Uji Potensi Ekstrak Batang Tanaman Brotowali (Tinospora Crispa) Terhadap Plasmodium Berghei Secara Subkutan
Main Author: | Salsabila, Sirin |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/126282/ |
Daftar Isi:
- Penyakit malaria adalah salah satu penyakit menular yang mendapat perhatian karena merupakan suatu jenis penyakit yang dapat menimbulkan wabah. Salah satu tantangan terbesar dalam upaya pengobatan malaria di Indonesia adalah terjadinya penurunan efikasi pada penggunaan beberapa obat anti malaria. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi parasit malaria, namun prevalensinya masih tetap tinggi. Hal ini karena adanya resistensi vektor terhadap insektisida dan adanya resistensi Plasmodium terhadap obat anti malaria terutama kloroquin. Sehingga diperlukan upaya untuk mencari alternatif obat anti malaria baru guna menghadapi resistensi. Salah satu tanaman yang berpotensi untuk menjadi antimalaria yang efektif adalah tanaman brotowali (Tinospora crispa). Kandungan berberine dan palmatine pada batang tanaman brotowali merupakan senyawa alkaloid kuartener yang diketahui dapat menghambat pertumbuhan Plasmodium dengan cara mengganggu pertumbuhan membran, mencegah pembentukan hemozoin, dan menghambat sintesis DNA. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa ekstrak tanaman brotowali yang diberikan secara subkutan dapat lebih menurunkan jumlah Plasmodium pada darah mencit yang diinfeksi Plasmodium berghei dibandingkan pada pemberian per oral. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode randomized post-test only controlled design. Pembuatan ekstrak tanaman brotowali menggunakan metode maserasi dengan menggunakan larutan methanol. Mencit yang dijadikan hewan coba dibagi menjadi 4 kelompok yaitu: kontrol positif, artesunate 32 mg/kgBB per oral, ekstrak brotowali 400 mg/kgBB per oral, dan ekstrak brotowali 400 mg/kg per subkutan. Seluruh kelompok mencit diinfeksi dengan P. berghei dengan konsentrasi 5 x 106 sebelum diberikan perlakuan. Hasil uji Anova dan uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa terdapat minimal satu kelompok yang memiliki perbedaan derajat parasitemia dengan kelompok lainnya pada hari ke 2, 3, 4, dan 7 (p < 0,05). Selain itu, didapatkan juga bahwa terdapat minimal satu kelompok yang memiliki perbedaan derajat parasitemia dengan kelompok lainnya pada hari ke 5 dan 6 (p < 0.1). Hasil uji Post-Hoc menunjukan bahwa derajat parasitemia pada kelompok brotowali subkutan lebih rendah dibandingkan pada kelompok brotowali oral dengan selisih sebesar 6.45 % (p < 0,05). Hasil di atas menunjukkan bahwa pemberian ekstrak brotowali secara subkutan mampu menurunkan derajat parasitemia lebih tinggi dibandingkan pemberian ekstrak tanaman brotowali secara oral.