Daftar Isi:
  • Bagi remaja, di zaman ini pacaran sudah menjadi tren gaya hidup yang semakin mengarah pada perilaku seksual. Perilaku seksual yang menyimpang dari norma dapat menyebabkan penularan infeksi menular seksual, HIV/AIDS, dan kehamilan yang tidak diinginkan. Berdasarkan data Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), pada tahun 2010 terdapat 8-10 kehamilan tidak diinginkan dalam satu bulan. Salah satu faktor yang berhubungan dengan perilaku pacaran remaja adalah orang tua. Orang tua berperan penting dalam pembentukan perilaku remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku pacaran remaja di SMAN 1 Lawang Kabupaten Malang. Penelitian ini menggunakan metode studi analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel dipilih menggunakan metode purposive sampling. Jumlah sampel sebesar 204 responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner pada bulan November 2015. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji Chi Square. Peneliti menemukan, dari keseluruhan responden yang diteliti, 65% berjenis kelamin perempuan, dan 35% laki-laki. Dari segi usia, 34% responden berusia 15 tahun, 36% responden berusi 16 tahun, 25% responden berusia 17 tahun, dan 5% responden berusia 18 tahun. 11% responden diasuh secara otoriter, 74% responden diasuh secara demokratis, dan 15% diasuh secara permisif. 82% responden mengaku pernah berpacaran, dan dari yang mengaku pernah berpacaran tersebut, 55% mengaku pernah berpacaran lebih dari 2 kali. Peneliti menemukan, 69% responden berperilaku pacaran tidak berisiko dan 31% sisanya berisiko. Dari hasil uji statistik didapatkan p value sebesar 0.000. Hasil ini menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara pola asuh orang tua dengan perilaku pacaran remaja dimana pola asuh demokratis cenderung menurunkan perilaku pacaran berisiko.