Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung (Zea mays L.) Pada Pola Agroforestri Sengon (Paraserianthes falcataria Nelson) dan Kopi (Coffea arabica L.)
Main Author: | MetyFitriaNingrum |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2010
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/128495/1/051003466.pdf http://repository.ub.ac.id/128495/ |
Daftar Isi:
- Jagung ialah tanaman pangan jenis serealia (tanaman biji-bijian) yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras. Peningkatan produksi jagung dalam negeri dapat dilakukan melalui peningkatan produktivitas maupun perluasan areal tanam. Semakin sempitnya areal pertanaman tanaman pangan akibat bertambahnya permintaan akan ruang atau lahan, baik untuk pemukiman ataupun untuk usaha mendorong petani memanfaatkan lahan hutan untuk dijadikan lahan pertanian. Alih-guna lahan hutan menjadi lahan pertanian disadari menimbulkan banyak masalah seperti penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan flora dan fauna, banjir, kekeringan dan bahkan perubahan lingkungan global. Agroforestri adalah salah satu sistem pengelolaan lahan yang dapat ditawarkan untuk mengatasi masalah yang timbul akibat adanya alih-guna lahan dan sekaligus juga untuk mengatasi masalah pangan. Penanaman Jagung sebagai tanaman sela pada tanaman tahunan (Sengon dan Kopi) mempunyai manfaat secara ekologi dan ekonomi. Namun di sisi lain penanaman tanaman Jagung sebagai tanaman sela tanaman tahunan memberikan tingkat produktivitas yang menurun di bandingkan secara monokultur. Hal itu, kemungkinan disebabkan oleh persaingan dalam mendapatkan unsur hara, air, dan cahaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil tanaman jagung (Zea mays L) pada pola agroforestri sengon (Paraserianthes falcataria Nelson) dan kopi (Coffea arabica L.). Hipotesis yang diajukan ialah tingkat naungan yang rapat akan mengakibatkan penurunan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung (Zea mays L). Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai April 2010 di kawasan hutan rakyat seluas ± 3,5 ha yang berada di Dukuh Krajan, desa Sumberurip, kecamatan Doko kabupaten Blitar Jawa Timur. Alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi rol meter, timbangan analitik, oven, Lux Meter, Leaf Area Meter, jangka sorong dan kamera. Bahan yang digunakan antara lain benih jagung varietas NK 33, tanaman kopi sebagai tanaman tegakan dan sengon sebagai tanaman kayuan, serta gliricidia sebagai tanaman pagar. Pupuk majemuk NPK, Urea, pestisida dan herbisida. Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) sederhana dengan 3 perlakuan pola tanam monokultur jagung (A1), sengon + jagung (A2) dan sengon + kopi + gliricidia + jagung (A3). Tiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Pengamatan terhadap tanaman jagung dilakukan secara destruktif dan non destruktif pada umur 15 hst, 30 hst, 45 hst, 60 hst, 75 hst dan 90 hst hingga panen. Komponen pertumbuhan yang diamati secara non destruktif meliputi tinggi tanaman dan jumlah daun. Komponen pertumbuhan yang diamati secara destruktif meliputi luas daun dan bobot kering total tanaman. Selain itu dilakukan pengamatan komponen hasil yang meliputi panjang tongkol tanpa klobot, diameter tongkol tanpa klobot, bobot kering tongkol tanpa klobot, bobot kering biji per tanaman, bobot hasil biji (ton ha-1). Pengamatan tanaman sengon dan kopi dilakukan dengan cara non destruktif meliputi tinggi tanaman dan diameter batang. Variabel pengamatan lingkungan meliputi pengukuran intensitas cahaya matahari dan analisis tanah. Pengukuran intensitas cahaya matahari dengan menggunakan Lux Meter pada pukul 12.00 WIB sedangkan analisis tanah dilakukan sebelum pengolahan tanah dan setelah panen. Data pengamatan yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5 % untuk mengetahui pengaruh perlakuan. Apabila hasilnya nyata maka dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf nyata 5 % untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan. Perlakuan masing-masing pola agroforestri dan monokultur menunjunkan sangat berbeda nyata pada seluruh parameter pertumbuhan. Perlakuan monokultur sebagai pembanding memiliki laju pertumbuhan yang lebih baik bila dibandingkan dengan seluruh perlakuan.. Pada beberapa umur pengamatan (15 hst, 30 hst hingga 90 hst) perlakuan monokultur menghasilkan bobot kering 2.47 g, 34.22 g hingga 216,55 g, lebih tinggi 44.53%, 28.14%, hingga 29.35% bila dibandingkan dengan perlakuan sengon + jagung dan 71.66%, 62.30% hingga 53.98% bila dibandingkan dengan perlakuan sengon + kopi + gliricidia + jagung. Hal ini dikarenakan pola tanam yang berbeda sehingga pemenuhan faktor tumbuh pada tanaman berbeda, salah satunya penurunan intensitas cahaya matahari yang diterima pada perlakuan masing-masing agroforestri. Perlakuan masing-masing pola agroforestri dan monokultur, dimana perlakuan monokultur menghasilkan biji 6.35 ton ha-1 mengakibatkan penurunan hasil terhadap hasil biji jagung sebesar 41.44 % pada pola agroforestri perlakuan sengon + jagung dan 64.79 % pada perlakuan sengon + kopi + gliricidia + jagung. Hal ini dikarenakan penutupan kanopi oleh pohon lebih tinggi terjadi pada kedua pola agroforestri tersebut bila dibandingkan dengan pola monokultur sehingga cahaya yang dimanfaatkan tanaman jagung dalam proses fotosintesis lebih rendah.