Analisis Nilai Tambah dan Efisiensi Usaha Agroindustri Manisan Tomat Rasa Kurma (Torakur) studi kasus di Desa Kelir, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi
Main Author: | IndahSuciati |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2010
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/127355/1/051000709.pdf http://repository.ub.ac.id/127355/ |
Daftar Isi:
- Pembangunan ekonomi yang bertumpu pada sektor pertanian memegang peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Di bidang pertanian, Indonesia memiliki potensi keanekaragaman sumber daya alam yang melimpah. Dengan potensi sumber daya alam yang dimiliki, maka strategi pembangunan bagi Indonesia yang ingin menuju ke negara industri adalah kebijaksanaan dalam menjaga keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor industri. Keterkaitan yang paling sesuai adalah pengolahan komoditas pertanian melalui pengembangan agroindustri. Hasil kajian terakhir 2009 tentang prospek Agroindustri, menyatakan bahwa prospek agroindustri di masa mendatang cukup cerah. Hal ini dibuktikan dengan makin banyaknya agroindustri yang bermunculan di berbagai daerah. Kota Banyuwangi merupakan kota bagian yang paling timur dari wilayah propinsi Jawa Timur yang banyak dijumpai agroindustri skala rumah tangga diantaranya agroindustri manisan. Adanya produk olahan berupa manisan tomat rasa kurma (torakur) maka dapat memberikan nilai tambah terhadap komoditas hasil pertanian yakni tomat. Nilai tambah yang diberikan terhadap komoditas tomat dapat dilihat dari nilai guna dan ekonomisnya. Salah satu sentra agroindustri manisan torakur di Banyuwangi yaitu di Desa Kelir, Kecamatan Kalipuro. Agroindustri ini telah lama diusahakan sejak tahun 1980. Berdirinya agroindustri manisan ini dilatarbelakangi adanya potensi bahan baku lokal yakni tomat di Kabupaten Banyuwangi yang dapat menghasilkan tomat sekitar 2.773 ton dengan luas lahan 274 ha per tahun (BPM Jatim, 2009). Agroindustri manisan torakur yang ada saat ini masih terbatas pada sektor rumah tangga dengan jumlah tenaga kerja 3 sampai dengan 4 orang dan sebagian besar berasal dari anggota keluarga. Modal yang digunakan jumlahnya masih terbatas. Rendahnya tingkat modal yang digunakan berakibat pada sedikitnya jumlah bahan baku yang digunakan dan menyebabkan terbatasnya daerah pemasaran. Umumnya pemasaran terbatas hanya di dalam kabupaten. Selain itu juga peralatan yang digunakan untuk mengolah manisan torakur masih sederhana. Perumusan masalah dari penelitian ini adalah: (1) Seberapa besar nilai tambah dari bahan baku tomat yang diperoleh dari agroindustri manisan torakur di Desa Kelir, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi. (2) Seberapa besar keuntungan yang diperoleh agroindustri manisan torakur di Desa Kelir, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi. (3) Apakah agroindustri manisan torakur di Desa Kelir, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi telah efisien. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis nilai tambah agroindustri manisan torakur di Desa Kelir, Kecamatan Kalipuro, Kabupeten Banyuwangi. (2) Menganalisis keuntungan agroindustri manisan torakur di Desa Kelir, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi. (3) Menganalisis efisiensi usaha agroindustri manisan torakur di Desa Kelir, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi. Sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif meliputi: (1) Analisis Nilai Tambah. (2) Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan. (3) Analisis Efisiensi Usaha. Hasil penelitian antara lain: (1) Rata-rata nilai tambah per satu kali proses produksi pada agroindustri manisan torakur Rp 2.495- per kilogram bahan baku tomat atau 33,13% dari nilai produksi. Nilai rata-rata dari rasio imbalan tenaga kerja adalah sebesar 13,28% atau Rp 331,4. Besarnya keuntungan rata-rata yang didapat oleh pengusaha manisan torakur adalah sebesar Rp2.163,63 dengan rasio keuntungan sebesar 86,72 % dari nilai tambah (bahan baku tomat). (2) Jumlah rata-rata output per satu kali proses produksi agroindustri manisan torakur adalah 30 Kg, penerimaaan rata-rata per satu kali proses produksi adalah sebesar Rp 753.000,- sedangkan pengeluaran rata-rata per satu kali proses produksi adalah sebesar Rp 583.725,- sehingga keuntungan rata-rata dalam satu kali produksi yang diperoleh sebesar Rp 169.275. (3) Besarnya nilai R/C ratio agroindustri manisan torakur di Desa Kelir adalah sebesar 1,29. (4) Berdasarkan perhitungan Break Even Point (BEP) dapat diketahui bahwa titik impas agroindustri manisan torakur berada pada produksi 1 Kg dengan penerimaan sebesar Rp 24.885,-. Nilai R/C ratio lebih dari 1, hal ini menunjukkan bahwa agroindutri ini telah efisien dan memberikan keuntungan sehingga agroindustri ini layak dikembangkan.