Pengaruh Sistem Effervescent Dan Noneffervescent Terhadap Profil Disolusi Kapsul Floating Drug Delivery System (Fdds) Ranitidin
Main Author: | Palupi, RatriSeptyaning |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/126312/ |
Daftar Isi:
- Ranitidin merupakan antagonis reseptor histamin-2 yang memiliki bioavailabilitas absolut 50%, metabolismenya terjadi di kolon, waktu paruh 2,5-3 jam, serta dapat terjadi fluktuasi plasma pada pemberian dosis alternatif 300 mg (setara 336 mg ranitidin HCl). Karakteristik ini menyebabkan ranitidin perlu diformulasi menjadi sediaan lepas lambat, yaitu sistem penghantaran obat terapung (floating drug delivery system/FDDS). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem effervescent dan noneffervescent terhadap profil disolusi ranitidin HCl pada kapsul FDDS. Natrium alginat digunakan sebagai matriks polimer penghambat pelepasan obat dan natrium bikarbonat digunakan sebagai bahan pembentuk gas. Uji disolusi ranitidin HCl dari kapsul FDDS dilakukan menggunakan alat uji disolusi tipe 2 dengan media simulasi cairan lambung selama 8 jam. Durasi waktu terapung formula F1 dan F2 adalah 8 jam. Pelepasan ranitidin HCl formula F1 dan F2 pada jam ke delapan masing-masing adalah 97,813 ± 3,915% dan 110,311 ± 6,525%. Kinetika pelepasan obat formula F1 dan F2 cenderung mengikuti kinetika model Higuchi dan model Korsmeyer-Peppas. Hasil analisis statistik independent t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p < 0,05) pada jumlah kumulatif ranitidin HCl yang dilepaskan dari jam ke-1 hingga ke-8 antara sistem effervescent dan noneffervescent. Disimpulkan bahwa kapsul FDDS ranitidin HCl dengan sistem effervescent lebih menghambat disolusi ranitidin HCl secara signifikan jika dibandingkan dengan sistem noneffervescent.