Daftar Isi:
  • Hotel merupakan fasilitas yang patut diperhatikan untuk kota wisata Daerah Istimewa Yogyakarta. Kenyamanan termal merupakan salah satu prioritas utama dari pelayanan sebuah hotel. Untuk mencapai suhu ideal dapat dilakukan dengan bantuan penghawaan buatan (AC). Namun, Yogyakarta merupakan wilayah dengan suhu udara yang panas terutama pada siang hari, menyebabkan konsumsi energi untuk AC menjadi tinggi. Jika penggunaan energi untuk sistem tata udara dapat dikurangi, maka penggunaan energi keseluruhan akan banyak terpengaruh. Maka dari itu perlu diambil tindakan untuk menghemat pengeluaran energi. Dalam penelitian ini, Hotel Innside digunakan sebagai studi kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh orientasi terhadap suhu dalam ruang kamar hotel. Selain itu juga untuk mengetahui jumlah energi yang perlu digunakan oleh AC untuk dapat menurunkan suhu ruangan. Kemudian bertujuan pula untuk melihat peluang penghematan energi AC dengan bantuan rekayasa desain dari fasade bangunan. Pengukuran suhu pada bangunan hotel dilakukan sebagai data dasar untuk mengerjakan penelitian. Dibagi ke dalam tiga tipe, kamar hotel yang diteliti yaitu suite room, north room dan south room memiliki orientasi bangunan berbeda. Suite room sebagai fokus utama memilki orientasi ke arah barat. Pengukuran suhu dibagi dalam empat waktu yaitu pukul 06:00, 09:00, 12:00 dan 15:00 yaitu ketika matahari masih bersinar. Data suhu ruangan dimasukan pada rumus perhitungan energi kalor sehingga menemukan total energi yang dibutuhkan untuk menurunkan suhu menuju suhu ideal. Penelitian kemudian dilanjutkan dengan membuat simulasi dari bangunan eksisting hotel menggunakan ecotect. Dari situ didapatkan data suhu ruang berdasarkan kondisi simulasi. Langkah selanjutnya adalah membuat simulasi untuk tiga rekomendasi desain fasade yang memiliki tujuan utama menurunkan suhu ruang. Baik simulasi eksisting maupun rekomendasi, keduanya dihitung total energi kalor yang digunakan seperti pada perhitungan eksisting. Dari hasil keseluruhan data kemudian dibandingkan untuk menemukan rekomendasi mana yang paling berhasil mencapain tujuan penelitian ini. Dari hasil rekomendasi, didapati bahwa perhitungan energi hanya dapat membandingkan antara simulasi rekomendasi dengan simulasi eksisting, tidak dengan kondisi eksisting lapangan. Hal ini dikarenakan banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi kondisi lapangan. Diantara ketiga rekomendasi desain fasade terpilih rekomendasi tiga sebagai desain yang berhasil paling banyak menurunkan suhu ruang yang berdampak pada penghematan energi. Adapun penurunan konsumsi energi untuk suite room menurun dari 2.998,25 Wh menjadi 2.585,65 Wh; north room dari 1.458,06 Wh menjadi 1.355,60 Wh dan south room dari 1.898,32 Wh menjadi 1.812,76 Wh. jika dihitung selisihnya, ketiga kamar tersebut berhasil menurunkan konsumsi energi sebesar 412,60 Wh untuk suite room; 102,46 Wh untuk north room dan 85,49 Wh untuk south room. Penurunan energi ini merupakan energi kalor internal, tanpa dipengaruhi faktor penghasil kalor lainnya, pada rentang waktu selama sembilan jam pengukuran dari pukul enam pagi sampai tiga sore.