Pengaruh Bobot Dan Generasi Umbi Terhadap Peningkatan Hasil Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L.) Varietas Granola

Main Author: Stiawan, Muhammad Yudhi
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/12622/1/MUHAMMAD%20YUDHI%20STIAWAN.pdf
http://repository.ub.ac.id/12622/
Daftar Isi:
  • Kentang (Solanum tuberosum L.) ialah salah satu tanaman sayuran yang menjadi prioritas dibandingkan dengan sayuran lain. Tanaman kentang menjadi tanaman pangan utama keempat dunia setelah gandum, padi, dan jagung. Pada tahun 2013 produktivitas kentang di Indonesia sebesar 16,02 ton/ha, kemudian pada tahun 2014 produktivitasnya sebesar 17,67 ton/ha dan pada tahun 2015 sebesar 18,20 ton/ha dengan produksi sebesar 1.219.270 ton (Badan Pusat Statistik, 2016). Produksi kentang tertinggi tahun 2015 berada di Jawa Tengah dengan total produksi 278.552 ton, kemudian Jawa Barat dengan total produksi 259.228 ton dan Jawa Timur tertinggi ketiga dengan total produksi 212.173 ton. Untuk meningkatkan produktivitas kentang bukan hanya dengan budidaya yang tepat, namun pemilihan bibit yang bermutu juga menjadi salah satu faktor penting dalam meningkatkan produktivitas. Pemilihan bibit kentang generasi G2 dan G4 digunakan karena belum mengalami deteorasi sehingga mutu dari bibit tersebut masih terjaga. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan penggunaan bobot umbi yang sesuai pada generasi kentang G2 dan G4 untuk peningkatan hasil tanaman kentang. Hipotesis dari penelitian ini adalah Penggunaan bobot umbi 30 g pada generasi G2 mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kentang. Penggunaan generasi G2 dan G4 lebih baik dibandingkan dengan generasi tidak diketahui. Penelitian ini dilaksanakan di Agro Technopark Universitas Brawijaya Cangar, lereng gunung Welirang, Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Ketinggian tempat sekitar 1650 mdpl, Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai pada bulan April sampai bulan Agustus 2017. Metode yang digunakan pada penelitian ini ialah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yaitu : A : Bobot umbi bibit 10 g + umbi G2, B: Bobot umbi bibit 30 g + umbi G2, C: Bobot umbi bibit 50 g + umbi G2, D: Bobot umbi bibit 10 g + umbi G4, E: Bobot umbi bibit 30 g + umbi G4, F: Bobot umbi bibit 50 g + umbi G4, G: Bobot umbi bibit 10 g + umbi lokal, H: Bobot umbi bibit 30 g + umbi lokal, I: Bobot umbi bibit 50 g + umbi lokal. Dalam satu petak percobaan yang dilakukan terdapat 3 ulangan, dimana pada tiap ulangannya terdiri dari 9 perlakuan. Satu petak percobaan terdapat 27 plot percobaan dan dalam satu plot terdapat 4 bedeng dengan terdiri dari 12 tanaman per bedengan. Variabel pengamatan yang diamati ialah tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, jumlah batang, bobott kering total tanaman, jumlah umbi pertanaman. Data yang diperoleh di analisa menggunakan analisis ragam dimana F hitung diperbandingkan dengan nilai F tabel pada taraf 5%. Selanjutnya jika terdapat pengaruh nyata, dilakukan pengujian dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5% pada model percobaan Rancangan Acak Kelompok. Hasil penelitian pada perlakuan bobot dan generasi umbi memberikan pengaruh terhadap komponen pertumbuhan dan hasil (panjang tanaman, jumlah ii daun, luas daun, bobot segar, bobot kering total tanaman, bobot segar umbi, produksi umbi). Pada komponen pertumbuhan penggunaan bobot umbi 30, 50 g pada G2, G4 dan lokal cenderung meningkatkan panjang tanaman, jumlah daun, luas daun, sedangkan pada bobot segar dan bobot kering total tanaman penggunaan bobot umbi yang lebih besar dari 10 g pada tiap generasi memberikan hasil yang lebih tinggi. Pada komponen hasil penggunaan bobot dan generasi umbi tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah umbi, tetapi penggunaan umbi bibit 50 g dengan umbi G2, G4 dan lokal rata-rata mempunyai bobot segar umbi/m2 dan produksi umbi/ha yang lebih tinggi yaitu 30.71 ton/ha, 26.94 ton/ha dan 30.49 ton/ha.