Analisis Usaha Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tapioka kasus di Desa Rembang Kepuh, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri

Main Author: NeliArdhianawati
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2009
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/128331/1/050900426.pdf
http://repository.ub.ac.id/128331/
Daftar Isi:
  • Sektor pertanian merupakan bagian terpenting dalam perekonomian nasional, dilihat dari kontribusinya yakni berperan dalam penciptaan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan dan perolehan devisa serta memperkuat struktur industri nasional. Salah satu arah kebijakan yang perlu ditempuh dalam pembangunan pertanian adalah pemberdayaan agroindustri dengan memanfaatkan produk pertanian lokal yang didominasi oleh industri kecil di pedesaan. Industri pengolahan berbahan baku ubi kayu merupakan salah satu usaha yang bisa meningkatkan nilai tambah dari komoditas pertanian. Tapioka adalah bentuk pengolahan ubi kayu yang sudah lama dikenal masyarakat. Kabupaten Kediri merupakan salah satu wilayah yang mengembangkan agroindustri tapioka berskala kecil. Agroindustri tapioka ini banyak memberikan manfaat positif bagi sentra produksi sehingga dapat meningkatkan perekonomian daerah khususnya dalam peningkatan nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja. Akan tetapi dalam pengelolaannya, masih menghadapi permasalahan yaitu fluktuasi harga bahan baku, keterbatasan modal, teknologi masih sederhana, dan pemasarannya masih didaerah lokal. Selain itu, adanya kebijakan pemerintah dalam menaikkan harga bahan bakar akibatnya biaya produksi meningkat Dari permasalahan tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas dan kontinyuitas produksi. Keberadaan usaha berbasis industri rumah tangga maupun industri kecil diharapkan bisa terus dikembangkan sehingga mampu memberikan kontribusi pendapatan dan kesempatan kerja bagi masyarakat, karena terbukti industri tersebut lebih mampu bertahan ditengah krisis ekonomi. Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : (1) seberapa besar tingkat keuntungan usaha yang diperoleh agroindustri tapioka, (2) sejauh mana agroindustri tapioka dapat meningkatkan nilai tambah ubi kayu, (3) apakah agroindustri tapioka yang diusahakan dalam skala kecil telah efisien. Tujuan dari Penelitian ini adalah : (1) menganalisis besarnya keuntungan usaha pada agroindustri tapioka, (2) menganalisis besarnya nilai tambah yang diperoleh pada agroindustri tapioka, (3) menganalisis efisiensi usaha pada agroindustri tapioka skala kecil. Metode penelitian meliputi : (1) lokasi penelitian ditentukan secara sengaja ("purposive") yaitu di Tawang Rejo, Desa Rembang Kepuh, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri, (2) penentuan responden dilakukan secara sensus dengan 21 pengusaha tapioka, (3) metode analisis data yang digunakan adalah analisis biaya dan keuntungan, nilai tambah, R/C ratio, Break Even Point (BEP), produktivitas tenaga kerja, dan analisis regresi untuk kurva produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha pengolahan tapioka skala kecil memperoleh keuntungan per satu kali proses produksi sebesar Rp. 248.158 dengan keuntungan per tahunnya diperoleh Rp. 59.558.033, maka dapat disimpulkan bahwa usaha tapioka ini secara ekonomi menguntungkan bagi produsen. Berdasarkan hasil analisis regresi pada kurva biaya per unit diperoleh titik perpotongan dimana AC = MC yang merupakan pencapaian kuantitas produksi yang optimal dengan biaya rata-rata minimum untuk mengolah ubi kayu menjadi tapioka yaitu di tingkat output 7 kuintal. Besarnya nilai tambah dari hasil pengolahan tapioka tiap kuintal ubi kayu adalah sebesar Rp. 9.000 dengan rasio 13,11 %. Untuk imbalan bagi tenaga kerja adalah Rp. 5.238 per kuintal dengan rasio 59,10 % dari nilai tambah. Sedangkan keuntungan bagi produsen sebesar Rp. 3.761 per kuintal bahan baku atau 40,90 % dari nilai tambah. Kegiatan pengolahan tapioka ini mempunyai nilai R/C Ratio lebih besar dari satu yaitu 1,12. Hal ini berarti agroindustri tapioka dapat dikatakan menguntungkan bagi produsen sehingga layak untuk dikembangkan. Nilai BEP unit per tahun mencapai 148,32 kuintal yang setara dengan Rp. 44.498.486 sehingga pada kondisi demikian usaha ini tidak mengalami untung maupun rugi. Sedangkan nilai produktivitas tenaga kerja yang diperoleh yaitu 0,65 kuintal/HOK. Saran yang dapat diberikan adalah (1) perlu adanya kerja sama dengan pihak lain (instansi terkait) yang dapat membantu dalam pemberian bantuan modal dengan kredit bunga rendah sehingga produsen dapat mengembangkan usaha (2) mengingat ubi kayu adalah bahan baku utama dalam pengolahan tapioka di daerah penelitian dimana ketersediaannya tidak mencukupi, untuk itu perlu dilakukan pengaturan penyediaan bahan baku agar kontiyuitas produksi dapat terpenuhi, (3) meningkatkan kuatitas produksi agar dapat mencapai produksi yang optimal sehingga produsen dapat meningkatkan pendapatannya.