Uji Toksisitas Subkronik Antosianin Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Varietas Ungu Kultivar Gunung Kawi terhadap Histopatologi Hepar pada Tikus Putih (Rattus norvergicus) Strain Wistar yang Dipapar deng
Daftar Isi:
- Kandungan antosianin yang cukup tinggi pada ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) kultivar Gunung Kawi telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber antioksidan. Agar dapat dipertanggungjawabkan potensinya sebagai obat alternatif yang aman, maka status toksik dari ubi jalar ungu kultivar Gunung Kawi ini perlu diteliti. Antosianin dalam jumlah besar akan dieliminasi dan dimetabolisme oleh hepar, sehingga hepar adalah organ yang penting sebagai indikator toksiknya antosianin dalam tubuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek toksik dari antosianin yang terdapat pada ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) kultivar Gunung Kawi terhadap histopatologi hepar pada tikus putih (Rattus norvegicus) strain Wistar. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorik dengan desain penelitian randomized control group post test design yang menggunakan 40 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) strain Wistar, yang berlangsung selama 90 hari (subkronik). Dari penelitian ini, dosis antosianin 10 mg/kgBB dan 20 mg/kgBB, tidak memberikan efek toksik pada histopatologi hepar tikus putih (NOAEL). Namun pada dosis 80 mg/kgBB, didapatkan ada efek toksik terhadap histopatologi hepar yang diduga karena ada perubahan dari antioksidan menjadi pro-oksidan, yang kemungkinan disebabkan oleh konsentrasi dosis yang tinggi disertai paparan subkronik berulang.