Laju Fotosintesis Pertumbuhan dan Hasil Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) Pada F3 Unggulan II Persilangan Galur Brawijaya dengan Varietas Argomulyo

Main Author: MuhamadTaufiq
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2009
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/128206/1/050902476.pdf
http://repository.ub.ac.id/128206/
Daftar Isi:
  • Kedelai merupakan tanaman sumber protein penting di Indonesia. Produksi kedelai di Indonesia menempati tempat ketiga sebagai tanaman palawija setelah jagung dan ubi kayu yang mempunyai kegunaan yang luas baik untuk industri pangan maupun pakan. Produksi kedelai nasional tahun 2006 dari luas areal panen 580.534 ha sekitar 747.611 ton dan tahun 2007 luas areal panen turun menjadi 456.824 ha dengan produksi sekitar 740.092 ton. Data tahun 2007 menunjukkan kebutuhan kedelai nasional sekitar 2 juta ton (Anonymous, 2008). Kekurangan kedelai tersebut harus dipenuhi dengan impor yang dapat mencapai 1,2 juta ton per tahun, sehingga diperlukan berbagai usaha untuk meningkatkan produksi kedelai di dalam negeri. Pendekatan fisiologi molekuler ialah pendekatan alternatif dalam peningkatan produktivitas kedelai. Di Indonesia, pengembangan varietas kedelai melalui pendekatan fisiologi molekuler belum mendapat perhatian yang cukup. Seleksi individu tanaman berdasarkan parameter pada tingkat organ dan molekuler disebut pendekatan fisiologi molekuler menjadi alternatif untuk merekayasa varietas dengan sifat-sifat unggul yang diinginkan. Pendekatan ini didasarkan atas seleksi individu tanaman dengan parameter pada tingkat organ dan molekuler seperti fotosintesis, transpirasi serta aktivitas Rubisco dan fotosistem melalui kadar N daun dan klorofil daun. Tujuan dilaksanakan penelitian ini ialah 1) Untuk mendapatkan genotip berdaya hasil tinggi yang dicirikan oleh jumlah polong banyak dan bobot biji tinggi. 2) Untuk mempelajari produktivitas sebagai fungsi dari sifat fisiologi yang meliputi laju fotosintesis, jumlah polong, dan bobot biji. Hipotesis yang diajukan ialah 1) Fenotipe dengan tingkat fotosintesis yang tinggi akan menghasilkan jumlah polong dan bobot biji yang tinggi serta produktivitas yang tinggi. 2) Perbedaan laju fotosintesis antar genotip kedelai berhubungan dengan kadar klorofil dan nitogen daun yang menggambarkan secara berturut-turut fotosistem dan reduksi CO2 fotosintesis. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Universitas Brawijaya, Desa Jatikerto, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang dengan ketinggian ± 303 m dpl. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2008 hingga Maret 2009. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi ember air, penggaris, LAM, LI- 6400 Portable Photosynthesis System , timbangan analitik, oven dan kertas semen. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap sederhana dengan ulangan tidak sama dengan 9 level perlakuan. Yang terdiri atas 8 perlakuan F2 hasil persilangan galur Brawijaya dengan var. Argomulyo dan 1 perlakuan var. Wilis. Pengamatan meliputi pengamatan nondestruktif, destruktif dan komponen hasil. Pengamatan non destruktif meliputi tinggi tanaman, jumlah daun dan laju fotosintesis. Pengamatan destruktif meliputi kadar klorofil daun, kadar N daun dan untuk komponen hasil meliputi bobot kering total tanaman, jumlah biji per tanaman, jumlah polong hampa, bobot polong total per tanaman, bobot biji per tanaman, jumlah polong per tanaman. Hasil penelitian menunjukkan F3 yaitu BM2.9, BM2.14, BM2.13 dan BM2.10 memiliki laju fotosintesis paling tinggi dari Var. Wilis. Nilai transpirasi merefleksikan efisiensi penggunaan air. Tanaman F3 yaitu BM2.14, BM2.13, BM2.12, BM2.11 dan BM2.10 memiliki nilai transpirasi lebih rendah bila dibandingkan var Wilis dan berpotensi dikembangkan apabila ditanam pada kondisi penyediaan air yang terbatas karena memiliki efisiensi penggunaan air yang tinggi. Nilai rasio fotosintesis maksimum dan transpirasi tertinggi dari tanaman F3 adalah pada BM2.11. Untuk efisiensi penggunaan cahaya tanaman F3 yaitu BM2.12 dan BM2.8 memiliki nilai yang tinggi bila dibandingkan var Wilis. Pmax menunjukkan nilai kapasitas maksimum fotosintesis. Pada F3 yaitu BM2.9 memiliki nilai Pmax 34 ( m mol CO 2 .m -2 .s -1 ) dengan rata-rata jumlah polong 139.5, bobot biji 24.05 g dan jumlah biji 250.5. BM2.14 memiliki nilai Pmax 32.05 ( m mol CO 2 .m -2 .s -1 ) dengan rata-rata jumlah polong 101, bobot biji 17.6 g dan jumlah biji 188. BM2.13 memiliki nilai Pmax 31.5 ( m mol CO 2 .m -2 .s -1 ) dengan rata-rata jumlah polong 87.5, bobot biji 16.35 g dan jumlah biji 138.5 dan BM2.10 memiliki nilai Pmax 30.8( m mol CO 2 .m -2 .s -1 ) dengan rata-rata jumlah polong 69.5, bobot biji 13.7 g dan jumlah biji 123.5 sedangkan untuk var Wilis memiliki nilai Pmax 29.75( m mol CO 2 .m -2 .s -1 ) dengan rata-rata jumlah polong 82, bobot biji 16 g dan jumlah biji 179.5. Kandungan klorofil total dari tanaman F3 persilangan galur Brawijaya dengan varietas Argomulyo dan Var. Wilis menunjukkan variasi. Peningkatan nilai kadar klorofil dan nitrogen daun tidak diikuti oleh peningkatan fotosintesis. Besar kadar klorofil a lebih tinggi dari kadar klorofil b. Kadar klorofil total ialah jumlah dari kadar klorofil a dan kadar klorofil b. Variasi peningkatan pada Pmax antara 26.7 – 34 ( m )