Dampak kebijakan harga gabah terhadap produksi padi dan permintaan beras di Indonesia
Main Author: | Aisah |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2008
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/128051/1/050800699.pdf http://repository.ub.ac.id/128051/ |
Daftar Isi:
- Beras merupakan komoditas yang menjadi makanan pokok hampir seluruh masyarakat Indonesia, beras memiliki sifat strategis dan politik dalam arti pemerintahan akan mengalami ketidakstabilan apabila harga beras tinggi. Oleh karena itu keberadaan dan kecukupan komoditas ini harus senantiasa diperhatikan. Terlalu tingginya harga komoditas ini seringkali menyebabkan gejolak sosial, terutama pada saat awal krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 sebesar 46,22 persen dan sampai saat ini harga beras masih sangat tinggi, sehingga pemerintah mengelola kebijakan harga beras secara insentif melalui Bulog agar stabilisasi harga beras bisa tercapai. Harga beras selalu mengalami kenaikan tetapi jumlah permintaan terhadap beras terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia.Untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang dimulai dari PELITA I hingga saat ini. Kebijakan-kebijakan ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan produksi maupun pendapatan petani. Pertanyaan pokok dalam permasalahan penelitian ini adalah: (1)Faktor-faktor apa sajakah yang berpengaruh terhadap produksi, permintaan dan impor beras di Indonesia. (2) Sejauhmana efektivitas kebijakan harga gabah terhadap produksi, permintaan dan impor beras di Indonesia Tujuan penelitian ini adalah: (1)Menganalisa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi, permintaan dan impor beras di Indonesia. (2)Menganalisa efektivitas kebijakan harga gabah terhadap produksi, permintaan dan impor beras di Indonesia. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Diduga perilaku produksi padi dipengaruhi oleh harga gabah, harga jagung (sebagai komoditi subtitusi lahan untuk tanaman padi), luas areal tanam dan produktivitas. Diduga permintaan beras dipengaruhi oleh harga beras, harga komoditi lain, jumlah penduduk dan pendapatan perkapita. Diduga impor beras dipengaruhi oleh harga dunia, jumlah permintaan dan impor tahun sebelumnya. Diduga faktor-faktor yang mempengaruhi harga beras domestik adalah harga gabah, harga beras dunia dan nilai tukar mata uang rupiahterhadap US$. Diduga kebijakan Penurunan harga gabah domestik menyebabkan penurunan produksi dan peningkatan permintaan beras sehingga menjadikan Indonesia sebagai negara pengimpor beras. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari tahun 1980- 2005. Data diambil dari instansi yang terkait dengan permasalahan penelitian, antara lain meliputi Biro Pusat Statistik (BPS), Badan Urusan Logistik (Bulog) dan departemen Pertanian, serta dari sumber sumber lainnya. Data yang akan dikumpulkan antara lain meliputi data harga beras, luas panen, produktivitas, harga jagung, harga beras dunia, nilai tukar mata uang rupiah terhadap US$, jumlah penduduk, pendapatan perkapita, jumlah impor beras, indeks harga konsumen dan data-data penunjang lainnya. Model yang digunakan adalah model persamaan simultan dan dianalisis dengan pendekatan ekonometrika dengan metode 2SLS. Dalam penelitian ini dilakukan uji stasioner, uji F hitung, uji t, koefisien determinasi (R 2 ), validasi model dan analisis simulasi yaitu berupa simulasi kebijakan kenaikan dan penurunan harga gabah sebesar 25 persen.Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi padi Indonesia secara signifikan dan positif dipengaruhi oleh luas panen dan produktivitas. Sedangkan harga jagung dan harga gabah nilai parameternya tidak signifikan. Hal ini berarti bahwa peningkatan produksi padi dapat ditingkatkan dengan luas areal dan produktivitas. Harga jagung tidak nyata hal ini berarti bahwa jagung bukan komoditi kompetitor terhadap padi, sedangkan harga gabah tidak berpengaruh nyata terhadap terhadap keputusan petani untuk berusahatani padi. Implikasi dari hal ini diduga bahwa tujuan penanaman padi oleh petani tidak selalu berorientasi bisnis atau ekonomi. Impor beras Indonesia secara signifikan dan positif dipengaruhi oleh permintaan beras dan impor beras tahun sebelumnya. Sedangkan harga dunia nilai parameternya tidak signifikan. Hal ini berarti apabila permintaan meningkat dan untuk memenuhi permintaan tersebut maka pemerintah akan melakukan impor. Meskipun harga dunia tidak berpengaruh nyata terhadap impor beras indonesia tetapi tanda dari pendugaan parameter adalah negatif hal ini berarti apabila harga dunia lebih rendah dari pada harga domestik maka akan mendorong terjadinya impor. Permintaan beras Indonesia secara signifikan dan positif dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan permintaan beras tahun sebelumnya. Sedangkan harga beras, harga jagung dan pendapatan perkapita nilai parameternya tidak signifikan. Hal ini berarti peningkatan jumlah penduduk akan mengakibatkan peningkatkan permintaan beras Indonesia. Harga jagung tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan beras Indonesia itu berarti bahwa jagung merupakan barang subtitusi beras, sedangkan harga beras tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan beras di Indonesia hal ini terjadi karena beras merupakan kebutuhan barang kebutuhan pokok bagi masyarakat, sehingga adanya perubahan harga tidak langsung mempengaruhi pola perilaku konsumsi masyarakat terhadap beras.Harga beras secara signifikan dan positif dipengaruhi oleh harga gabah. Sedangkan harga dunia dan nilai tukar rupiah nilai parameternya tidak signifikan. Hal ini berarti bahwa harga beras merupakan merupakan determinan dari harga gabah sehingga apabila harga gabah naik maka secara otomatis akan menaikkan harga beras domestik. Sedangkan harga dunia dan nilai tukar tupiah tidak berpengaruh nyata hal ini diduga karena nilai fluktuasi nilai tukar rupiah yang tidak terlalu besar dibandingkan dengan harga beras dunia. Hasil simulasi menunjukkan dampak peningkatan harga gabah sebesar 25 persen yaitu: peningkatan produksi sebesar 9,44 persen, peningkatan harga beras domestik sebesar 22,46 persen, penurunan jumlah permintaan beras sebesar 0.29 persen dan penurunan jumlah impor beras sebesar 1,42 persen. Adapun dampak penurunan harga gabah sebesar 25 persen yaitu: penurunan produksi sebesar 6,91 persen, penurunan harga beras sebesar 40,80 persen, peningkatan jumlah permintaan sebesar 0,32 persen dan peningkatan jumlah impor beras sebesar 1,38 persen.