Respon Petani Ubi Kayu Terhadap Industrialisasi Pertanian Studi Kasus di Desa Dawuhan Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang
Main Author: | AriefEkaYuniSaputra |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2010
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/128499/1/051003482.pdf http://repository.ub.ac.id/128499/ |
Daftar Isi:
- Pembangunan pertanian perlu diarahkan untuk mendorong terciptanya peningkatan pendapatan petani, membuka kesempatan kerja, mengurangi kemiskinan serta mampu bersaing di pasar global. Hal ini dapat dilakukan apabila petani diberi kesempatan dan mau terlibat dalam berbagai aktivitas untuk meningkatkan nilai tambah di sektor pertanian yang disebut sebagai industrialisasi pertanian. Poncokusumo merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Malang yang disiapkan untuk menjadi wilayah agropolitan. Kecamatan Poncokusumo berpotensi untuk dikembangkan karena di tempat ini merupakan penghasil berbagai jenis tanaman hortikultura yaitu buah-buahan dan sayuran serta didukung dengan adanya obyek wisata air terjun dan merupakan salah satu akses jalan menuju kawasan wisata gunung Bromo. Program agropolitan ini dicanangkan pertamakali oleh Menteri Pertanian dengan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah pada Tahun 2002 yang lalu, diharapkan dapat mengintegrasikan secara simultan dan harmonis seluruh aspek-aspek yang terkait dengan pengembangan agropolitan, yang bersifat multisektoral dari masing-masing departemen dan instansi terkait. Pengembangan kawasan agropolitan tidak hanya berorientasi pada on farm tetapi juga pada off farm. Oleh karena itu diharapkan petani bukan saja sebagai petani yang menghasilkan produk-produk pertanian tetapi dapat juga mengolah produk hasil pertanian menjadi produk industri yang memiliki nilai tambah. Salah satu desa di Kecamatan Poncokusumo yang juga layak dikembangkan adalah Desa Dawuhan. Karena memiliki potensi ubi kayu yang besar jika di bandingkan dengan desa-desa lain di Kecamatan Poncokusumo. Tetapi petani ubi kayu di wilayah ini masih menanam saja dan belum melakukan pengolahan lebih lanjut untuk memberikan nilai tambah terhadap ubi tersebut. Hal ini dirasa kurang menguntungkan karena ubi kayu dalam keadaan segar tidak dapat bertahan lama. Oleh karena itu, perlu dibangun program industrialisasi pertanian untuk meningkatkan pendapatan petani. Penerapan konsep ini memerlukan dukungan petani sebagai pelaku utama, sehingga perlu untuk dilakukan penelitian respon petani ubi kayu terhadap industrialisasi pertanian. Tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : (1) Identifikasi respon petani berdasarkan faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani untuk terlibat aktif dalam industrialisasi pertanian, (2) alasan petani dalam mengambil keputusan terhadap penerapan industrialisasi pertanian dan (3) hambatan yang mungkin akan terjadi apabila terlaksananya industrialisasi pertanian. Penentuan lokasi dalam penelitian ini dilakukan secara purposive, yaitu di Desa Poncokusumo. Penentuan responden dalam penelitian ini dilakukan dengan snow ball sampling. Metode yang digunakan untuk menganalisis faktor- faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani dengan menggunakan analisis logit dan untuk menganalisis alasan, dan hambatan dengan skoring/likert. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 60,5% petani ubi kayu mau mengikuti program industrialisasi pertanian dan 39,5% menolak untuk mengikuti program industrialisasi. Faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan dalam petani mengambil keputusan untuk mengikuti atau tidak mengikuti program industrialisasi pertanian adalah umur petani (X1), pendidikan petani (X2) dan pengalaman berusahatani (X6). Sedangkan faktor-faktor yang lain yaitu luas lahan (X3), pendapatan lain (X4), dan pendapatan usahatani (X5) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan petani dalam mengikuti program industrialisasi pertanian. Alasan petani ubi kayu untuk terlibat aktif dalam melakukan program industrialisasi pertanian dikarenakan adanya keuntungan finansial, akan tersedianya pasar, mengembangkan pusat perbelanjaan, meningkatkan jumlah wisatawan, meningkatkan jaringan pemasaran produk agribisnis, meningkatkan sarana dan prasarana, memperlancar akses transportasi, menurunkan biaya produksi dan pemasaran, meningkatkan harga jual produk agribisnis, meningkatkan partisipasi petani, meningkatkan peran dan kinerja koperasi, dan mempermudah akses modal. Hambatan apabila program industrialisasi pertanian dilaksanakan di Desa Dawuhan yaitu ketersediaan modal, resiko investasi di bidang pertanian, aspek teknologi, aspek kebijakan pemerintah dan ketersediaan pasar. Saran dalam penelitian ini adalah : (1) Bagi petani ubi kayu diharapkan dapat meningkatkan produksi ubi kayu dengan tidak menjadikan ubi kayu hanya sebagai tanaman sampingan, (2) Bagi pemerintah diharapkan untuk menyediakan akses kelembaga keuangan dengan memberikan kemudahan dalam mendapatkan modal, memberikan bantuan berupa mesin atau alat untuk pengolahan, memberikan pelatihan pada para petani untuk menambahkan skill dan menumbuhkan jiwa kewirausahaan, (3) Bagi peneliti selanjutnya untuk lebih terperinci dan lebih akurat lagi dalam menjabarkan faktor-faktor yang menjadi pertimbangan petani dalam mengikuti atau tidak program industrialisasi dan (4) Menggalakan kelompok tani yang dapat meningkatkan produksi ubi kayu sebagai bahan baku industri dan mendirikan usaha agroindustri bersama sehingga memperingan modal.