar FMA dengan efektifitas kegiatan penyuluhan pupuk bokashi. Hal tersebut Hal tersebut bisa dikarenakan adanya variabel lain, yaitu variabel pihak yang yang terlibat atau UP FMA dan unsur komunikasi yang terlibat. Dengan melihat hasil penelitian diatas saran yang diberikan peneliti adalah 1)Penyuluh lapang harus bisa lebih untuk menempatkan diri sebagai fasilitator bukan sebagai pelaku kegiatan agar masyarakat (pengurus UP FMA) lebih bisa mandiri dan bertanggung jawab terhadap peran mereka masing – masing, 2) Diadakan suatu upaya dalam rangka peningkatan motivasi dan keterampilan yang ditujukan untuk pengurus UP FMA (melalui kegiatan pelatihan) untuk meningkatkan kinerja masing-masing pengurus, 3) Penyuluh swadaya agar diberikan pelatihan kegiatan penyuluhan untuk membiasakan diri mereka saat menghadapi petani serta untuk melatih cara berkomunikasi yang efektif agar pesan mudah diterima oleh komunikan.