Daftar Isi:
  • Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan budaya. Salah satunya yaitu kebudayaan agraris. Kebudayaan agraris berkembang salah satunya melalui mitologi dan legenda yaitu sistem kepercayaan dan religi budaya padi (rice culture). Kasepuhan Ciptagelar merupakan salah satu permukiman adat Sunda di Indonesia yang sampai sekarang masih mempertahankan nilai kepercayaan dan religi dari budaya padi (rice culture). Masyarakat Ciptagelar memiliki budaya padi yang kuat, segala bentuk aktivitas utamanya berpusat pada padi. Padi begitu dihormati sedemikian rupa, sehingga menghadirkan sistem kepercayaan terhadap padi, dengan salah satu konsep mental Sang Hyang Nyai Sri Pohaci sebagai sosok yang berpersonifikasi sebagai perempuan. Dengan demikian padi dan perempuan memiliki relasi-ekuivalensi. Dalam satu siklus budaya padi, segala aktivitas rutin keseharian, peran perempuan terdistribusi kuat dalam berbagai jenis ruang domestik (mezo-mikro), seperti mengambil padi di leuit, menumbuk padi di saung lisung, menyimpan dan mengambil beras di pangdaringan, dan menanak nasi di goah. Saat perempuan beraktivitas dengan padi beserta turunannya, tercipta suatu teritori baik secara fisik maupun metafisik yang membangun batas antara ruang perempuan dengan laki-laki. Hal tersebut bisa dikatakan terjadi adanya gap antar jender pada saat aktivitas perempuan terhadap padi beserta turunannya sedang berlangsung. Aspek apa yang mempengaruhi dan bagaimanakah ruang perempuan pada masyarakat adat berbudaya padi tersebut dibangun? Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi aspek yang mendasari terbentuknya konsep ruang perempuan dan mendeskripsikan proses pembentukan konsep ruang perempuan pada masyarakat budaya padi Kasepuhan Ciptagelar. Penelitian ini merupakan penelitian antropologi-arsitektur, menggunakan metode kualitatif-induktif dengan pendekatan eksploratif-deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, pengamatan, dan partisipasi aktivitas terhadap responden yang didapatkan melalui maksimalisasi informasi. Setelah data jenuh kemudian divalidasi oleh keyperson. Analisis data dilakukan dengan interpretasi kritis atas bahan sumber, memilih tema, dan mensistematiskan serta mengikhtisarkan wawancara dan pengamatan. Pembahasan dengan cara membahas tema dari hasil analisis dengan teori, kemudian interpretasi, kristalisasi, dan labelisasi. Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa dalam modus pembentukan ruang perempuan selalu menghadirkan sifat berpasangan (sakuren) dan dengan konsep paparakoan guna mendapatkan bentuk keseimbangan-harmoni antar-ruang. Ruang perempuan semakin menguat ketika perempuan melakukan aktivitas mulai dari mengambil padi dari leuit, menumbuk di saung lisung, menyimpan dan mengambil beras di pangdaringan, hingga menanak nasi di goah.