Seleksi dan Karakterisasi Klon Kentang (Solanum tuberosum) Terhadap Serangan Hawar Daun (Phytophtora infestans)
Main Author: | UmmiHalimatunNi`mah |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2011
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/128438/1/051002876.pdf http://repository.ub.ac.id/128438/ |
Daftar Isi:
- Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) termasuk tanaman sayuran yang berumur pendek. Saat ini kegunaan umbinya semakin banyak dan mempunyai peran penting bagi perekonomian Indonesia. Kebutuhan kentang akan meningkat akibat pertumbuhan jumlah penduduk, juga akibat perubahan pola konsumsi di beberapa negara berkembang. Kentang merupakan tanaman menyerbuk silang dan umumnya diperbanyak dengan umbi atau secara vegetatif. Perbanyakan secara vegetatif dapat menyebabkan terjadinya degenerasi atau menurunnya kualitas bibit dari satu generasi ke generasi berikutnya. Patogen tanaman dapat mudah masuk ke dalam umbi dan berakumulasi sehingga semakin lama generasi tersebut semakin menurun kualitas umbi/benih. Benih-benih kentang unggul berkecenderungan akan terus menurun tingkat produktifitasnya, apabila produksinya dijadikan benih lagi. Kebiasaan petani kita selama ini adalah selalu menggunakan kentang-kentang hasil mereka sendiri untuk keperluan benih sehingga kualitas dan kuantitas kentang yang dihasilkan semakin menurun. Penyakit hawar daun yang disebabkan oleh Phytophthora infestans merupakan penyakit utama kentang di dunia. Di Indonesia, penyakit ini dapat menurunkan hasil sampai 80% pada musim hujan (Anonymous, 2007). Pendekatan teknik pengendalian penyakit tersebut sampai sekarang sangat tergantung dari penggunaan fungisida yang sangat intensif. Padahal dampak samping dari penggunaan aplikasi fungisida di lahan tanaman kentang adalah adanya residu yang tertinggal di dalam tanah dan tanaman kentang. Oleh sebab itu, dibutuhkan varietas kentang yang tahan terhadap serangan hawar daun untuk meningkatkan hasil tanaman kentang baik sacara kualitas maupun kuantitas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan beberapa klon kentang baru hasil silangan dan beberapa kultivar kentang lama yang produksi umbi tinggi dan tahan terhadap serangan penyakit hawar daun (Phytophtora infestans). Hipotesis yang diajukan adalah diantara klon yang diuji terdapat klon harapan yang unggul dan tahan terhadap serangan hawar daun (Phytophtora infestans) . Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cangar, lereng gunung Welirang, tepatnya di Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Kebun terletak pada ketinggian 1650 m dpl, dengan suhu minimum 15o C dan suhu maksimum 25o C. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2009 –Februari 2010. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah penggaris, timbangan analitik, jangka sorong, kamera digital dan cangkul. Sedangakan bahan yang digunakan adalah 26 klon kentang hasil silangan antara A (Arinska), R (Red Herta), P (Russet Burbank), T (Thung) yang dilakukan tahun 2000 oleh alumni D1 Hortikultura Batu, 3 varietas yang sudah dibudidayakan yaitu Atlantik, Granola L, Granola K; ranting, dan mika. Pupuk yang dipergunakan ialah kotoran ayam dan NPK. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 ulangan. Perlakuan terdiri dari 26 klon kentang hasil silangan dan 3 varietas yang sudah dibudidayakan masing-masing ditanam dengan populasi 10 tanaman/petak. Data yang didapatkan dianalisa dengan menggunakan analisis ragam (uji F hitung) pada taraf 5% untuk mengetahui adanya pengaruh serangan Phytophtora infestans terhadap produktivitas kentang dan hasil mutu. Kemudian dilanjutkan dengan analisis sidik lintas untuk mengetahui tingkat kekerabatan antar klon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas serangan Phytophtora infestans yang tinggi (> 30%) dapat menurunkan hasil pada klon tanaman kentang Rata-rata klon yang intensitas serangan Phytophtora infestans tinggi, umbi yang dihasilkan sangat sedikit, sedangkan klon yang intensitas serangan Phytophtora infestans rendah, hasilnya lebih tinggi. Klon yang paling banyak menghasilkan umbi yaitu PT 4, dengan jumlah umbi rata-rata 59 umbi pertanaman. Sedangkan klon yang paling tinggi bobot umbinya yaitu AP 4, dengan bobot umbi 1244 g pertanaman. Di antara 29 tanaman kentang yang diamati, terdapat dua tanaman yang tidak menghasilkan umbi, yaitu klon AP 6 dan AP 1. PT 4 dan AP 4 merupakan klon unggul yang tahan terhadap intensitas serangan Phytophtora infestans.