Perbandingan Daya Hambat Sediaan Gel Lengkuas dan Ekstrak Lengkuas (Alpinia galanga) terhadap Staphylococcus epidermidis secara In Vitro
Daftar Isi:
- Staphylococccus epidermidis dapat menyebabkan berbagai infeksi kulit pada manusia. Terapi yang sering digunakan adalah antibiotik, salah satunya amoksiklav. Antibiotik terkadang menimbulkan efek samping dan resistensi pada beberapa pasien, sehingga diperlukan terapi alternatif bahan alam yakni rimpang lengkuas (Alpinia galanga) yang mengandung flavonoid dan memiliki aktivitas sebagai antibakteri. Untuk menghantarkan senyawa yang terdapat dalam rimpang lengkuas dan mempermudah penggunaan, maka dibentuk sediaan gel. Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi menggunakan etanol 70%, dan uji antibakteri dilakukan dengan metode difusi sumuran. Pada uji metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ekstrak lengkuas pada penelitian ini positif mengandung flavonoid. Gel lengkuas dan ekstrak lengkuas dibuat 3 kelompok konsentrasi yaitu 10%, 15% dan 20%. Parameter yang diamati adalah diameter zona hambat gel lengkuas dan ekstrak lengkuas setelah diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37oC. Hasil yang diperoleh adalah semakin tinggi konsentrasi pada gel lengkuas dan ekstrak lengkuas, maka semakin besar diameter zona hambat bakteri yang dihasilkan (Korelasi Pearson gel lengkuas R=0,958 dan ekstrak lengkuas R=0,979). Tidak terdapat perbedaan yang siginifikan antara gel lengkuas dan esktrak lengkuas (Uji independent t, p=0,408). Kesimpulan dari penelitian terdapat hubungan antara peningkatan konsentrasi gel lengkuas dan ekstrak lengkuas dengan peningkatan diameter zona hambat terhadap bakteri S. epidermidis secara in vitro, tidak terdapat perbedaan aktivitas antibakteri antara gel lengkuas dengan ekstrak lengkuas terhadap penghambatan bakteri Staphylococccus epidermidis secara in vitro dan evaluasi karakteristik fisik sediaan gel lengkuas sesuai dengan spesifikasi.