Daftar Isi:
  • UKM Tatsaka merupakan suatu usaha kecil menengah yang memproduksi batik yang terletak di Banyuwangi, Jawa Timur. Dalam memproduksi batik terdapat beberapa proses produksi dimana salah satu prosesnya adalah proses pewarnaan batik. Proses pewarnaan batik dilakukan dengan menggunakan fasilitas kerja berupa colet yang menyerupai kuas, pewarna buatan serta gawangan. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya keluhankeluhan rasa sakit dari pekerja bagian pewarnaan batik terutama untuk tubuh bagian atas. Keluhan-keluhan tersebut diketahui berdasarkan hasil penyebaran kuisioner Nordic Body Map yang menunjukkan bahwa terdapat keluhan dengan rata-rata frekuensi keluhan diatas 3 untuk tubuh bagian atas seperti leher, punggung, pinggang, bahu kanan, lengan bawah kanan dan pergelangan tangan kanan. Keluhan-keluhan dari pekerja tersebut jika dibiarkan secara terus menerus maka dapat menyebabkan potensi cidera Musculoskeletal Disorders (MSDs) yang mungkin dialami oleh pekerja. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dilakukan analisis untuk mengurangi MSDs pada proses pewarnaan batik di UKM Tatsaka. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif. Dalam penelitian ini akan digunakan metode Quick Exposure Checklist (QEC) untuk mengetahui risiko MSDs yang mungkin dialami oleh pekerja berdasarkan exposure score maupun exposure level dari hasil perhitungan QEC. Selain itu juga dapat diketahui action level berdasarkan exposure score yang telah diperoleh untuk mengkategorikan apakah proses pewarnaan batik di UKM Tatsaka termasuk dalam kategori aman atau membutuhkan penanganan lebih lanjut. Selanjutnya, hasil perhitungan QEC digunakan sebagai dasar dalam melakukan perancangan ulang fasilitas kerja. Setelah adanya usulan rekomendasi perbaikan, selanjutnya dilakukan diskusi dengan pihak UKM Tatsaka terkait rekomendasi perbaikan yang diberikan untuk dilakukan perhitungan ulang nilai QEC. Perhitungan ulang nilai QEC bertujuan untuk mengetahui apakah rekomendasi perbaikan yang diberikan dapat menurunkan exposure score, exposure level maupun action level dari QEC. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dari 4 elemen kerja proses pewarnaan batik (peletakan gawangan, peletakan kain pada gawangan, pewarnaan kain dan penjemuran kain) terdapat 1 elemen kerja dengan action level yang berada pada rentang 50 – 69 % yaitu elemen kerja pewarnaan kain. Action level dari elemen kerja pewarnaan kain adalah 58,6% yang artinya bahwa untuk elemen kerja pewarnaan kain memerlukan penelitian lebih lanjut dan perbaikan dengan segera. Sementara itu, untuk 3 elemen kerja lainnya memiliki action level kurang dari 40% yang artinya ketiga elemen kerja tersebut dalam kategori aman. Selanjutnya berdasarkan perhitungan QEC diperoleh rekomendasi perbaikan berupa perancangan ulang desain letak fasilitas, usulan penggantian wadah/tempat pewarnaan, perancangan ulang gawangan, perancangan ulang alas pewarnaan, usulan rancangan kursi kerja, usulan pemberian APD untuk pekerja dan usulan pelatihan dengan memperhatikan faktor ergonomis. Berdasarkan rekomendasi perbaikan yang diusulkan tersebut, selanjutnya diperoleh nilai action level setelah adanya usulan rekomendasi perbaikan yaitu 46,3% yang artinya usulan rekomendasi perbaikan yang dilakukan membuat pekerjaan yang dilakukan mejadi aman tetapi masih diperlukan penelitian lebih lanjut.