Strategi Pengembangan Agroindustri Tapioka pada Skala Usaha Kecil studi kasus di Desa Pogalan, Kecamatan Pogalan, Kabupaten Trenggalek

Main Author: RatnaPrawiyanti
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2007
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/127664/1/050800014.pdf
http://repository.ub.ac.id/127664/
Daftar Isi:
  • Pembangunan sektor pertanian dalam arti luas ditujukan untuk menghasilkan produk-produk unggulan, menyediakan bahan baku bagi keperluan industri, dan memperluas kesempatan kerja. Produk-produk tersebut berbasiskan pada agroindustri dan agribisnis yang tangguh yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan nilai tambah. Salah satu agroindustri yang keberadaanya sudah dikenal masyarakat Indonesia adalah agroindustri tapioka. Pengusahaan tapioka merupakan alternatif dalam mendayagunakan ubi kayu. Namun, keberadaan agroindustri skala kecil ini masih menghadapi beberapa permasalahan baik dari lingkungan internal maupun lingkungan ekternal yang berpengaruh pada kelanjutan agroindustri tapioka. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat keuntungan, efisiensi usaha dan nilai tambah dari agroindustri tapioka, menganalisis kondisi lingkungan internal dan kondisi lingkungan eksternal pada usaha agroindustri tapioka, serta merumuskan strategi pengembangan agroindustri tapioka yang tepat. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu di Desa Pogalan, Kecamatan Pogalan, Kabupaten Trenggalek. Penentuan responden dilakukan dengan metode sensus. Responden dalam hal ini adalah pengusaha agroindustri tapioka skala kecil yang berjumlah 25 unit usaha. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Analisis data yang digunakan meliputi analisis biaya, penerimaan, keuntungan, analisis efisiensi usaha dan analisis nilai tambah. Analisis SWOT meliputi analisis matrik IFE dan EFE, analisis matrik IE, analisis matrik grand strategy dan analisis matrik SWOT. Berdasarkan hasil perhitungan dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa untuk satu kali proses produksi diperoleh: (1) keuntungan agroindustri tapioka untuk bahan baku 22,08 kw sebesar Rp. 206.714,82 dengan total penerimaan sebesar Rp.1.212.188,00 dan total biaya Rp.1.005.473,18 (2) tingkat efisiensi usaha (R/C ratio) pada agroindustri tapioka sebesar 1,205 (3) nilai tambah pada agroindustri tapioka skala kecil sebesar Rp. 9.568,3 per kw produk dengan rasio nilai tambah 19,137%. Hasil analisis dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor internal pada agroindustri tapioka meliputi: aspek pasar, aspek SDM, aspek keuangan dan aspek produksi. Dari kondisi internal ini dapat diketahui kekuatan yang dimiliki agroindustri tapioka yaitu pengalaman usaha, keterampilan tenaga kerja serta selalu mendapatkan keuntungan. Kelemahan agroindustri tapioka meliputi modal yang terbatas, teknologi produksi yang sederhana, kemampuan manajerial yang kurang, ketersediaan bahan baku yang tidak kontinyu serta kesulitan pembuangan limbah industri. Sedangkan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi agroindustri tapioka berupa faktor peluang yang meliputi pangsa pasar yang masih luas, hubungan yang baik antara produsen dan pemasok bahan baku, kesetiaan pelanggan, dukungan pemerintah daerah dan perkembangan teknologi. Faktor ancaman yang dihadapi adalah pesaing, pinjaman modal yang rumit, selera konsumen dan kebijakan pemerintah dalam menaikkan harga bahan bakar. Pada hasil analisis IFE diperoleh skor total sebesar 2,3 dengan selisih antara kekuatan dan kelemahan sebesar 0,7. Sedangkan dari analisis EFE didapat skot total sebesar 2,65 dengan selisih antara peluang dan ancaman sebesar 0,95. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan dan peluang yang dimiliki lebih besar dari pada kelemahan dan ancaman yang dihadapi. Pada matrik grand strategy menempatkan agroindustri tapioka pada kuadran I yaitu Aggressive , yang menunjukkan bahwa agroindustri tersebut memiliki pertumbuhan yang baik. Sedangkan pada matrik IE posisi agroindustri tapioka berada pada sel V yang berarti strategi yang digunakan pada agroindustri tapioka adalah strategi pertumbuhan growth strategy . Strategi pertumbuhan melalui konsentrasi integrasi horizontal yaitu suatu kegiatan untuk memperluas usaha tapioka dengan cara meningkatkan produksinya. Untuk meningkatkan penjualan, asset, profit atau kombinasi dari ketiganya dapat dicapai dengan strategi memperluas pasar, memperbaiki fasilitas produksi, meningkatkan kualitas produk dan teknologi. Berdasarkan analisis matrik SWOT maka dapat diperoleh 4 alternatif strategi yaitu strategi SO,WO, ST dan strategi WT. Berdasarkan hasil penelitian dapat diberikan beberapa saran antara lain (1) Perlu adanya pengaturan penyediaan bahan baku agar kontinyuitas pengadaan bahan baku dapat terpenuhi, (2) Perlu adanya bantuan modal dengan bunga rendahkepada produsen demi peningkatan pengembangan agroindustri tapioka, (3) Diperlukan adanya peningkatan kerjasama antara produsen dan Dinas Koperindag atau Pemerintah Daerah setempat untuk membantu penyediaan peralatan produksi yang lebih modern, (4) Perlu dilakukan penelitian dan pengembangan lebih lanjut yang berhubungan dengan kegiatan produksi dan pemasaran tapioka.