Daftar Isi:
  • Potensi yang dimiliki oleh Indonesia tentang ekspor batik pada setiap tahunnya semakin meningkat. Seperti halnya pada tahun 2017 nilai ekspor batik dan produk batik sebesar US$ 58, 46 juta atau Rp 818,44 miliar (dengan kurs Rp 14.000). Tercatat ekspor batik tersebut dilakukan oleh UKM batik, UKM batik tersebut berjumlah lebih dari 47.755 unit yang tersebar di seluruh Indonesia. Kabupaten Banyuwangi juga mempunyai potensi dimana setiap tahunnya jumlah wisatawan mengalami kenaikan, seperti halnya pada tahun 2017 kenaikan wisatawan sebesar 0,69%. Akan tetapi, di Kabupaten Banyuwangi penjualan batik mengalami penurunan pada tahun 2017. Penurunan tersebut juga dijelaskan oleh Sekretaris Asosiasi Perajin Batik yang mengalami penurunan 10%-20% pada tahun 2017. Sebagaimana masalah yang dijelaskan sebelumnya, Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi perlu meningkatkan penjualan kain batik daerahnya dengan melibatkan pemerintah, pemilik bisnis, dan masyarakat. Konsep kerangka analitis perumusan strategi yang digunakan dalam merancang strategi pemasaran batik Banyuwangi menjelaskan bahwa formulasi strategi dapat dibentuk dalam 3 tahap. Tahap pertama adalah input stage yang terdiri dari matrik IFE dan EFE. Tahap kedua adalah matching stage yang terdiri dari matrik TOWS dan matrik IE. Tahap ketiga adalah decision stage yang terdiri dari matrik QSPM. Hasil penelitian menunjukkan total skor matrik IFE adalah 2,412 dan total skor matrik EFE adalah 3,170. Skor ini menentukan posisi di matrik IE yaitu pada kuadran 2 (tumbuh dan dibangun). Pada matrik IE memunculkan tiga alternatif strategi. Selain itu, pada matrik TOWS memunculkan sebelas alternatif strategi. Selanjutnya dari empat belas alternatif strategi yang dimunculkan oleh matrik IE dan matrik TOWS, diolah lebih lanjut untuk dapat digabungkan setiap alternatif yang ada, dan dari hasil penggabungan tersebut memunculkan delapan alternatif strategi yang dapat dimasukan pada decision stage. Pada tahap QSPM delapan alternatif strategi yang digunakan dilakukan penilaian oleh pihak Dinas Koperasi dan UMKM, selanjutnya dari delapan alternatif strategi yang terdapat pada matrik QSPM menghasilkan empat strategi yang diprioritaskan untuk diterapkan terlebih dahulu. Adapun alternatif strategi tersebut adalah membuat kampung wisata batik, membuat inovasi produk batik Banyuwangi, memperoleh kendali pemasok, dan meningkatkan kualitas batik Banyuwangi. Pemilihan empat strategi tersebut bertujuan untuk lebih menarik masyarakat dalam mengenal batik Banyuwangi yang selanjutnya masyarakat akan diberikan batik dari produksi UKM batik Banyuwangi dengan kualitas yang baik.