Daftar Isi:
  • Penyakit akibat bakteri merupakan penyakit yang sering dijumpai di berbagai negara berkembang terutama di Indonesia. Diantaranya adalah disentri basiler yaitu suatu infeksi akut pada usus halus dan usus besar yang disebabkan oleh Shigella dysenteriae. Selama ini antibiotik direkomendasikan untuk mengobati disenteri basiler. Shigella yang resisten terhadap multiantibiotik ditemukan di seluruh dunia dan timbul sebagai akibat pemakaian antibotika yang tidak rasional. Oleh karena itu, perlu dikembangkan alternatif pengobatan sebagai solusi mengatasi masalah resistensi antibiotik. Salah satu tanaman yang telah banyak dimanfaatkan secara tradisional namun belum banyak diteliti aktivitas antibakterinya adalah katuk (Sauropus androgynus). Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek antibakteri ekstrak etanol daun katuk terhadap Shigella dysenteriae secara in vitro. Metode yang digunakan adalah uji dilusi tabung yang terdiri atas tahap penentuan Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM). Konsentrasi ekstrak etanol daun katuk yang digunakan adalah 5,5%, 6%, 6,5%, 7%, 7,5% dan 8% v/v, sedangkan konsentrasi Shigella dysenteriae adalah 106 CFU/ml. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun katuk, secara signifikan dapat menghambat pertumbuhan Shigella dysenteriae (ANOVA, p = 0,000) dan terdapat hubungan yang kuat antara peningkatan konsentrasi ekstrak etanol daun katuk dengan penurunan jumlah pertumbuhan koloni Shigella dysenteriae (R =-0,914, p = 0,000). KHM ekstrak etanol daun katuk terhadap Shigella dysenteriae adalah 7,5% v/v dan KBM-nya adalah 8% v/v. Kandungan ekstrak etanol daun katuk yang diperkirakan berperan sebagai antibakteri adalah saponin, flavonoid, dan tanin. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun katuk memiliki efek antibakteri terhadap Shigella dysenteriae secara in vitro.