Analisis Posisi Persaingan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) berdasarkan Persepsi Pengusaha Mikro studi kasus di Kecamatan Dau, Kanupaten Malang

Main Author: AgungPamujiyanto
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2008
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/128081/1/050801080.pdf
http://repository.ub.ac.id/128081/
Daftar Isi:
  • Potensi lembaga keuangan mikro di Indonesia sangat besar, mencapai 54 ribu unit. Dari jumlah tersebut, yang benar-benar sudah tertata dengan baik baru BRI Unit dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR), sedangkan untuk lembaga keuangan mikro lainnya masih perlu dibenahi. Lembaga-lembaga tersebut memerlukan penataan dalam sistem yang bagus, baik mengenai prudential principle-nya, capacity buildingnya, seperti kualitas SDM, teknologi informasi, system and operation prosedure (SOP), permodalan yang cukup, sehingga bisa mencapai economic of scale dan economic feability. Sebagian besar lembaga keuangan mikro seperti Koperasi Simpan Pinjam (KSP) dan Baitul Maal wat-Tamwil (BMT), tingkat permodalannya sangat minim. Selain itu, regulasi dari pemerintah juga belum kondusif, serta pengawasan yang belum efektif. Sementara itu tingkat persaingan semakin ketat, hal ini sejalan dengan makin maraknya pembiayaan di sektor mikro. Semakin disadari bahwa peluang pembiayanan di sektor mikro cukup menjanjikan. Hal itu pulalah yang kemudian menyebabkan bank-bank umum mulai mengintensifkan pembiayaannya untuk pasar mikro (Krishnamurti, 2005). Salah satu lembaga keuangan mikro yang mengalami perkembangan sangat pesat di Indonesia saat ini adalah Koperasi Syariah. Sejak kemunculan pertama pada akhir dekade 1990-an, koperasi syariah mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan, di mana sampai dengan akhir tahun 2006 terdapat lebih dari 3020 koperasi syariah yang berkembang dengan berbagai macam ragam kondisi kelembagaannya. Di samping itu, kemunculan koperasi syariah dinilai telah memberi dampak yang cukup positif terhadap pelaku usaha mikro di tanah air. Dalam waktu yang relatif singkat, koperasi syariah telah membantu lebih dari 920 ribu usaha mikro di tanah air dan telah merambah ke seluruh kabupaten di Indonesia. Jenisnya sangat beragam, mulai dari koperasi pondok pesantren (kopontren), koperasi masjid, koperasi perkantoran hingga koperasi pasar (kopas) (Sembiring, 2007). Walaupun koperasi syariah telah mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan, namun kenyataannya jumlah koperasi syariah masih sangat sedikit dibandingkan dengan kebutuhan pembiayaan usaha mikro yang mencapai 39,72 juta usaha dan menyerap 88% tenaga kerja. Menurut data BPS, terdapat lebih dari 10 juta usaha kecil dan mikro yang belum tersentuh jasa layanan perbankan. Kondisi ini menjadi peluang bagi tumbuh dan berkembangnya koperasi syariah bagi rakyat Indonesia yang sebagian besar adalah muslim. Apalagi dari data pertumbuhan Lembaga Keuangan Mikro ternyata perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya lembaga keuangan mikro (Yusuf, 2007). Dengan bermunculannya lembaga-lembaga keuangan mikro tersebut telah mengindikasikan bahwa lembaga keuangan mikro menghadapi persaingan yang berarti, baik yang telah menerapkan sistem syariah maupun yang masih menggunakan sistem konvensional di mana bunga masih menjadi balas jasa atas penyertaan modal. Atas dasar inilah, sangat penting bagi sebuah lembagakeuangan mikro untuk melakukan strategi yang tepat, agar dapat memenangkan persaingan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui posisi persaingan lembaga keuangan mikro berdasarkan persepsi pengusaha mikro sebagai pengguna jasa keuangan mikro. Dalam penelitian ini responden akan diminta memberikan pertimbangan tentang tingkat kepentingan atribut-atribut lembaga keuangan mikro yang ada di kecamatan Dau Kabupaten Malang yang diwakili oleh 4 jenis lembaga keuangan mikro antara lain: BRI Unit, BPR, KSP dan KANINDO Syariah (sebagai wakil dari lembaga keuangan mikro syariah). Kemudian responden diminta untuk mempersepsikan lembaga keuangan mikro berdasarkan persepsinya sendiri terhadap atribut-atribut yang menjadi citra masing-masing lembaga keuangan mikro. Diantara atribut-atribut tersebut antara lain: kemudahan prosedu (X1)r, keringanan syarat (X2), kecepatan pelayanan (X3), aksesibilitas (X4), kesesuaian dengan syariat agama (X5), keramahan petugas (X6), keragaman jenis pembiayaan (X7), biaya administrasi (X8), tingkat bunga pinjaman (X9), kepopuleran (X10), kenyamanan ruangan (X11), kondisi fisik bangunan kantor (X12). Hasil dari persepsi responden di atas disusun dalam suatu diagram yang menggambarkan peta posisi persaingan diantara lembaga keuangan mikro. Dengan menggunakan alat analisa Biplot, hasil penelitian yang diperoleh terdapat perbedaan posisi masing-masing lembaga keuangan mikro berdasarkan persepsi pengusaha mikro. Dengan alat analisis Cluster hasil penelitian yang diperoleh terbentuk tiga kelompok yaitu kelompok pertama ditempati BRI Unit, kelompok kedua ditempati BPR dan KSP, dan kelompok ketiga KANINDO Syariah. Tujuan pengelompokan ini mengetahui jarak terdekat persaingan antar lembaga keuangan mikro. BPR merupakan pesaing dekat KSP, sedangkan KANINDO merupakan pesaing dekat BRI Unit. Selanjutnya dengan alat analisa arah vektor dan Analytic Hierarchy Process (AHP) dapat diketahui keunggulan masing-masing lembaga keuangan mikro, atribut yang menjadi pertimbangan utama bagi pengusaha mikro untuk memilih lembaga keuangan mikro dan rangking lembaga keuangan mikro di masing-masing atribut. BRI Unit memiliki keunggulan pada atribut aksesibilitas yang relatif lebih mudah, pilihan jenis pembiayaan yang beragam, popularitas, ruangannya yang nyaman dan bangunan kantornya yang bagus. KANINDO memiliki keunggulan pada atribut prosedurnya yang mudah, syaratnya yang ringan, pelayanannya yang cepat, kesesuaian dengan syariat agama, keramahan petugasnya, biaya administrasinya yang rendah serta tidak adanya bunga pinjaman. Sedangkan untuk BPR dan KSP tidak memiliki keunggulan yang spesifik dibandingkan lembaga keuangan mikro lainnya. Berdasarkan AHP diketahui bahwa atribut keringanan syarat (X2) menjadi atribut yang paling utama dalam pertimbangan pengusaha mikro memilih lembaga keuangan mikro, atribut ini memiliki nilai bobot relatif sekitar 0,2. Sedangkan atribut kondisi fisik bangunan (X12) menjadi atribut yang paling kurang dipertimbangkan, yakni hanya sekitar 0.015. Pada peringkat umum/prioritas global keempat lembaga keuangan mikro, dengan menggunakan AHP diketahui bahwa KANINDO mengungguli ketiga lembaga keuangan mikro lainnya dengan nilai skala prioritas relatif sangat signifikan, kecuali keempat atribut yang telah disebutkan sebagai keunggulan BRI Unit, hampir di semua atribut KANINDO paling unggul.