Faktor- faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani untuk memilih program tebu rakyat kerjasama usaha (TR-KSU) Studi Kasus di Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun, Propinsi Jawa Timur
Main Author: | Sofyan, Muhammad |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2006
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/127361/1/Copy_of_Faktor_faktor_yang_Mempengaruhi_pengambilan_Keputusan.pdf http://repository.ub.ac.id/127361/ |
Daftar Isi:
- Persoalan pergulaan nasional yang selalu berkembang telah menyebabkan berbagai permasalahan baru di sektor industri hulu, yaitu produksi tebu. Di Indonesia, kebijakan pemerintah terkait dengan industri gula nasional selalu berubah-ubah. Kebijakan terbaru yang terkait dengan produksi tebu adalah dicabutnya Inpres No. 9 tahun 1975 tentang Tebu Rakyat Intensifikasi dan diganti dengan Inpres No. 5 tahun 1997 junto Inpres No. 5 tahun 1998 tentang kebebasan petani dalam mengusahakan tanaman yang diinginkannya (Anonim, 1999 dalam Isma’il, 2001). Namun dalam praktiknya, pihak pabrik gula melalui program Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR-KSU) ternyata menggunakan sistem sewa-menyewa lahan milik petani yang sebenarnya sistem ini telah dihapus pada tahun 1975 karena dinilai kurang menyejahterakan petani. Selain itu, program tersebut tidak akan membuat petani lebih mandiri karena proses produksi tebu didominasi oleh pabrik gula (Anonim, 1999 dalam Isma’il, 2001). Namun demikian, ternyata program TR-KSU tersebut lebih diminati petani daripada program Tebu Rakyat Mandiri (TRM). Oleh karena itu, perlu diteliti faktor-faktor yang menyebabkan program TR-KSU tersebut pada saat ini banyak diminati petani pemilik lahan dalam upaya pengelolaan lahan. Permasalahan yang diungkap dalam penelitian ini adalah bagaimana perbedaan pendapatan usahatani antara petani yang memilih program Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR-KSU) dan petani yang memilih program Tebu Rakyat Mandiri (TRM) dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani untuk memilih program TR-KSU. Sedangkan tujuannya adalah untuk menganalisis perbedaan pendapatan usahatani antara petani yang memilih program TR-KSU dan petani yang memilih program TRM dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani untuk memilih program TR-KSU. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun pada bulan Januari hingga Februari 2006 dengan jumlah responden 50 petani yang terdiri dari 42 orang yang memilih program TR-KSU dan 8 orang yang memilih program TRM. Penentuan sampel tersebut dilakukan secara multistage sampling . Sedangkan metode analisis data meliputi analisis pendapatan yang berupa perhitungan pendapatan usahatani dan analisis statistik uji t, serta analisis model logit untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani untuk memilih program TR-KSU. Hasil analisis pendapatan menyebutkan bahwa dalam perhitungan pendapatan usahatani, petani TR-KSU memperoleh pendapatan sebesar Rp. 5.493.666,- dan petani TRM sebesar Rp. 8.688.250,-. Sedangkan dari analisis statistik melalui uji t diketahui nilai t hitung sebesar -2,461 yang berarti lebih besar dari nilai -t tabel yang hanya sebesar 1,68. Dengan demikian, terdapat perbedaan yang nyata antara kedua pendapatan yang menunjukkan bahwa pendapatan usahatani petani TR-KSU lebih kecil daripada petani TRM. Dari hasil analisis model logit diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi secara nyata terhadap pengambilan keputusan petani pemilik lahan untuk memilih program TR-KSU adalah luas lahan (X 3), pendapatan usahatani (X4), intensitas negosiasi (X5), dan status sosial (X6). Hasil tersebut didasarkan pada nilai Wald masing-masing variabel yang lebih besar dari nilai chi square 2,71. Adapun nilai Wald variabel-variabel tesebut berturut-turut adalah 3,218; 3,515; 4,544; dan 3,461. Sedangkan faktor-faktor yang tidak berpengaruh nyata adalah umur petani (X1) dengan nilai Wald 0,891, tingkat pendidikan (X2) dengan nilai Wald 0,007, dan sumber penghasilan lain (X7) dengan nilai Wald 0,084. Kemudian, dari uji korelasi parsial menunjukkan bahwa variabel intensitas negosiasi memiliki kontribusi paling dominan terhadap keputusan petani dengan nilai R sebesar 0,460.