Peranan Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) dan Respon Petani Terhadap Metode Sistem Intensifikasi Padi (SRI) Kasus Di Kecamatan Kesamben dan Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, Propinsi Jawa Timur
Main Author: | HermawanNugroho |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2009
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/128317/1/051000021.pdf http://repository.ub.ac.id/128317/ |
Daftar Isi:
- Indonesia merupakan negara agraris yang ditunjukkan dengan masih besarnya peran sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi negara. Sebagai negara yang sebagian besar penduduknya mengkonsumsi makanan pokok yang bersumber dari beras, pemerintah secara aktif membuat berbagai paket teknologi untuk meningkatkan produksi padi. Berbagai paket teknologi untuk meningkatkan produktivitas padi telah diimplementasikan melalui berbagai program nasional diantaranya Bimbingan Massal (BIMAS) pada tahun 1965 dan Intensifikasi Khusus (INSUS) pada tahun 1987 yang kesemuanya merupakan bentuk dari revolusi hijau. Dengan adanya program Insus tersebut produksi padi nasional, terus meningkat, sehingga pada tahun 1984 Indonesia berhasil berswasembada beras. Keberhasilan revolusi hijau tidak lepas dari ketergantungan yang sangat besar terhadap bahan-bahan kimiawi seperti pupuk dan pestisida. Penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus dalam upaya meningkatkan produksi pertanian nasional telah menyebabkan banyak lahan pertanian di Indonesia berada pada kondisi "sakit". Diperkirakan kurang lebih 60 % lahan sawah di Pulau Jawa telah mengalami degradasi kesuburan tanah (fisika, kimia dan biologi) yang diindikasikan oleh rendahnya kandungan bahan organik (dibawah 1%). Dampak dari rendahnya kandungan BO ini antara lain tanah menjadi keras dan liat sehingga sulit diolah, respon terhadap pemupukan rendah, tidak responsif terhadap unsur hara tertentu, tanah menjadi masam, penggunaan air irigasi menjadi tidak efisien serta produktivitas tanaman cenderung leveling-off dan semakin susah untuk ditingkatkan. Pada tahun 2002 pemerintah mulai mengembangan paket teknologi baru yang dinamakan pertanian organik. System Of Rice Intensification (SRI) merupakan salah satu metode tanam padi yang mengarah pada pertanian organik. Kecamatan Kesamben dan Kecamatan Megaluh merupakan contoh kecamatan yang dijadikan demplot metode SRI yang pelaksanaannya dilakukan di beberapa desa. Untuk mensukseskan metode SRI ini, dibutuhkan peranan PPL. Berdasarkan latar belakang di atas adapun perumusan masalah dalam penelitian ini antara lain: (1) Faktor-faktor sosial ekonomi apa saja yang melatarbelakangi petani dalam merespon metode SRI di Kecamatan Kesamben dan Kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang?, (2) Bagaimana peranan Pemerintah Daerah Kabupaten Jombang dan PPL Dinas Pertanian Kabupaten Jombang dalam penerapan metode SRI di Kecamatan Kesamben dan Kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang? (3) Bagaimana respon petani terhadap metode SRI di Kecamatan Kesamben dan Kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang?, (4) Bagaimana hubungan faktor sosial ekonomi dengan respon petani terhadap metode SRI di Kecamatan Kesamben dan Kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang?, (5) Bagaimana pengaruh dari penerapan metode SRI terhadap peningkatan produksi padi di Kecamatan Kesamben dan Kecamatan Megaluh Jombang?, dan tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mendikripsikan faktor-faktor sosial ekonomi yang melatarbelakangi petani dalam merespon metode SRI di Kecamatan Kesamben dan Kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang; (2) Menganalisis peranan Pemerintah Daerah Kabupaten Jombang dan PPL Dinas Pertanian dalam penerapan metode SRI di Kecamatan Kesamben dan Kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang ;(3) Menganalisis respon petani terhadap metode SRI di Kecamatan Kesamben dan Kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang; (4) Menganalisis