Hubungan Penggunaan Obat-Obat Potensial Hepatotoksik terhadap Kadar SGOT dan SGPT pada Pasien Tuberkulosis Paru: Penelitian Dilakukan di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Daftar Isi:
- Obat antituberkulosis memiliki efek samping hepatotoksik. Rifampisin, isoniazid, dan pirazinamid merupakan obat yang berpotensi hepatotoksik. Hepatotoksik ditandai dengan adanya peningkatan enzim transaminase (SGOT dan SGPT) lebih dari 2 kali batas normal. Selain obat antituberkulosis, banyak obat-obat lainnya yang termasuk obat potensial hepatotoksik, seperti omeprazole dan ranitidin. Penelitian bertujuan mengetahui hubungan obat potensial hepatotoksik dengan peningkatan kadar SGOT dan SGPT pada pasien tuberkulosis paru. Penelitian ini adalah jenis observasional dengan metode penelitian analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif menggunakan data rekam medis secara retrospektif Januari-Desember 2015. Besar sampel adalah 40 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara obat potensial hepatotoksik dengan peningkatan SGOT (p = 0,205, r = 0,205) dan peningkatan SGPT (p = 0,198, r = 0,208). Secara deskriptif, penelitian ini menunjukkan bahwa median peningkatan SGOT sebesar 1,19 (0,235,33) kali, sedangkan median peningkatan SGPT sebesar 1,00 (0,184,67) kali. Obat potensial hepatotoksik yang paling banyak diterima oleh pasien adalah pirazinamid 32 orang (80%), rifampisin 29 orang (72,5%), isoniazid 28 pasien (70%), seftriakson 26 orang (65%), dan ranitidin 20 orang (50%). Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara obat potensial hepatotoksik dengan peningkatan SGOT dan SGPT.