Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Kumis Kucing (Orthosiphon Aristatus) Terhadap Bakteri Enterococcus Faecalis Secara In Vitro
Daftar Isi:
- Enterococcus faecalis merupakan salah satu mikroorganisme yang pada umumnya menyebabkan kegagalan prosedur endodontik serta menyebabkan infeksi endodontik dan inflamasi periradikular. Bakteri ini adalah bakteri fakultatif anaerob yang dapat menembus tubuli dentin dan resisten terhadap antibakteri yang biasa digunakan dalam prosedur endodontik. Daun kumis kucing (Orthosiphon aristatus) dapat dipertimbangkan sebagai obat alternatif dari bahan alami karena mengandung flavonoid, saponin, orthosiphon glikosida, myo-inositol dan minyak atsiri yang memiliki efek antibakteri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya antibakteri daun kumis kucing (Orthosiphon aristatus) terhadap bakteri Enterococcus faecalis secara in vitro. Penelitian ini merupakan eksperimental laboratoris dengan metode dilusi tabung untuk mendapatkan kadar hambat minimum dan kadar bunuh minimum pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis. Konsentrasi ekstrak metanol daun kumis kucing yang digunakan adalah 25%, 27,5%, 30%, 32,5%. 35%, 37,5% dan 40%. Konsentrasi 0% atau aquades digunakan sebagai kontrol bakteri.Tiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 4 kali. Kadar hambat minimum didapatkan dengan mengamati kekeruhan tabung dan kadar bunuh minimum didapatkan dari penghitungan bakteri menggunakan colony counter. Analisis data menggunakan One-way ANOVA menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada perubahan konsentrasi ekstrak etanol daun kumis kucing terhadap pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis (p<0,05). Uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan kuat dengan arah negatif yang dapat diartikan semakin meningkatnya konsentrasi ekstrak maka pertumbuhan bakteri semakin berkurang. Uji regresi menunjukkan efektivitas antibakteri ekstrak etanol daun kumis kucing sebesar 88,1% (R square = 0,881). Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun kumis kucing memiliki daya antibakteri terhadap Enterococcus faecalis secara in vitro.