Pengaruh Konfigurasi Tulangan Longitudinal Dari Metode Jaket Beton Bertulang Bambu Dengan Sengkang Bambu Pada Kolom Beton Bertulang
Daftar Isi:
- Struktur kolom harus direncanakan lebih kuat dari pada struktur balok. Sehingga jika kolom mengalami keruntuhan, perlu dilakukan perbaikan untuk mencegah terjadinya kegagalan total pada struktur bangunan . Kegagalan suatu kolom kemungkinan disebabkan oleh gempa atau beban berlebih. Seiring berkembangnya pembangunan konstruksi di Indonesia, banyak inovasi – inovasi dalam perkuatan ataupun perbaikan struktur konstruksi yang turut berkembang. Salah satu metode yang digunakan untuk perkuatan atau perbaikan adalah metode jaket beton. Pada penelitian ini, tulangan longitudinal dan sengkang pada kolom retrofit menggunakan material bambu. Bambu yang dipakai pada tulangan longitudinal merupakan jenis bambu petung sedangkan bambu yang dipakai pada sengkang merupakan jenis bambu apus. Terdapat 4 jenis kolom retrofit yang akan diteliti, yakni kolom retrofit kode A.1 yang dipasang tulangan bambu sebanyak 4 buah dengan ukuran 10 x 10 mm, kolom retrofit kode B.1 yang dipasang tulangan bambu sebanyak 8 buah dengan ukuran 10 x 5 mm, kolom retrofit kode C.1 yang dipasang tulangan bambu sebanyak 4 buah ukuran 10 x 20 mm dan kolom retrofit kode D.1 yang dipasang tulangan bambu sebanyak 8 buah ukuran 10 x 10 mm. Jarak sengkang untuk ke empat kolom retrofit A.1,B.1,C.1, dan D.1 dipasang 9,3 cm. Hal ini dilakukan untuk menganalisis efektivitas konfigurasi tulangan longitudinal pada kolom retrofit A.1 dengan kolom retrofit B.1 dan juga efektivitas konfigurasi tulangan longitudinal pada kolom retrofit C.1 dengan D.1. Kolom akan diuji tekan dengan menggunakan compression test machine dan dipasang dial gauge sebagai alat bantu dalam membaca defleksi yang terjadi pada saat kolom diuji tekan. Hasil penelitian didapatkan bahwa, kolom retrofit B.1 lebih efektif dibandingkan dengan kolom retrofit A.1. Hal ini dikarenakan dari hasil pengujian menunjukkan bahwa kolom retrofit A.1 memiliki penurunan gaya tekan maksimum 17,13% sedangkan kolom retrofit B.1 mengalami peninkatan sebesar 25,77%. Kolom retrofit B.1 mempunyai peningkatan kekakuan sebesar 30,64 %, penurunan modulus elastisitas sebesar 41,94 %, dan peningkatan daktilitas sebesar 159,68 %. Sedangkan kolom retrofit A.1 memiliki penurunan kekakuan sebesar 9,42 %, penurunan modulus elastisitas 59,74 %, dan peningkatan daktilitas sebesar 146,83 %. Kemudian untuk hasil penelitian kolom retrofit D.1 lebih efektif dibandingkan dengan kolom retrofit C.1. Hal ini dikarenakan dari hasil pengujian menunjukkan bahwa kolom retrofit D.1 memiliki penurunan gaya tekan maksimum 2,20% sedangkan penurunan gaya tekan maksimum kolom retrofit C.1 yaitu 30,05%. Kolom retrofit D.1 memiliki peningkatan kekakuan sebesar 4,73 % dan penurunan modulus elastisitas sebesar 53,45 %, sedangkan kolom retrofit C.1 memiliki penurunan kekakuan sebesar 37,47 % dan penurunan modulus elastisitas sebesar 72,21 %. Namun kolom retrofit C.1 memiliki peningkatan daktilitas sebesar 150,03 %, sedangkan peningkatan daktilitas kolom retrofit D.1 sebesar 100,78 %.