Preferensi petani mengenai berbagai varietas tanaman padi lokal kasus di Kecamatan Poncokusumo dan Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang
Main Author: | YetiDwiI |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2008
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/127722/1/050801316.pdf http://repository.ub.ac.id/127722/ |
Daftar Isi:
- Padi merupakan sumber makanan pokok bagi penduduk Indonesia. Sebelum tahun 1970, sebagian besar petani di Indonesia menggunakan varietas padi lokal yang jumlahnya ribuan. Kemudian pada permulaan tahun 1970an, pemerintah Indonesia meluncurkan suatu program pembangunan pertanian yang dikenal secara luas dengan program Revolusi Hijau yang dimasyarakat dikenal dengan nama BIMAS (Bimbingan Masyarakat). Tujuan utamanya adalah peningkatan produktifitas sektor pertanian, khususnya sub sektor pertanian pangan melalui penerapan teknologi pertanian modern, seperti paket saprodi yaitu pupuk kimia, pestisida kimia maupun bibit unggul. Dampak Revolusi Hijau yaitu menimbulkan uniformitas bibit padi di Indonesia. Semua bibit padi yang boleh ditanam adalah bibit unggul yang disediakan pemerintah dan melarang petani menanam bibit lokal. Keadaan ini mengakibatkan keberadaan varietas padi lokal termarginalkan karena petani mulai meninggalkan benih padi lokal dan beralih ke padi unggul. Menurut Ismuhadji (1989) menyatakan bahwa varietas-varietas lokal yang telah ditanam petani sebelum tahun 1970an merupakan varietas-varietas yang telah ditanam petani secara turun-temurun sejak berabad-abad yang lampau dan telah beradaptasi pada berbagai kondisi lahan dan iklim. Varietas lokal secara alami telah teruji ketahanannya terhadap berbagai tekanan lingkungan serta hama dan penyakit sehingga merupakan kumpulan sumber genetik yang tak ternilai harganya. Rumusan masalahnya yaitu (1) Varietas padi lokal apa saja yang pernah atau sedang dibudidayakan serta diketahui oleh petani (2) Bagaimana preferensi petani mengenai varietas tanaman padi lokal ? (3) Faktor-faktor non-economi dan ekonomi, apa sajakah yang mempengaruhi petani dalam budidaya padi lokal dan apa saja faktor penghambatnya? Sedangkan tujuan penelitiannya, yaitu (1) Mengidentifikasi varietas padi lokal yang pernah atau sedang dibudidayakan serta diketahui oleh petani. (2)Membandingkan preferensi petani pada beberapa varietas utama tanaman padi lokal.(3)Mendiskripsikan faktor-faktor non ekonomi dan ekonomi yang mempengaruhi petani dalam budidaya varietas padi lokal dan faktor penghambatnya. Kegunaan penelitian adalah: (1)Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan pembangunan yang berhubungan dengan penerapan pertanian, khususnya yang menggunakan padi varietas lokal sebagai upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan plasma nutfah Indonesia. (2)Sebagai bahan literatur yang memberikan kontribusi informasi dan pengetahuan kepada masyarakat petani khususnya petani yang membudidayakan padi varietas lokal. (3)Sebagai tambahan informasi bagi peneliti dan mahasiswa untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan padi lokal. Untuk metode penelitiannya adalah survei, Jenis Penelitiannya adalah Deskriptif, Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (Purposive) di Desa Belung dan desa Wonomulyo, Kecamatan Poncokusumo dan desa Bocek Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang dan penelitiannya dimulai bulan Agustus-Oktober. Penentuan responden dalam penelitian ini menggunakan teknik Snowball Sampling. Metode pengumpulan data dengan menggunakan wawancara mendalam, koesioner, observasi dan dokumentasi. Sedangkan untuk analisis datanya adalah: tujuan 1 menggunakan analisis Deskriptif, untuk menjawab tujuan yang ke-2 yaitu menggunakan analisis Deskriptif dan Paired Comparison Scaling (Skala Perbandingan Berpasangan). Dan untuk tujuan ke-3 digunakan analisis deskriptif serta analisis usahatani untuk mengetahui pendapatan.Hasil dari penelitian ini adalah (1) Varietas padi lokal yang pernah dan hanya diketahui petani di Kecamatan Karangploso lebih bervariasi (10 varietas) dibandingkan di Kecamatan Poncokusumo (7 varietas). Sedangkan varietas padi lokal yang sedang ditanam petani di Kecamatan Poncokusumo adalah varietas Genjah Rawe dan Ketan Ireng, dan di Kecamatan Karangploso adalah varietas Tambak Urang, Ketan Tawonan dan Ketan Ireng. (2) Preferensi petani di Kecamatan Poncokusumo untuk 5 varietas secara berurutan adalah varietas Genjah Rawe, Siam, Tambak Urang, Ketan Ireng, Srikuning. Sedangkan untuk daerah Bocek, preferensi petani secara berurutan adalah varietas Kuntul Nebak, Tambak Urang, Ketan Tawonan, Sukonandi dan Ketan Ireng. Sifat dari varietas Genjah Rawe yang disukai oleh petani adalah produksinya yang tinggi dibandingkan jenis padi lokal yang lain yaitu 8-10 ton gabah basah/ha sedangkan sifat dari varietas Kuntul Nebak yang disukai adalah mempunyai rasa yang paling enak dari semua varietas padi lokal yang diketahui oleh petani. (3) Faktor-faktor yang cenderung mempengaruhi petani membudidayakan padi lokal daripada padi unggul yaitu faktor pendorong berupa faktor non ekonomi adalah (a) Rasa dari nasi padi lokal adalah lebih enak, punel dan beraroma lebih wangi sedangkan padi unggulnya kurang enak dan kaku, sedangkan faktor ekonominya adalah (a) Pendapatan usahatani padi lokal yang lebih tinggi yaitu secara analisis perusahaan 1 musim tanam/ha adalah Rp 10.525.916,32, ratio 2.00 sedangkan padi unggulnya adalah Rp 7.005.425 dengan ratio 1.87 sehingga nilai IB/C (Icremental Benefit Cost Ratio) adalah 1,39. Sedangkan secara finansialnya pendapatan usahatani padi lokal dalam semusim tanam/ha adalah Rp 16.949.750,64 , ratio 5.10 sedangkan padi unggulnya, pendapatannya adalah Rp 11.015.016, ratio 3.73 sehingga nilai IB/C nya adalah 57,76 (b) Jumlah produksi gabah basah padi lokal yang lebih tinggi pada 1 musim tanam/ha adalah 84,34 kwl sedangkan padi unggulnya 74,70 kwl. (c) Harga jual padi lokal yang lebih tinggi yaitu untuk berasnya adalah Rp 5.000-6.000/kg, harga jual gabah basahnya adalah Rp 250.000,00/kwl dan harga jual gabah keringnya adalah Rp 400.000,00/kwl. Untuk jenis ketannya harga jual berasnya adalah Rp 7.000-8.000/kg. Untuk jenis padi unggul harga jual berasnya adalah Rp 4.000-4.500/kg, harga jual gabah basahnya adalah Rp 200.000,00/kwl sedangkan harga jual gabah keringnya adalah Rp 270.000,00/kwl.(d) Kebutuhan air padi lokal lebih sedikit daripada padi unggul yaitu padi lokal bisa bertahan dalam kondisi kekeringan, dapat ditanam dan tetap berproduksi baik pada musim kemarau sedangkan untuk padi unggul tidak ditanam pada musim kemarau. (e) Kebutuhan pupuk padi lokal berupa dosis pupuk dan total biaya yang dikeluarkan dalam 1 musim tanam/ha yang lebih sedikit yaitu Rp 815.042,97 sedangkan padi unggulnya adalah Rp 993.928,57. (f) Kualitas dan ketersediaan benih yaitu, untuk padi lokal benih bisa digunakan lebih dari satu kali musim tanam dan produksinya tetap bagus sesuai dengan induknya sehingga ketersediaannya dilakukan sendiri oleh petani dengan cara menyimpan benih dari hasil panen sebelumnya, sedangkan benih padi unggul hanya bisa digunakan untuk 1 kali musim tanam saja dan hasilnya akan menurun jika digunakan sebagai benih lagi, sehingga petani mengusahakan dengan cara membelinya. Dan untuk faktor penghambatnya adalah (a) kebutuhan tenaga kerja, pada usahatani padi lokal (410 JHK) yang lebih banyak dan lebih rumit dalam hal panen daripada padi unggul (304 JHK) serta (b) umur tanaman padi lokal yang lebih panjang (5,5 bulan) daripada padi unggul (4 bulan). Saran yang disampaikan adalah (1) Diharapkan pihak terkait dapat membantu pengadaan benih varietas padi lokal yang merupakan preferensi petani di daerah penelitian (2) Melihat kelebihan-kelebihan padi lokal yang ternyata tidak didapatkan pada jenis padi unggul, maka perlu kiranya ada suatu kebijakan pertanian yang mempertimbangkan pelestarian jenis padi lokal yang merupakan plasma nutfah dan ternyata lebih memberikan keuntungan bagi petani. (3)Perlu dibentuknya suatu komunitas/jaringan petani padi lokal, karena dengan adanya ”significant others” dalam komunitas memungkinkan petani tetap dapat menjaga dan memperoleh informasi mengenai keberadaan benih padi lokal.