Daftar Isi:
  • Pertanian merupakan sektor potensial dalam perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam penyediaan lapangan pekerjaan, mengurangi angka kemiskinan di perdesaan, dan penyedia kebutuhan pokok masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomi lainnya. Subsektor pertanian yang saat ini mulai dikembangkan yakni subsektor hortikultura dengan komoditi sayuran. Namun mayoritas pertanian di Indonesia masih dilakukan secara konvensional yang menyebabkan menyebabkan tingginya penggunaan input berupa bahan-bahan kimia seperti pupuk dan pestisida kimia. Komunitas Organik Brenjonk yang berdiri sejak tahun 2001 mencoba alternatif lain dengan cara membudidayakan sayuran secara organik. Adapun kegiatan budidaya sayuran organik ini berpotensi mengalami risiko dan mengakibatkan kecenderungan perbedaan perilaku petani dalam menghadapi risiko. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive pada Komunitas Organik Brenjonk. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis sumber-sumber risiko pada usahatani sayuran organik serta menganalisis perilaku petani terhadap risiko usahatani sayuran organik. Penelitian ini menggunakan metode sensus dengan mengambil 22 orang responden. Metode penelitian yang digunakan meliputi analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik responden, perkembangan produksi, harga dan pendapatan dari usahatani sayuran organik serta hubungan antara risiko yang terjadi pada usahatani sayuran organik dengan perilaku petani terhadap risiko tersebut. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis pendapatan usahatani. Selain itu digunakan metode koefisien variasi (CV) dan batas bawah (L) untuk menganalisis risiko usahatani serta fungsi utilitas kuadratik untuk menganalisis perilaku petani terhadap risiko usahatani. Hasil analisis menunjukkan bahwa komoditas kailan berpotensi mengalami kerugian (berisiko lebih besar) dibandingkan dengan tiga komoditas lainnya (kangkung, bayam hijau, bayam merah). Petani kangkung menunjukkan 77,27% menolak risiko dan 22,73% netral terhadap risiko. Untuk petani bayam hijau sebesar 18,18% menolak risiko dan 81,82% netral terhadap risiko. Untuk komoditas bayam merah menunjukkan hasil bahwa sebanyak 50% petani menolak risiko, 45,45% netral terhadap risiko dan 4,55% menerima risiko. Sedangkan untuk komoditas kailan, persentase petani yang menolak risiko adalah sebesar 22,73%, netral terhadap risiko sebesar 40,91% dan berani menerima risiko sebesar 36,36%. Petani yang mengalami risiko lebih besar cenderung lebih berani menerima risiko. Adapun pertambahan pendidikan dan pengalaman usahatani akan meningkatkan keberanian petani menghadapi risiko sedangkan pertambahan umur meningkatkan keengganan petani menghadapi risiko.