hubungan faktor sosial ekonomi dengan respon petani terhadap metode SRI di Kecamatan Kesamben dan Kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang; (5) Menganalisis pengaruh dari penerapan metode SRI terhadap peningkatan produksi padi di Kecamatan Kesamben dan Kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang. Kegunaan dari penelitian ini antara lain: (1) Menjadi bahan pertimbangan bagi pembuat kebijakan sehubungan dengan pelaksanaan program pengembangan metode SRI; (2) Bagi petani diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman dan pemahaman untuk penerapan metode SRI dalam upaya meningkatkan produksi padinya; (3) Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Tipe penelitian yang digunakan adalah explanatory research yaitu untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis (Singarimbun dan Effendi, 1995). Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu di Kecamatan Kesamben dan Kecamatan Megaluh. Teknik pengambilan petani sampel dilakukan dengan menggunakan teknik simple random sampling sebanyak 36 responden dari 42 orang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain; (1) wawancara dan quisioner; (2) observasi; (3) dokumentasi. Untuk mendeskripsikan faktor sosial ekonomi, peranan Pemerintah Daerah dan PPL serta untuk mengetahui respon petani terhadap metode SRI digunakan analisis diskriptif kualitatif dengan skala likert. Untuk mengetahui hubungan antara faktor sosial ekonomi dengan respon petani terhadap metode SRI digunakan analisis korelasi Rank Spearman. Untuk mengetahui pengaruh penerapan metode SRI terhadap peningkatan produksi padi digunakan perbandingan hasil panen sebelum dan sesudah menerapkan metode SRI. Hasil dari penelitian adalah sebagai berikut: (1) Kondisi faktor sosial ekonomi petani, yaitu status kepemilikan lahan termasuk kategori tinggi; frekuensi kontak dengan penyuluh, keberanian menanggung resiko, dan luas lahan garapan termasuk kategori sedang; sedangkan pendidikan formal dan status sosial termasuk dalam kategori rendah; (2) Peranan Pemerintah Daerah Kabupaten Jombang dalam metode SRI sebagai penentu kebijakan dan pemberi bantuan berupa pupuk organik dan pengendali hama alami. Peranan PPL sebagai sebagai pembimbing, sebagai organisator dan dinamisator, serta sebagai sumber informasi dan agen penghubung; (3) Respon petani padi terhadap metode SRI termasuk dalam kategori tinggi dengan skor pengetahuan sebesar 20,89 (87,04%), sikap 20,19 (84,12%) dan skor keterampilan sebesar 19,93 (83,41%); (4) Hubungan faktor sosial ekonomi dengan respon petani terhadap metode SRI adalah sebagai berikut: Terdapat hubungan nyata antara pendidikan formal, frekuensi kontak dengan penyuluh, status kepemilikan lahan, keberanian menanggung resiko, luas lahan garapan, faktor sosial ekonomi total dengan respon petani terhadap metode SRI dengan respon petani terhadap metode SRI. Tidak terdapat hubungan nyata antara status sosial dan status kepemilikan lahan dengan respon petani terhadap metode SRI. (5) Pengaruh penerapan metode SRI terhadap peningkatan produksi padi adalah tidak terdapat peningkatan yang signifikan antara sebelum menerapkan metode SRI dengan setelah menerapkan metode SRI, dimana panen padi rata-rata sebelum menerapkan metode SRI adalah 6,36 ton/Ha sedangkan setelah menerapkan metode SRI adalah 7,32 ton/Ha. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t dengan tingkat nyata 0.05 dan ttabel 1,702 diperoleh thitung sebesar 0,11. Sehingga dapat diketahui bahwa thitung < ttabel yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil panen sebelum menerapkan sistem SRI dengan sesudah menerapkan sistem SRI. Saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut: (1) Penyuluh pertanian diharapkan dapat menjaga proses penerapan metode SRI dengan baik; (2) Pemerintah diharapkan dapat mendukung proses usaha penerapan metode SRI secara berkelanjutan; (3) Diperlukan penelitian lebih lanjut berkenaan dengan respon petani dan pengaruh metode SRI.