Pertumbuhan Dan Hasil Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Pada Beberapa Dosis Krinyu (Chromolaena odorata) Dibandingkan pupuk Anorganik

Main Author: SukarnoMNur
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2010
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/128444/1/051000403.pdf
http://repository.ub.ac.id/128444/
Daftar Isi:
  • Masalah pokok yang dihadapi oleh petani bawang merah adalah tingkat kesuburan tanah yang menurun. Untuk mengatasi permasalahan tersebut penambahan bahan organik adalah salah satu solusi yang tepat. Krinyu ialah tanaman gulma yang mempunyai kandungan N krinyu tergolong tinggi 2.42 %(Tjitrosemito, 1996). Tanaman ini bila dibiarkan tumbuh akan banyak menimbulkan masalah pada petani yaitu mengganggu tanaman pokok di perkebunan muda, maupun hutan dan lahan pertanian. Maka dari itu dengan berlimpahnya krinyu dapat digunakan sebagai bahan organik sehingga tidak menimbulkan masalah pada lahan pertanian. Hasil penelitian Setyowati et al (2008) menunjukan bahwa krinyu pada dosis 62.5 g/tan menghasilkan bobot segar tajuk tanaman sawi 16.80 g/tan. Dosis krinyu 62.5 g/tan mampu menghasilkan bobot segar daun sawi 16.80 g/tan, tetapi dosis krinyu 62,5 g/tan belum tentu menghasilkan umbi yang maksimal pada tanaman bawang merah, maka perlu adanya penelitian pemberian krijhnyu pada bawang merah dengan dosis yang tepat untuk menghasilkan umbi yang maksimal. Tujuan pnelitian ini adalah Untuk membedakan pertumbuhan dan hasil bawang merah pada dosis N yang sama yang diberi krinyu pada dosis 6,8 ton/ha dengan pupuk anorganik dan untuk mendapatkan dosis krinyu yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca milik BLKPPTKLN, Singosari-Malang, pada bulan Juli sampai dengan bulan September 2009. Alat yang digunakan meliputi timbangan analitik, oven, polibag, parang dan cangkul. Sedangkan bahan yang digunakan dalam adalah bibit bawang merah kultivar Philipina, kompos palem, krinyu dan pupuk NPK phonska (15:15:15). Penelitian menggunakan RAK dengan empat ulangan. Perlakuan terdiri dari: P1 : Pupuk anorganik 0,75 ton/ha, P2 : krinyu 1,7 ton/ha, P3 : krinyu 3,4 ton/ha,P4 : krinyu 5,1 ton/ha, P5 : krinyu 6,8 ton/ha, P6 : krinyu 8,5 ton/ha, P7 : krinyu 10,2 ton/ha. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam taraf 5%, bila perbedaan antar perlakuan nyata dilanjutkan uji BNT taraf 5%. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa Pada pemberian N yang sama (118,8 kg N/ha) yang bobot kering umbi bawang merah yang diberi dosis krinyu 6,8 ton/ha, lebih tinggi dibandingkan pupuk anorganik phonska (15:15:15) dosis 0,75 ton/ha yaitu 11,12 g/rumpun. Pada kisaran dosis krinyu antara 1,7– 10,2 ton/ha bobot kering umbi bawang merah tertinggi (11,12 g/rumpun) pada dosis 6,8 ton/ha. Pada diameter umbi, dosis krinyu 6,8 ton/ha termasuk dalam mutu I (diameter >1,7 cm), dosis krinyu 8,5 ton/ha termasuk dalam mutu II (diameter 1,3 – 1,7 cm), sedangkan perlakuan yang lain termasuk dalam mutu bawang merah III (diameter <1,3 cm).