Pengaruh Preventif Madu Hutan Sumbawa Terhadap Kadar Blood Urea Nitrogen (Bun) Dan Gambaran Histopatologi Ginjal Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Yang Diinduksi Plumbum Asetat

Main Author: Graf, Putri Stefy
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/12807/1/Putri%20Stefy%20Graf.pdf
http://repository.ub.ac.id/12807/
Daftar Isi:
  • Timbal (Pb) merupakan bahan kimia yang termasuk dalam kelompok logam berat dan berpotensi menjadi bahan toksik. Paparan Plumbum dapat melalui saluran pernafasan, pencernaan, dan permukaan kulit. Akumulasi Plumbum dalam tubuh dapat meningkatkan jumlah Reactive Oxygen Species (ROS) yang berdampak pada kerusakan organ, khususnya organ ginjal. Kerusakan ginjal dapat menyebabkan peningkatan Blood Urea Nitrogen (BUN). Madu Hutan Sumbawa merupakan salah satu madu yang memiliki kandungan flavonoid yang cukup tinggi, sehingga dapat digunakan sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas. Penelitian ini berfungsi untuk mengetahui pengaruh terapi preventif Madu Hutan Sumbawa terhadap kadar Blood Urea Nitrogen (BUN) dan gambaran histopatologi ginjal tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi Plumbum Asetat. Penelitian ini menggunakan 20 ekor tikus yang dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan, yaitu kontrol negatif tanpa diberikan perlakuan, kontrol positif dengan pemberian Pb asetat 10 mg/ekor/hari selama 14 hari, dan kelompok terapi preventif dengan pemberian Madu Hutan Sumbawa 25 mg/kg BB, 50 mg/kg BB, 75 mg/kg BB selama 28 hari dan pemberian Pb Asetat dosis 10 mg/ekor/hari selama 14 hari pada hari ke-15 sampai hari ke-28. Setiap kelompok perlakuan terdiri dari 4 tikus. Pengukuran kadar BUN menggunakan metode spektrofotometri dan histologi ginjal menggunakan pewarnaan HE yang diamati dengan mikroskop cahaya. Kadar BUN dianalisa menggunakan analisa ragam ANOVA dan dilanjutkan uji Tukey (ɑ = 5%). Hasil penelitian menunjukkan pemberian terapi preventif madu hutan Sumbawa dapat menurunkan nilai kadar BUN dan memperbaiki kerusakan organ ginjal dengan dosis terbaik yaitu 75 mg/kg BB. Perbaikan gambaran histopatologi ginjal terlihat dengan tidak terjadinya pelebaran ruang bowman, piknosis pada glomerulus, lisis glomerulus, edema interstisial.