Respon tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) Var. Bisi Sweet pada pemberian zeolit dan kalium

Main Author: EncepAbdulRahman
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2008
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/127944/
Daftar Isi:
  • Tanaman jagung manis dalam mendukung upaya pertumbuhan dan hasil tanamannya banyak membutuhkan unsur hara, diantaranya unsur kalium. Di dalam tanah kalium sering ditemui sebagai faktor pembatas, karena kalium sebagai kation monovalen (K+) bersifat mobil dan sangat peka terhadap pencucian, terutama pada tanah-tanah dengan kapasitas tukar kation yang rendah dan daerah tropik dengan curah hujan yang sangat tinggi (Indranada, 1989), sehingga pemupukan kalium menjadi tidak efektif. Zeolit sebagai mineral multifungsi karena struktur dan sifatnya dipercaya dapat meningkatkan efisiensi pemupukan anorganik dan sekaligus penyedia unsur hara seperti N, P, dan K dengan pelepasan secara lambat (slow release fertilizer). Strukturnya yang porus memberi andil yang cukup besar terhadap penyediaan oksigen yang diperlukan akar dan mikroorganisme tanah untuk berespirasi dan berfungsi sebagai water holding dengan kapasitas yang tinggi (Putranto, 1996). Mekanisme peningkatan ketersediaan kalium dengan penambahan zeolit yaitu: Penambahan zeolit pada pupuk KCl yang diberikan pada tanah akan menyerap ion K+ yang dikeluarkan oleh pupuk. Apabila konsentrasi ion K+ dalam tanah menurun, maka ion K+ yang telah dijerap oleh zeolit dilepaskan kembali ke dalam larutan tanah. Melalui cara itu, K yang diberikan ke dalam tanah dapat tersedia dalam waktu yang lebih lama. Pada pemupukan kalium yang tidak ditambahkan zeolit, K akan segera tercuci bersama aliran permukaan atau bahkan terikat bersama mineral liat sehingga kalium menjadi tidak tersedia. Tujuan: mempelajari pengaruh pemberian zeolit dalam meningkatkan ketersediaan kalium pada tanaman jagung manis. Hipotesis: pemberian zeolit pada dosis tertentu dapat meningkatkan ketersediaan kalium di dalam tanah, sehingga dapat meningkatkan hasil dan kualitas tanaman jagung manis. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-September 2007, di lahan kering (Andosol), Desa Mulyo Agung, Dau, Malang (510 m dpl). Penelitian menggunakan Rancangan Petak Terbagi (RPT), diulang tiga kali. Dosis kalium (KCl) sebagai petak utama, terdiri dari tiga level, yaitu: K : 100 1kg ha-1 KCl, K : 200 2kg ha-1 KCl, K3 : 300 kg ha-1 KCl. Zeolit sebagai anak petak, terdiri dari empat level yaitu: Z : 0 0kg ha-1, Z: 100 1 kg ha-1, Z : 200 2kg ha-1, Z : 300 3kg ha-1. Pengamatan secara destruktif pada umur 20, 35, 50, 65, dan panen. Meliputi: jumlah daun, luas daun, bobot kering total tanaman, laju pertumbuhan relatif, jumlah tongkol per tanaman, panjang tongkol, diameter tongkol, bobot segar tongkol berkelobot, bobot segar tongkol tanpa klobot, hasil panen (t/ha), kadar gula dalam biji, indeks panen, dan analisa tanah (K tersedia, pH dan KTK). Data dianalisis menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5%, dan dilanjutkan menggunakan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian zeolit tidak menyebabkan perbedaan yang nyata pada sifat kimia tanah (K tersedia, KTK dan pH) setelah panen. Namun demikian terdapat hubungan linier antara pemberian zeolit dan K tersedia, KTK, serta pH tanah, sehingga terjadi interaksi antara pemupukan kalium dan pemberian zeolit pada laju pertumbuhan relatif tanaman. Ditinjau secara terpisah, pertumbuhan tanaman jagung manis seperti jumlah daun, luas daun, bobot kering total tanaman dan laju pertumbuhan tanaman semakin meningkat dengan pemberian zeolit, sedangkan pemupukan kalium tidak berpengaruh. Pada hasil tanaman (tongkol), pemberian zeolit dan pemupukan kalium tidak menunjukan adanya pengaruh, kecuali pada kualitas hasil, pemberian zeolit dan kalium masing-masing sebanyak 300 kg ha-1 dapat meningkatkan kadar gula reduksi biji jagung manis paling tinggi.