Kajian Nilai Kepadatan Tanah (Bulk Density) Dalam Alih Guna Lahan Dari Monokultur Tebu Menjadi Agroforestri Berbasis Sengon Di Kedungkandang Malang

Main Author: Kurniawan, Doddy
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/12675/1/DODDY%20KURNIAWAN.pdf
http://repository.ub.ac.id/12675/
Daftar Isi:
  • Pemadatan tanah adalah penyusunan partikel-partikel padatan di dalam tanah karena adanya gaya tekan pada permukaan tanah sehingga ruang pori tanah berkurang. Lahan pertanian di Desa Wonokoyo, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang banyak terjadi alih guna lahan dari penggunaan lahan yang awalnya monokultur tebu menjadi agroforestri berbasis sengon. Pada tahun 1960-an di desa tersebut masyarakatnya menanam komoditas tebu hampir disetiap pekarangan rumah. Hal tersebut berlansung sampai tahun 2005 produksi tebu di desa tersebut mengalami penurunan produksi sehingga berdampak pada perekonomian petani. Mengatasi hal tersebut banyak petani yang beralih fungsi menanam tanaman sengon. Alasan masyarakat menanam sengon karena perawatan sengon yang mudah tidak perlu irigasi dan waktu pemupukan yang tidak berkala. Waktu panen tanaman sengon juga cepat, yaitu sekitar 5-7 tahun. Pemilihan lahan tanaman sengon di lahan yang jauh dari pemukiman dan susah untuk akomodasi. Berdasarkan uraian tersebut, maka dirasakan penting untuk mempelajari perbedaan sifat fisik tanah khususnya pemadatan tanah pada penggunaan lahan yang awalnya monokultur tebu menjadi agroforestri berbasis sengon tersebut akan mengalami perubahan kepadatan tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisika tanah ( Berai Isi tanah (BI), kemantapan agregat, pF (2,5 dan 4,2)) pada berbagai tipe penggunaan lahan yang beraluh fungsi dari monokultur tebu menjadi lahan agroforestri sengon di Kecamatan Kedungkandang Kabupaten Malang. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei lapangan. Bulk Density tanah didapatkan bahwa nilai rata-rata agroforestri sengon umur 1 tahun di kedalaman 0-10 cm 1,35 g/cm3.dan monokultur tebu di kedalaman yang sama (0-10 cm) mempunyai rata-rata nilai BI 1,3 g/cm3. Nilai BI baik penggunaan lahan agroforestri sengon dan monokultur tebu mengalami peningkatan di kedalaman 10-20 cm sebesar 1,4 g/cm3 (agroforestri sengon) dan 1,3 g/cm3. Penggunaan lahan yang memiliki nilai kemantapan agregat tertinggi terdapat pada lahan sengon umur 4 tahun dengan kedalaman 0-10 cm dan sengon 4 tahun yang kedalaman 10-20 cm. Sedangkan yang berpengaruh nyata adalah perlakuan penggunaan lahan (agroforestri sengon 4 tahun) terhadap kemantapan agregat. Pada nilai kemantapan agregat kedalaman 10-20 cm tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan penggunaan lahan agroforestri (sengon) dan monokultur (tebu. Secara umum nilai dari kadar air tanah cenderung semakin tinggi dengan semakin dalamnya tanah. Penggunaan lahan yang tidak mempunyai penutup tanah (serasah) akan memiliki nilai kadar air yang rendah daripada yang mempunyai penutup tanah (serasah) pada lapisan tanah bagian atas.