Daftar Isi:
  • Askariasis adalah penyakit infeksi cacing yang disebabkan oleh cacing Ascaris lumbricoides. Penyakit ini memiliki prevalensi yang masih tinggi di Indonesia, terutama pada masyarakat yang kurang mampu. Obat cacing yang saat ini menjadi pilihan yaitu albendazol, mebendazol, dan pyrantel pamoate. Akan tetapi, obat ini memiliki efek samping berupa diare, nyeri kepala, dan kontraindikasi pada anak berusia di bawah 2 tahun. Usaha alternatif sebagai antihelmintik askariasis yaitu dengan menggunakan ekstrak bunga cengkeh. Bunga cengkeh mengandung minyak atsiri yang di dalamnya terdapat eugenol, yang memiliki sifat antihelmintik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya ekstrak etanol bunga cengkeh sebagai antihelmintik terhadap Ascaris suum secara in vitro. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris dengan rancangan post test only control group design. Untuk menentukan cacing Ascaris suum yang dimasukkan sebagai sampel penelitian ini, maka dilakukan teknik criteria inklusi dan eksklusi. Penelitian ini menggunakan ekstrak etanol bunga cengkeh dengan konsentrasi 1⁄4%, 1⁄2%, dan 3⁄4%, FBS 1% dalam larutan PBS sebagai kontrol negatif, dan pyrantel pamoate 1% sebagai kontrol positif. Pyrantel pamoate dipilih sebagai kontrol positif karena digunakan sebagai terapi lini pertama aksariasis. Penelitian ini dilakukan pengulangan sebanyak empat kali dan dilihat pada interval waktu, yaitu jam 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 24. Hasil penelitian konsentrasi 3⁄4% dapat membunuh cacing 100% dalam waktu kurang dari 24 jam, dan didapatkan p-value 0.255 yang artinya semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar jumlah cacing yang mati. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol bunga cengkeh (Syzygium aromaticum) memliki daya antihelmintik terhadap Ascaris suum.