Daftar Isi:
  • Penyakit DBD mulai ditemukan di Indonesia pada tahun 1968 di Surabaya. Seluruh kota dan kabupaten di Jawa Timur telah menjadi daerah endemis penyakit DBD sejak tahun 1995. Kota Malang menjadi salah satu tempat yang memiliki insiden DBD yang cukup tinggi pada tahun 1998. Tingginya angka kejadian penyakit DBD dapat menjadi indikator tingginya populasi nyamuk Aedes aegypti di wilayah tersebut. Sehingga diperlukan pencegahan penyebaran dari penyakit tersebut yang salah satunya menggunakan bahan repellent untuk nyamuk Aedes aegypti. Bunga kenanga (Cananga odorata) yang merupakan famili macrophylla mempunyai potensi sebagai bahan penolak (repellent) hayati karena memiliki kandungan diantaranya mengandung saponin, flavonoid, dan minyak atsiri. Minyak atsiri mengeluarkan bau khas yang terdeteksi melalui antena nyamuk. Bau ini nantinya diterjemahkan otak nyamuk sebagai sesuatu yang harus dihindari kemudian akan mengubah perilaku nyamuk untuk tidak hinggap. Penelitian ini menggunakan studi experimental, dilakukan pada nyamuk Aedes aegypti yang dimasukkan ke 5 buah kandang, masing-masing berisi 50 ekor, yang diamati pada jam ke-0, 1, 2, 4, 6. Kandang I sebagai kontrol negatif nyamuk menggunakan larutan air gula. Kandang II sabagai kontrol positif menggunakan larutan DEET 13%. Kandang III menggunakan larutan jus bunga kenanga 30%. Kandang IV menggunakan larutan jus bunga kenanga 40%. Kandang V menggunakan jus bunga kenanga 50%. Parameter yang diukur adalah jumlah nyamuk yang hinggap pada variasi waktu dalam berbagai perlakuan. Analisis data pada menggunakan metode Kruskal-Wallis dengan p<0,05 dan Mann-Whitney. Kesimpulan penelitian ini adalah jus bunga Kenanga memiliki potensi sebagai bahan antinyamuk (repellent) terhadap nyamuk Aedes aegypti.