Akurasi Diagnosis Pemeriksaan Potong Beku (Frozen Section) pada Tumor Berbagai Organ di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang Periode Januari 2013 – Desember 2013
Daftar Isi:
- Tumor adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan adanya pertumbuhan massa atau jaringan abnormal dalam tubuh yang meliputi tumor jinak dan tumor ganas. Diagnosa preoperatif tumor ditentukan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang. Untuk mengetahui jenis operasi apa yang akan dilakukan, perlu dipastikan ganas tidaknya jaringan tumor dengan meminta konsultasi intraoperatif. Salah satu jenis pemeriksaan intraoperatif adalah potong beku. Pemeriksaan potong beku merupakan teknik pemeriksaan patologi yang dilakukan saat pasien masih berada di meja operasi , namun potong beku merupakan salah satu prosedur pemeriksaan yang derajat kesulitannya tinggi karena dalam waktu cepat Patolog dituntut untuk memberikan diagnosa dari spesimen yang kualitasnya dibawah kualitas sediaan histopatologi rutin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akurasi diagnosis pemeriksaan potong beku pada tumor berbagai organ di Instalasi Patologi Anatomi RSU Dr. Saiful Anwar Malang. Penelitian ini bersifat uji diagnostik, yaitu dengan mencatat semua penderita tumor yang dilakukan pemeriksaan potong beku kemudian dicocokkan dengan hasil pemeriksaan histopatologi potong parafin sebagai standar baku emas. Data yang digunakan adalah data sekunder dari rekam medis pasien yaitu sebanyak 344 kasus. Setelah dilakukan perhitungan uji diagnostik pada pemeriksaan potong beku didapatkan bahwa nilai sensitifitasnya 99,25%, nilai spesifisitas 99,46%, nilai prediksi positif 99,25%, nilai prediksi negatif 99,46%, dan akurasinya adalah 99,37%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah angka akurasi, sensitifitas, spesifisitas dari potong beku di Instalasi Patologi Anatomi RSU Dr. Saiful Anwar Malang sangat tinggi. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan agar penggunaan alat diagnostik intraoperatif ini bisa lebih dimaksimalkan, selain itu diperlukan komunikasi dan kerjasama yang baik antara ahli patologi dan klinisi serta data klinis dan radiologis yang lengkap pada formulir permintaan pemeriksaan untuk menghindari terjadinya kasus false positive dan false negative.