Uji Antagonis Bakteri Pseudomonas Kelompok Fluorescens terhadap Bakteri Penyebab Penyakit Bercak Daun (Xanthomonas sp.) pada Tanaman Jarak Pagar

Main Author: SyaifuddinZuhri
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2008
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/127961/
Daftar Isi:
  • Penyakit bercak daun disebabkan oleh bakteri Xanthomonas sp. merupakan salah satu penyakit yang menyerang pada tanaman jarak pagar. Belum banyak penelitian tentang pengendalian hayati untuk penyakit ini, salah satunya dengan menggunakan bakteri Pseudomonas kelompok fluorescens. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang bakteri Pseudomonas kelompok fluorescens sebagai antagonis. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bakteri Pseudomonas kelompok fluorescens yang bersifat antagonis terhadap patogen bercak daun ( Xanthomonas sp.) dan mengetahui waktu inokulasi antagonis yang efektif menghambat perkembangan gejala bercak daun. Pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Juli 2007 hingga bulan Maret 2008 di Laboratorium Bakteriologi dan di Rumah kaca Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu: 1) Isolasi dan identifikasi bakteri Pseudomonas kelompok fluorescens, 2) Uji antagonis in vitro di laboratorium, 3) Uji antagonis in vivo di rumah kaca. Hasil percobaan didapatkan 4 isolat bakteri antagonis Pseudomonas kelompok fluorescens dari tanah perakaran tanaman jarak pagar. Pada percobaan in vitro isolat Pseudomonas 4 mempunyai kemampuan menghambat paling tinggi dengan zona hambatan 5,30 mm pada pengamatan 48 jam. Sedangkan pada percobaan in vivo isolat Pseudomonas 1, Pseudomonas 2, dan Pseudomonas 4 mempunyai kemampuan yang berbeda dalam menghambat perkembangan gejala bercak daun. Isolat Pseudomonas 3 mempunyai kemampuan yang paling rendah dalam menghambat perkembangan gejala bercak daun. Berdasarkan percobaan menurut waktu inokulasi, pemberian antagonis sebelum patogen menunjukkan hasil yang lebih baik dalam menghambat perkembangan gejala dibandingkan dengan waktu inokulasi antagonis bersamaan dengan patogen, dan pemberian antagonis setelah patogen. Pada percobaan in vivo pengamatan 9 hsi menunjukkan bahwa gejala paling kecil ditunjukkan oleh perlakuan isolat Pseudomonas 2 dan Pseudomonas 4 yang diinokulasi antagonis sebelum patogen, persentase gejala sebesar 14,86 %. Sedangkan pada pengamatan 11 hsi persentase gejala menunjukkan peningkatan pada masing-masing perlakuan, namun hanya isolat Pseudomonas 2 yang menunjukkan gejala yang paling kecil, yaitu sebesar 23, 81 %.